Berapa Lama Lagi Euro Bisa Bertahan?

Rayhan Naufal Hibatullah
Financial writer, startup enthusiast, embedded system engineer, polyglot
Konten dari Pengguna
4 September 2019 11:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rayhan Naufal Hibatullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada hari ini kita melihat Eropa sebagai benua biru yang maju, yang memimpin perekonomian dunia. Salah satu penyebabnya adalah penyatuan mata uang dari 19 negara anggota European Union. Tapi apakah konsep penggunaan mata uang bersama ini menjadi solusi untuk meningkatkan kemakmuran yang berkesinambungan? Untuk itu mari kita lihat sejarah dan krisis yang dimiliki oleh salah satu mata uang terkuat di dunia hari ini, EURO.
ADVERTISEMENT
Apa itu Europian Debt crisis?
Europian Debt crisis adalah krisis utang yang melanda Uni eropa sejak akhir tahun 2009. Beberapa negara anggota eurozone (Yunani, Portugal, Irlandia, Spanyol dan Siprus) tidak dapat membayar kembali hutang pemerintah mereka atau menyelamatkan (bailout) bank-bank mereka yang punya hutang sangat besar yang dijamin oleh pemerintah, tanpa bantuan dari pihak ketiga seperti ECB atau European Central Bank ataupun IMF.
Pertanyaanya kenapa sampai ini semua bisa terjadi?
Mari kita kilas balik sedikt sejarah eropa.
Sebagian besar sejarah Eropa adalah perang. Negara yang saling berperang cenderung untuk tidak saling melakukan kegiatan jual beli. Eropa akhirnya selalu menjadi benua yang penuh dengan Trade Barriers, bea cukai yang mahal, juga benua dengan banyak sekali mata uang yang berbeda. Melakukan bisnis antara sesama negara tentu saja menjadi tidak mudah. Selain harus membayar biaya bea cukai yang mahal, mereka juga harus membayar biaya Wechsel Kurs, atau biaya penukaran mata uang.
ADVERTISEMENT
Perang dunia ke dua meluluhlantakkan Eropa. Karena situasi pasca perang yang sangat buruk, mereka mencari cara untuk membangun Eropa kembali. Cara tercepat untuk membangun kembali Eropa adalah dengan membuka batas-batas perdagangan.
Langkah pertama yang diambil adalah pengurangan pajak dan biaya masuk baja dan batu bara. Baja yang ditambang dari suatu negara akhirnya bisa dikirim ke negara lain untuk diolah. Langkah ini sangat dirasakan manfaatnya bagi pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kemakmuran negara-negara eropa. Dari trobosan kecil ini, akhirnya tercetuslah pemikiran untuk membuat sebuah persatuan, yang kemudian dikenal sebagai European Union. Semua negara member dari Europian Union setuju untuk menghapuskan batas-batas perdagangan dan membuat biaya bussiness di Eropa menjadi rendah. Setelah penyatuan jerman barat dan timur, lahirlah secara resmi European Union, yang ditandai dengan penandatanganan pejanjian MAASTRICHT di Belanda pada 7 Februari 1992.
ADVERTISEMENT
Meskipun biaya untuk melakukan bisnis antar negara sudah rendah, masih ada satu penghalang bagi kelancaran perdagangan antar negara-negara di Eropa, yaitu banyaknya jenis mata uang yang beredar. Satu dekade kemudian, pada tahun 1999 akhirnya mereka punya satu mata uang bersama, yaitu Euro. Negara-negara yang menggunakan Euro tergabung dalam eurozone dan mereka ini tidak lagi menggunakan mata uang asli mereka. Mereka juga menghentikan kebijakan moneter mereka sendiri dan menyerahkan semua kebijakan moneter kepada EUROPEAN CENTRAL BANK atau ECB. Meskipun negara penganut Euro sudah memiliki satu kebijakan moneter bersama, mereka masih tetap menerapkan kebijakan fiskal mereka sendiri yang independen. Dengan kata lain, satu kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal yang berbeda-beda. Kebijakan fiskal yang berbeda-beda inilah yang menjadi penyebab dari european debt crisis.
ADVERTISEMENT
Photo by Maryna Yazbeck on Unsplash
sebelumnya saya ingin membahas perbedaan mengenai kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, karena pemahaman Anda tentang kedua kebijakan ini menetukan pemahaman Anda kedepannya.
