Konten dari Pengguna

Siapa Saya?

Raya Oen
"it costs zero to be kind"
8 Oktober 2024 9:24 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raya Oen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Siapa Saya?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"The most difficult thing in life is to know yourself."
ADVERTISEMENT
Thales of Miletus.
-
Beberapa hari lalu di akun Instagram pribadi saya, melalui fitur Question, saya bertanya kepada kawan online disana, dalam rangka membuka ruang diskusi bagi saya dan pikiran-pikiran saya.
Setelah beberapa jam pertanyaan itu mengudara, saya mendapatkan beberapa jawaban yang mengarahkan saya pada kesimpulan-kesimpulan kecil : wah saya tuh begini ya, saya tuh begitu ya. Di mata orang lain.
Malam harinya saya mendapati satu poster yang beberapa kali berseliweran di Pinterest, rupanya sederhana, namun kalimatnya lumayan membuat saya berpikir. Itu adalah kalimat tanya, yang sepertinya mudah untuk dijawab, namun nyatanya agak sulit untuk dijabarkan.
Who are you?
Siapa kamu?
Kamu sekarang mulai berpikir.
Saya jadi mengingat satu cerita.
ADVERTISEMENT
Pernah ada satu malam yang berkualitas, waktu itu saya terlibat dalam diskusi panjang bersama seorang teman baik. Dia bilang, tiap-tiap kita pasti memiliki berbagai macam sisi yang berbeda, tergantung pada kondisi hati, lanskap, suasana sekitar, tatapan mata orang lain, waktu terbit matahari, siklus menstruasi, dan lainnya. Kita punya berbagai sisi berbeda, di berbagai usia, di berbagai tempat, di berbagai kondisi, bukan upaya kepalsuan, namun begitu adanya. Dan kita, tetap kita, katanya.
Orang-orang boleh bilang kita adalah seorang yang periang, pendiam, seorang party-animal, introvert akut, ramah, judes, cerdas, bodoh, nakal, pembohong, licik, malaikat, penakut, atau apa pun lainnya, boleh. Toh, itu pendapat mereka, dan berpendapat itu boleh. Yang salah adalah : kalau kamu tidak tahu siapa kamu dan bagaimana, lalu kamu dengan sempurnanya membuat pendapat itu sepenuhnya benar, seperti apa kata mereka.
ADVERTISEMENT

Pertanyaan: Siapa kamu?

Pedoman mencari tahu siapa diri kita.
Dalam keadaan ekstrem atau terdesak, seringkali kita menemukan diri kita yang lain. Pada kondisi yang tidak biasa, tiba-tiba kok bisa, kok gini. Waktu seperti ini, sering disebut paket lengkap, kamu akan dituntut untuk mengkreasikan diri agar menjadi yang paling luar biasa. Bisa jadi, keadaan seperti ini dapat mengungkap jati diri kita yang paling hebat.
Di masa-masa yang kelam, kita akan menemukan diri kita yang terombang-ambing prinsip, tapi hidup mesti terus berjalan. Pada masa ini, kalau kita tetap berpegangan erat dengan diri sendiri, orang-orang biasanya akan selamat seumur hidup. Sederhananya, orang lain bisa dengan mudah meninggalkan, apalagi harta dan takhta yang kalau meninggalkan bisa hanya dalam hitungan detik. Yang tidak akan meninggalkan cuma satu, yaitu diri kita. Ini adalah wujud terkuat, yang juga sering dikatakan sebagai pahlawan. Diri kita, untuk kita.
ADVERTISEMENT
Waktu tiba-tiba dapat berkat, super besar, bikin kaget, dan tidak pernah terbayang, apa kamu akan sibuk merayakannya dengan orang-orang yang ada dalam pikiranmu, atau kamu sibuk sendiri mengapresiasi diri, atau biasa saja, loh kan semua hanya titipan. Diri kita di masa-masa indah nan beruntung ini bisa membuktikan, apa kamu termasuk orang yang mudah bersyukur, atau tipe orang yang menikmati hidup, atau orang yang panik. Coba diingat, apa saja yang kita lakukan saat mendapat berkat besar.
Perlu ditegaskan kembali, tidak ada yang salah dalam menilai diri, variatif itu unik.
Coba banyak hal, karena hidup cuma sekali. Kamu tidak tahu akan match di tempat mana, kamu tidak tahu akan bisa apa, kalau kamu cuma bermain dengan pikiranmu sendiri.
ADVERTISEMENT
Berkaca.
Iya, kita memang berkaca untuk memastikan diri terlihat baik dan hebat untuk memulai hari. Coba sediakan beberapa menit lebih lama dan tanya 'kamu siapa?'
Metode ini agak klise, jadi seperti suasana yang sering ada di novel. Semalam saya baru berbuat begini, dan cuma bisa menyimpulkan kalo lama-lama saya bisa juga ya tidak enak dipandang. Artinya, kecantikan adalah hal semu. Tetap ada hal yang bisa dipelajari, meskipun kita bilang kegiatannya cuma buang-buang waktu. Di saat seperti ini, kamu akan menemukan cara kerja pikiranmu, juga mengerti genre apasih yang mendominasi pikiran. Affects to our whole life.
Saya sudah belajar untuk membeli buku sendiri sejak kecil. Buku yang bersampul bagus, berjudul menarik, atau sekadar dengar-dengar ketenarannya, sudah pernah beli. Tapi, menemukan aliran buku yang ternyata match dengan diri saya apa bisa sebentar? It tooks many years, untuk paham, oh ternyata buku yang saya suka yang seperti ini. Yang masuk dan mudah dipahami adalah buku yang seperti ini. Artinya, untuk menemukan diri, tidak bisa cuma pake teori berkaca satu jam, mengobrol dengan diri sendiri satu jam, mendengar pendapat orang lain satu jam, dan menyebarkan angket 'what do you think about me' di Instagram seharian. Sama seperti kesabaran, pemahaman menemukan diri adalah pelajaran seumur hidup. Kalau menemukan buku saja butuh waktu, apalagi menemukan diri.
ADVERTISEMENT
Loh tapi bukan artinya kita tidak bisa menemukan diri kita di masa kini.

