news-card-video
21 Ramadhan 1446 HJumat, 21 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Menyusun Strategi Global: 7 Ilmu dalam International Corporate Strategy

Raymond Setiyawan
Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya
20 Maret 2025 17:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Raymond Setiyawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penulis: Raymond Setiyawan, Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
zoom-in-whitePerbesar
Penulis: Raymond Setiyawan, Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya. (Foto: Doc. Ist)
ADVERTISEMENT
Dalam dunia bisnis yang semakin terintegrasi, International Corporate Strategy (ICS) menjadi landasan bagi perusahaan yang ingin bertahan dan berkembang di kancah global. Namun, tidak semua strategi internasional bisa diterapkan secara seragam di setiap negara. Untuk memastikan keberhasilan ekspansi global, perusahaan harus memahami tujuh ilmu utama yang membentuk International Corporate Strategy.
ADVERTISEMENT
1. Competitive Advantage (Keunggulan Kompetitif)
Keunggulan kompetitif adalah fondasi utama bagi perusahaan global. Setiap perusahaan harus menentukan faktor yang membuatnya unggul dibandingkan kompetitor internasional. Apakah itu teknologi, efisiensi biaya, merek yang kuat, atau inovasi produk? Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk memasuki pasar baru dengan keunggulan yang sulit ditiru oleh pesaing.
2. Market Entry Strategy (Strategi Masuk Pasar)
Bagaimana sebuah perusahaan memasuki pasar internasional sangat menentukan keberhasilannya. Apakah melalui exporting, joint ventures, franchising, mergers & acquisitions, atau greenfield investment? Keputusan ini bergantung pada regulasi lokal, daya beli masyarakat, serta kematangan infrastruktur bisnis di negara tujuan.
3. Global Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasok Global)
Dalam lingkungan bisnis yang kompleks, rantai pasok global harus dirancang secara efisien. Krisis seperti pandemi COVID-19 telah menunjukkan betapa rentannya supply chain jika tidak memiliki diversifikasi yang tepat. Perusahaan harus memiliki strategi sourcing yang fleksibel untuk menghadapi perubahan geopolitik, fluktuasi harga bahan baku, dan gangguan logistik.
ADVERTISEMENT
4. Cross-Cultural Management (Manajemen Lintas Budaya)
Keberhasilan bisnis internasional juga bergantung pada pemahaman budaya lokal. Perusahaan seperti McDonald's dan Starbucks menyesuaikan menu dan strategi pemasaran mereka berdasarkan preferensi masyarakat di tiap negara. Kesalahan dalam membaca budaya lokal bisa menyebabkan kegagalan besar, seperti yang dialami oleh Walmart saat mencoba masuk ke pasar Jerman.
5. Global Branding and Marketing (Branding dan Pemasaran Global)
Strategi branding dan pemasaran global harus menyeimbangkan antara standarisasi dan adaptasi. Beberapa perusahaan memilih pendekatan universal branding, seperti Apple dan Nike, sementara yang lain menyesuaikan strategi mereka dengan preferensi lokal. Pemanfaatan digital marketing, social media, dan strategi influencer juga menjadi kunci dalam menarik konsumen di berbagai belahan dunia.
6. International Financial Strategy (Strategi Keuangan Internasional)
ADVERTISEMENT
Perusahaan global harus memahami fluktuasi mata uang, regulasi pajak, dan kebijakan moneter di berbagai negara. Risiko valuta asing dapat mempengaruhi profitabilitas bisnis, sehingga strategi hedging dan diversifikasi pendapatan dalam berbagai mata uang menjadi penting. Selain itu, kebijakan perpajakan di negara tujuan harus diperhitungkan agar tidak merugikan operasional perusahaan.
7. Political and Legal Considerations (Pertimbangan Politik dan Hukum)
Setiap negara memiliki regulasi yang berbeda dalam bisnis internasional. Kebijakan proteksionisme, tarif impor, hukum persaingan usaha, serta regulasi tenaga kerja bisa menjadi tantangan bagi perusahaan global. Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang lanskap politik dan hukum di negara tujuan sangat penting untuk menghindari konflik hukum dan memastikan kepatuhan bisnis.
Opini ditulis oleh Raymond Setiyawan, Mahasiswa Universitas Ciputra Surabaya
ADVERTISEMENT