Kebijakan Moneter adalah kebijakan yang mengatur supply uang, dengan kata lain, mengatur seberapa banyak jumlah uang yang beredar dalam sebuah sistem ekonomi dan mengatur suku bunga pinjaman.
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang mengatur seberapa banyak pemerintah menerima pemasukan dari pajak dan seberapa banyak uang yang bisa dibelajankan oleh pemerintah. Pemerintah hanya bisa mengeluarkan uang, sebanyak pemasukan yang mereka terima. Jika mereka mengeluarkan lebih banyak uang daripada pemasukan mereka, maka pemerintah harus meminjam uang dari luar. Pengeluaran yang didanai dari pinjaman disebut sebagai deficit spending.
ADVERTISEMENT
Sebelum adanya eurozone, negara-negara seperti Yunani bukan hanya tidak bisa meinjam uang karena bunga pinjaman yang tinggi, mereka juga tidak bisa meinjam banyak uang karena kredibilitas mereka sebagai debitur yang diragukan. Setelah adanya penggunaan mata uang bersama, negara-negara seperti Yunani bisa meminjam lebih banyak uang dengan bunga yang juga jauh lebih kecil. Yunani yang tadinya dikenakan suku bunga pinjaman sebesar 18%, kini bisa meminjam uang dengan bunga yang sama yang dikenakan kepada Jerman, yaitu hanya 3%. Bagaimana detailnya dan mengapa kreditur mau memberikan pinjaman dengan bunga sangat rendah kepada Yunani? Jawabannya adalah “German’s Credit Card”.
Secara gampangnya, bergabung ke eurozone sedikit banyak seperti berbagi satu kartu kredit, yaitu kartu kreditnya Jerman. Kreditor sekarang percaya, bahwa jika negara seperti Yunani tidak mampu membayar utang mereka, maka negara-negera dengean ekonomi kuat di Eropa lainnya seperti Jerman akan membantu Yunani untuk membayar karena mereka sekarang sudah terikat dalam satu mata uang yang sama.
ADVERTISEMENT
Dengan kemudahan peminjaman uang, Yunani dan negara-negara lainnya bisa meningkatkan anggaran belanja secara signifikan yang bersumber dari dana pinjaman. Kesempatan seperti ini dimanfaatkan oleh banyak politisi untuk memberikan janji-janji kampanye yang populis tapi meningkatkan deficit spending supaya mereka terpilih. Janji-janji yang mereka buat seperti pembukaan lebih banyak lapangan kerja, kebijakan uang masa pensiun yang lebih besar, dan retirement age yang lebih dini. Akibatnya akumulasi utang yang dimiliki pemerintah Yunani, Italia, dan portugal menjadi sangat besar. Di Italia dan Spanyol, suku bunga pinjaman yang rendah menimbulkan housing bubbles, seperti yang terjadi di Amerika pada tahun 2008.
Penggunaan mata uang Euro menyebabkan keadaan ekonomi sutau negara sangat bergantung kepada negara lainnya. Misalnya bank dari Prancis meinjamkan uang kepada perusahaan dari Italia, bank dari Italia meinjamkan uang kepada perusahaan dari Portugal, bank dari portugal dapat pinjaman dari Bank Jerman dan seterusnya. Positifnya, keadaan ini membuat bussiness menjadi sangat efisisen dan secara bersamaan membuat negara-negara Eropa sangat terikat satu sama lain. Semuanya berjalan lancar selama kredit masih tersedia. Akan tetapi di tahun 2008, dipicu housing bubble di Amerika, bank-bank di eropa seketika menghentikan seluruh kegiatan pinjam-meminjam. Sistem ekonomi di Yunani menjadi terhenti karena Yunani tidak bisa lagi meminjam uang untuk belanja dan membayar hutang-hutang sebelumnya. Ini adalah masalah besar untuk Yunani. Karena seluruh negara-negara Eropa punya satu kebijakan moneter bersama, maka hal ini juga menjadi masalah bagi seluruh negara-negara eropa penganut euro.
ADVERTISEMENT
Agar seluruh aktivitas perkenomian Eropa tidak terhenti, maka Jerman sebagai negara ekonomi terkuat di Eropa setuju untuk membayar utang-utang negara-negara eropa lainnya dengan satu syarat, yang dikenal sebagai Austerity Measures. Austerity Measures memastikan kejadian yang sama tidak terulang lagi di masa depan. Lalu apa itu Austerity Measures?
