Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Jejak Pelayaran, Perdagangan dan Politik Kesultanan Banjar Abad Ke 17-18
23 November 2022 21:45 WIB
Tulisan dari Rayi Pramesti Utami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Latar Belakang
Sekitar tahun 1500 Masehi Dunia perdagangan Asia mengalami perubahan besar ketika bangsa Eropa tiba di Asia setelah ditemukannya jalur transportasi laut di benua Afrika. Perdagangan antara Asia dan Eropa pada abad ke-15 terutama melalui Laut Merah dan kota Alexandria. Perkembangan Mesir pada waktu itu disebabkan oleh perdagangan ini. Saat itulah kompas kapal ditemukan, sehingga perjalanannya cukup mudah, dan Portugis memulai ekspedisi militer-taktis di sepanjang pantai barat benua Afrika. Portugis awalnya tidak mengatur perjalanan ini dengan tujuan keuangan. Kemudian muncul perhitungan komersial ketika Afrika Barat mulai menghasilkan produk baru. Mereka mulai bertaruh bahwa mereka akan menemukan jalan ke Asia di sekitar Afrika. Orang Portugis adalah orang pertama yang menemukan jalur laut ke Asia, dan selama satu abad mereka adalah satu-satunya bangsa Eropa yang menggunakan jalur tersebut. Pada tahun 1509 mereka pertama kali berada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Munculnya Bangsa Barat
Sementara itu, orang Spanyol mencoba mencari jalan ke barat menuju Asia dan bertemu Amerika dalam salah satu perjalanan mereka. Columbus, yang ingin mencari jalan ke China, mendarat di Kuba pada tahun 1492, setelah itu mereka berlayar mengelilingi Amerika Selatan ke Asia. Jalur perdagangan dari Asia ke Eropa, beberapa di antaranya melalui jalur darat, kini dilengkapi dengan jalur baru yang secara eksklusif berada di dekat laut, yaitu. sekitar Afrika Jalur laut baru menyebabkan revolusi dalam struktur perdagangan. Hubungan langsung dapat dibangun antara area produksi dan area konsumsi. Misalnya, Portugis tahu bahwa harga rempah-rempah di Malaka lima sampai tujuh kali lebih tinggi daripada di Maluku. Maka mereka segera berlayar ke Maluku untuk membeli sendiri rempah-rempah disana.
ADVERTISEMENT
Seabad setelah Portugis, Belanda datang ke Asia. Di Eropa, mereka berhasil mengembangkan perdagangan angkutan laut antar negara Eropa, mereka mengekspor rempah-rempah dari Portugal untuk diangkut ke Eropa Utara dan Timur. Namun, selama perang 80 tahun antara Spanyol dan Belanda, Spanyol menaklukkan Portugal pada tahun 1580 dan perdagangan Belanda dilarang di sana. Maka Belanda kemudian mencoba mencari jalan sendiri ke Asia. Maka Belanda akhirnya tiba di Indonesia untuk pertama kalinya dan berlabuh di Banten. Belanda datang ke Indonesia untuk berbisnis. Pada awalnya beberapa mitra bisnis menawarkan kapal, namun pada tahun 1602 dibentuklah Verenigde Oost-Indische Compagnie, perusahaan patungan yang berlayar ke Indonesia.
Sekitar abad ke-17, sebagian besar perdagangan di Laut Jawa tetap berlangsung di pelabuhan-pelabuhan Jawa Timur, meskipun Banten sedang berkembang pada saat itu, Tuban masih menjadi kota perdagangan. Gresik yang muncul pada abad ke-15 menjadi gudang rempah-rempah Maluku. Jepara dan Surabaya menjadi penting, Semarang menjadi penting setelah pertengahan abad ke-17. Sayangnya, sejarah pelayaran Jawa dan angkatan laut Jawa berakhir pada abad ke-17. Kisah ini terkait erat dengan disintegrasi pulau Jawa pada abad ke-16, lahirnya Mataram pada abad ke-17, dan pasca perang di tanah air yang harus dilakukan Mataram untuk mengembalikan persatuan nasional Jawa.
ADVERTISEMENT
Dampak dari Perang
Keadaan perang yang terus-menerus ini membawa konsekuensi yang sangat menyedihkan bagi perdagangan laut Jawa. Penaklukan dan kehancuran kota-kota pesisir menyebabkan banyak pedagang berdatangan ke Makassar dan Banjarmasin. Perdagangan rempah-rempah Jawa pindah ke kota-kota ini. Ketika Malaka ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511 dan banyak pedagang Indonesia pindah dari Malaka ke tempat lain, sebagian dari mereka pindah ke Makassar, tetapi hal ini tidak penting pada saat itu. Baru setelah kedatangan pedagang-pedagang Jawa dari Jawa Timur maka pedagang-pedagang Jawa lah yang menguasai.
Referensi:
Subiyakto, B., Hairiyadi, H., & Akmal, H. (2020). Lintasan Sejarah Maritim Kalimantan Selatan.