Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Broken Home yang Biasa Dialami Remaja
28 Juni 2021 20:56 WIB
·
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:42 WIB
Tulisan dari Rayhan Azhari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mungkin kita semua sudah sering mendengar kata broken home, baik secara langsung ataupun di media sosial seperti sekarang ini. Di media sosial, banyak sekali remaja mengakui bahwa dirinya sedang menghadapi broken home. Kebanyakan remaja yang menghadapi broken home merupakan imbas dari permasalahan orang tua mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, apakah kamu tahu apa itu broken home?
Broken home atau keluarga tak utuh adalah kondisi di mana keluarga mengalami perpecahan atau adanya kesenjangan dalam rumah tangga, entah itu berawal dari cekcok kedua orang tua, perselingkuhan, bahkan perkelahian yang berakibat putusnya tali yang dirangkai keluarga atau perceraian.
Broken home memiliki dampak serius dalam kehidupan. Hidup dengan hilangnya salah satu atau bahkan kedua sosok orang tua memiliki dampak yang jauh lebih besar dari yang kita kira.
Sisi positifnya, mereka sudah terlatih untuk mengatasi berbagai macam masalah. Kurangnya kehangatan yang mereka rasakan dalam keluarga, membuat mereka mau tidak mau harus mandiri. Anak broken home cenderung tidak menunjukkan kalau mereka butuh orang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam kondisi ini, terutama bagi si anak seakan melihat dunia runtuh tepat di hadapannya karena hilangnya cinta dan kasih sayang kedua orang tuanya hingga mengakibatkan trauma psikologi yang cukup fatal dan membekas dalam dirinya, bahkan membuat mereka depresi. Ia merasa bahwa apa yang selama ini dimiliki setiap individu begitu saja hilang dalam sekejap dan sulit untuk disembuhkan.
Ketika sosok yang seharusnya menjadi sumber cinta dan kasih sayang itu hilang atau mungkin bahkan hadir namun gagal memberikan hal-hal tersebut, sang anak akan kehilangan ‘amunisi’ penting dalam pengembangan karakternya.
Sang anak akan mengalami kekosongan yang mereka pun tidak tahu cara mengisinya bagaimana, bahkan kebanyakan remaja melampiaskan amarahnya ke hal-hal yang berbau negatif, contohnya pergaulan bebas, pergi ke club, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Tapi tenang! Setiap masalah pasti memiliki solusi, sama halnya dengan broken home, ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi dampak negatif broken home.
Pertama, mendekatkan diri kepada Tuhan. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, tentu saja sangat membantu dalam menangani masalah yang dihadapi, yaitu dengan melakukan ibadah dan memperbanyak berdoa kepada Tuhan agar mendapatkan kasih sayang Tuhan.
Kedua, memperbanyak kegiatan positif, seperti aktif dalam masyarakat, organisasi, dan kegiatan positif lainnya agar dapat beralih dan melupakan masalah yang sedang dihadapi.
Ketiga, berdamai dengan keadaan. Terimalah apa yang terjadi dan berpikirlah bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Sayangnya, hidup dalam broken home tidak semudah itu. Menghadapi broken home bisa dipastikan akan menjadi perjalanan panjang. Tips-tips di atas diutarakan hanya untuk membantu kita semua dalam menghadapi broken home.
ADVERTISEMENT
Ingat! Kita tidak sendiri. Kita bisa ceritakan keresahan ke psikiater atau teman sekitar. Kita semua akan selalu berusaha untuk menghadapi broken home dan berdamai dengan keadaan suatu hari nanti.
Akhir kata, broken home bukan masalah dan aib, bukan juga sesuatu yang lantas membuat kita malu. Jangan membandingkan diri dengan orang lain, pada dasarnya manusia telah diatur oleh Tuhan, baik itu dalam kebahagiaan ataupun luka. Kita semua selalu bersama remaja yang broken home. Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat ;)