Austerity Measures adalah kebijakan pengurangan belanja pemerintah dan peningkatan pajak untuk menekan defisist pengeluaran dari sebuah negara dan mencegah adanya krisis hutang. Meminjam lebih sedikit uang, dan membayar lebih banyak utang.
Syarat dari Jerman ini kelihatan sangat masuk akal. Akan tetapi, dalam prakteknya, sangat sulit untuk mengimplementasikan kebijakan Austerity. Implementasi kebijakan ini berarti mengurangi belanja pemerintah. Mengurangi belanja pemerintah berarti mengurangi gaji dan pemasukan rakyat. Orang-orang menjadi kehilangan pekerjaan. Akibatnya, terjadi demo dan kericuhan dimana-mana. Austerity juga tidak langsung menjadi solusi untuk mengatasi masalah utang yang ada. Pada prinsipnya negara atau pemerintah menerima pemasukan pajak dari penghasilan rakyatnya. Jika penghasilan rakyat dipotong dan dikuragi karena kebijakan Austerity, maka pemasukan pemerintah lewat pajak pun berkurang. Pengurangan pemasukan membuat pemerintah tidak bisa mengembalikan utang-utang nya. Kebijakan ini juga secara politik menjadi mustahil untuk dilakukan.
ADVERTISEMENT
Kenapa Jerman bisa punya ekonomi yang kuatdan Yunani bangkrut?
Jerman sangat bertanggung jawab secara finansial. Hal ini berarti pemerintah melakukan pengeluaran hanya sebanyak pemasukan mereka. Sejak hyper inflation yang dialami Jerman setelah perang dunia pertama, Jerman secara berhati-hati megatur pengeluaran dan pinjaman mereka. Secara umum, Jerman bekerja sangat keras, menambah usia aktif kerja, rakyatnya tidak terlalu bergantung pada bantuan pemerintah, dan mereka membayar semua pajak yang dibutuhkan untuk pembangunan negara.
Di sisi lain, Yunani mengurangi usia aktif kerja, rakyatnya sangat bergantung kepada bantuan negara seperti uang hari tua yang besar dan parahnya mereka tidak membayar pajak. Yunani dari sejak dahulu kala tidak pernah berhasil menarik pajak dari sebagian besar rakyatnya dan keadaanya selalu demikian hingga mereka bergabung dengan European Union.
ADVERTISEMENT
Karena negara-negara eropa sudah sangat saling terikat, masalah di satu negara bisa berdampak ke seluruh negara. Yunani yang bangkrut misalnya meminjam uang dari bank di spanyol, bank di spanyol yang tidak mendapatkan kembali uangnya dari Yunani tidak bisa mengembalikan uang yang ia pinjam dari bank di portugal, bank di portugal juga akhirnya tidak bisa mengembalikan pinjamannya ke bank di Prancis dan seterusnya. Akibatnya sistem perekonomian satu benua bisa lumpuh hanya karena satu negara yang bangkrut.
Lalu apa solusinya?
kebijakan fiskal bersama adalah solusinya.
Meskipun Jerman bisa mem-bailout negara-negara bermasalah dan mencegah krisis jangka pendek, tidak ada sistem jangka panjang yang bisa memastikan keadaan seperti ini tidak akan terjadi di masa yang akan datang.
ADVERTISEMENT
Ini membuat kita kembali kepada konsep kebijakan moneter dan fiskal. Idealnya, EU membutuhkan kebijakan fiskal bersama seperti halnya mereka memiliki kebjakan moneter bersama. Harus ada lembaga yang memiliki otoritas untuk bisa mengatur kebijakan fiskal di seluruh eurozone. Lembaga ini punya kewenangan untuk mengatur pengeluaran pemerintah, meningkatkan jumlah pemasukan negara lewat pajak, dan membuat peraturan perundang-undangan. Akan tetapi, secara politik ini adalah gagasan yang sangat kompleks dan tidak populis untuk diterapkan karena ini berarti bahwa seluruh negara-negara eropa menyerahkan kedaulatan mereka ke sebuah lembaga superpower untuk membuat kebijakan fiskal. Jika mereka menyerahkan kedaulatan mereka, maka yang ada bukan hanya eurozone tapi juga negara baru yang bernama Europan Union seperti halnya United States yang menggabungkan negara-negara bagiannya.
ADVERTISEMENT
pertanyaannya adalah, apakah negara-negara penganut euro bisa bekerja sama untuk mebuat suatu kebijakan fiskal bersama? jika tidak bisakah mata uang euro bertahan untuk jangka panjang?