Konten dari Pengguna

Jam Istirahat di Sekolah

Raya Oen
"it costs zero to be kind" Raya Oen bercerita dan membagikan pengalamannya lewat cita rasa, setiap hari di Baked Biels. Ia berkomitmen untuk mempelajari makanan serta etikanya di Priceton University.
11 Oktober 2024 21:12 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raya Oen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber gambar : shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
sumber gambar : shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Waktu itu di jam istirahat sekolah, saya berdiam diri.
Di depan kelas, ada banyak tertanam pohon bintaro yang besar-besar, dan terdapat kursi-kursi panjang yang diletakkan diantara pohon-pohon bintaro itu.
ADVERTISEMENT
Saat waktu istirahat, saya kerap menghabiskan waktu dengan bercengkrama bersama teman-teman, dengan batagor, dengan es teh manis, dengan risol bihun, atau kadang-kadang soto mie Bogor. Walau waktu itu saya masih jadi murid, saya adalah seorang social butterfly, tentu saja obrol-obrol di setiap waktu adalah kebutuhan yang wahid.
Namun, hari itu ada yang berbeda, rasanya saya malas sekali melangkah ke kantin, walau perut sebenarnya sudah minta diisi. Jadinya saya menitip risol bihun dan es teh manis kepada seorang teman baik.
Sambil menunggu, saya duduk diantara pohon-pohon bintaro. Daunnya lebar-lebar dan terlihat kokoh, buahnya mengkilat, tata rantingnya juga rapih. Sepertinya saya baru punya waktu untuk memperhatikan pohon-pohon di depan kelas ini. Biasanya saya akan acuh saja, mengakui keberadaan mereka, tapi tidak tahu seperti apa rupa detilnya. Padahal saya sering duduk di salah satu sudutnya.
ADVERTISEMENT
Di bawah pohon serta sekitarnya, berserakan daun-daun yang berwarna coklat atau yang rantingnya rapuh, beberapa buah yang mulai membusuk pun ada.
Saya arahkan pandangan dari dedaunan yang ada di bawah sampai puncak tertinggi pada pohon paling tinggi di jajaran ini.
Semua pernah muda.
Daun-daun segar berwarna hijau muda nan mengkilat diatas sana sedang menyentuh langit, ia dalam kondisi paling mungkin untuk berbicara dengan bintang-bintang saat malam sepi menyelimuti.
Daun-daun yang ada ditengah kerumunan itu sedang berebut menguasai tempat, menelisik sinar matahari dan meraih oksigen sebanyak-banyaknya.
Daun-daun hijau tua yang kilapnya mereda itu telah pasrah sambil berpegangan pada rantingnya dengan erat dengan segala energi dan keyakinan yang tersisa.
ADVERTISEMENT
Daun-daun yang paling tua kemudian gugur, mengering. Tubuh serta jiwanya bergerak mengikuti kemana arah angin bertiup.
Betapa jam istirahat ini mengajari saya sesuatu soal kehidupan. Waktu. Masa jaya, dan bertumbuh.
Kemalasan saya untuk berangkat ke kantin hari itu, membuat saya mempelajari hal penting yang selalu saya ingat sampai dewasa ini. Lagi, ini perkara waktu. Kalau saja hari itu saya tidak duduk di antara pohon-pohon bintaro, kalau saja hari itu daun-daunnya tidak berserakan, kalau saja hari itu saya tidak memandang setiap rantingnya.
Waktu adalah yang sakral, dan itu persis dalam hitungan.
Salam.
-
Pohon Bintaro
November 2017
"Aku sering menatap puncak tertinggi dari daun teratas yang bisa kulihat. Kadang, aku ingin sepertinya, tumbuh menyentuh langit. Tapi saat mataku turun ke bawah, menelusuri rimbun dedaunan, aku mengerti. Semuanya hanya soal waktu. Sesuatu pernah kecil dan akan meninggi. Daun-daun tua itu pernah berjaya diatas, begitupun yang gugur, sama-sama pernah menyentuh langit."
ADVERTISEMENT