Siapa kamu di dalam keluarga?

Biasanya ini menjadi pertanyaan yang sering ditanyakan, jadi favorit orang kalau baru mengenal. Pertanyaan kaku, yang jadi pemantik penilaian semu.
Anak sulung nih, anak bungsu, seorang ibu bekerja, duda anak satu, anak tengah, family oriented person, tulang punggung.
Ilustrasi yang isinya cuma sepatah dua patah kata, dan sudah pasti jadi judgement point tentang bagaimana orang beranggapan untuk seluruh hidup kita.
Anak sulung pasti kuat, Anak bungsu sudah pasti lemah. Tidak begitu.
Dimanapun posisi kita dalam hidup berkeluarga, kita bisa kuat dan lemah sekaligus, bisa jadi penyayang dan pemarah dalam satu waktu, dan itu tidak apa. Kondisi ini bilang, kalau kita akan menemukan diri kita dalam bentuk sebagai manusia yang seperti apa dalam komunitas hidup dan lebih luasnya.
ADVERTISEMENT
Again, kumpul keluarga atau lebih suka di kamar aja, bukan jadi ukuran kamu manusia benar atau tidak.
Waktu sendirian di tengah malam, kita akan secara alami lebih tenang, merasakan kembali alunan kehidupan yang semestinya, setelah seharian sibuk berlomba dengan waktu. Di titik ini, diri akan lebih mudah untuk diajak bicara. Saya biasanya bertanya, hari ini sudah berbuat apa saja, bertemu siapa saja, apa hal yang perlu di garis bawahi, sudah berterimakasih belum hari ini. Ini adalah sisi terbijak yang saya punya. Saya selalu belajar untuk membawa si malam ini ke siang hari, biar bisa selalu bijak dalam memutuskan sesuatu dan bertindak.
Saat kamu berada di titik teratas, semuanya terasa mudah. Apa kamu akan puas dengan semua yang tercapai, atau malah haus tak menentu.
ADVERTISEMENT
Hal terpenting lainnya, berkenalan dan menemukan diri sendiri bukan pekerjaan kejar tayang. Semua ada waktunya, iya, untuk hal 'sekadar' menemukan diri sendiri.
Jangan memaksa diri.
Minggu depan harus bisa mendeskripsikan 'aku seperti apa'. konsepnya tidak begitu.
Sejatinya, berkenalan dengan diri juga ada waktunya. Iya kan, siap atau tidak diri kita yang lain menerima keluarga baru, itu terjadi di waktu yang tepat.
Selamat berpetualang dalam terus menemukan diri!
Ingat, kita semua bisa baik dan buruk dalam satu waktu, dan juga, itu tidak masalah, kecuali kalo hanya diam dan tidak mau memperbaiki diri.
Salam.