Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 Ā© PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
5 Label Fashion yang Sering Melakukan Pergantian Desainer
20 Agustus 2020 14:26 WIB
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pergantian desainer atau creative director di sebuah label fashion kenamaan telah menjadi hal yang lumrah sekarang ini. Terutama sejak lini siap pakai berkembang pesat di era 1960-an. Di mana mode tak lagi seputar kreativitas dan kreasi terbatas seperti haute couture. Sebelumnya, menggarap sebuah lini siap pakai yang dijual secara masif ke publik masih dianggap tabu. Fashion, terutama di Paris, adalah tentang eksklusivitas. Namun seiring menguntungkannya penjualan bisnis busana siap pakai dan lisensi, membuat desainer dan punggawa bisnis di rumah mode kenamaan mulai mengalihkan fokus mereka ke aspek komersial.
Faktor lain adalah para rumah mode kenamaan mulai ditinggal para pendirinya yang memulai bisnisnya tersebut dari sejak era Perang Dunia I seperti Coco Chanel. Relevansi memegang peranan penting dalam hal desain dan pemasaran. Maka dibutuhkan talenta-talenta baru untuk menakhodai rumah mode historis tersebut guna menjaga relevansi kreativitas dan tentunya eksistensi. Karl Lagerfeld disebut sebagai contoh sukses akan seorang creative director sejati. Diangkat sebagai creative director Chanel pada tahun 1983, 12 tahun semenjak Coco Chanel meninggal dunia, Karl memberi energi baru pada rumah mode historis tersebut. Ia membuat Chanel menjadi lebih modern seperti potongan mini, fun lewat inspirasi seperti busana pantai, dan sukses secara komersial lewat serangkaian produk aksesori seperti versi baru tas ikonis 2.55.
Desainer lain yang berhasil merevitalisasi rumah mode historis menjadi modern adalah Tom Ford kala memimpin Gucci di era ā90-an. Berkat tangan dingin Tom Ford, Gucci yang sebelumnya di ambang kebangkrutan kembali populer dan menguntungkan secara bisnis berkat rancangannya yang seksi dan foto iklan bernuansa provokatif. Penerus Tom Ford di Gucci saat ini yakni Alessandro Michele juga berhasil menggapai sukses berkat garis desain yang retro dan quirky.
Tak semua memiliki peruntungan yang sama dengan Karl Lagerfeld dan Tom Ford. Seringnya pergantian desainer di label fashion juga dapat mengindikasikan stabilitas label bersangkutan. Namun kegagalan seorang creative director didukung banyak faktor bukan hanya dari aspek rancangan. Diperlukan sebuah hubungan yang sinergi antara desainer, CEO dan tim merchandiser dalam mendulang kesuksesan di era sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Berikut 5 label fashion yang paling sering mengalami pergantian desainer.
Lanvin
Berdiri pada tahun 1889 menjadikan Lanvin sebagai rumah mode tertua sekarang ini yang masih beroperasi. Sejak sang pendiri Jeanne Lanvin mundur pada tahun 1946, terdapat 15 desainer hingga sekarang ini yang menjadi creative director rumah mode ini. Sempat tenggelam, Lanvin kembali populer sejak ditangani oleh Alber Elbaz sejak tahun 2001. Berkat Alber, Lanvin identik dengan busana pesta bergaya feminin, elegan dan quirky lewat aksen draping, warna mencolok dan perhiasan yang chunky. Karena perseteruannya dengan pemilik Lanvin kala itu, membuat Alber dipecat pada tahun 2015. Setelahnya Lanvin pun mengalami kesulitan dalam mencari pengganti yang tepat. Dalam dua tahun bahkan terjadi dua kali pergantian desainer dan bisnis pun terus merugi. Kini tak hanya berganti kepemilikan, Lanvin dipimpin oleh desainer Bruno Sialleli yang mengubah citra rumah mode in menjadi lebih eklektik namun feminin.
ChloƩ
ChloƩ disebut sebagai salah satu label fashion yang mempopulerkan bisnis busana siap pakai. Gaby Aghion selaku pendiri mendirikan label ini pada tahun 1952 untuk menjangkau pasar yang menginginkan busana mewah namun dalam harga yang lebih terjangkau dibanding koleksi haute couture. Selepas mundur pada 1959 terdapat 11 desainer yang menggantikannya. Sejumlah nama besar sempat menjadi desainer dari ChloƩ seperti diantaranya Karl Lagerfeld yang menjabat selama 25 tahun sembari tetap mengepalai Chanel. Lalu Martine Sitbon, Stella McCartney, Phoebe Philo yang membuat kreasi It bag pertama yakni tas Paddington, Clare Waight Keller dan kini Natacha Ramsay-Levi yang menginjeksi gaya edgy.
ADVERTISEMENT
Nina Ricci
Label fashion lain yang sering mengalami pergantian desainer adalah Nina Ricci. Berdiri pada tahun 1932, Nina Ricci dikenal lewat kreasi bergaya feminin. Namun parfum menjadi sumber pemasukan label ini. Sejak diakuisisi oleh grup perusahaan asal Spanyol Puig, Nina Ricci mulai kembali fokus menggarap lini siap pakai. Setidaknya ada 11 desainer pernah menjadi creative director label ini. Olivier Theyskens sempat membuat label ini bergaya feminin dan gothic pada era kepemimpinannya pada 2006 hingga 2009. Kini Nina Ricci ditangani oleh pasangan desainer Lisi Herrebrugh dan Rushemy Botter yang membuat label ini lebih condong ke gaya kontemporer.
Balmain
Glamor telah identik dengan rumah mode Balmain sejak desainer Pierre Balmain memulai bisnisnya pada tahun 1945. Sembilan desainer telah mengisi kursi creative director sejak Pierre wafat pada tahun 1982. Christopher Decarnin dapat dikatakan menjadi yang pertama mengubah citra rumah mode ini lewat gaya rock ānā roll andalannya. Kini Balmain disupervisi oleh Olivier Rousteing yang mulai berekspansi ke lini aksesori dan kembali menjajal koleksi haute couture. Olivier juga sukses membuat Balmain relevan dan populer di generasi muda. Berkat kedekatannya bersama selebriti seperti keluarga Kardashians dan kolaborasi Balmain dengan label H&M pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Emanuel Ungaro
Kontroversi menyelimuti sejarah pergantian creative director label Emanuel Ungaro. Dari delapan desainer yang pernah menggantikan sang pendiri seperti Giambattista Valli, Peter Dundas dan Giles Deacon satu yang paling kontroversial adalah Lindsay Lohan. Aktris tersebut pernah didaulat menjadi creative director bersama desainer Estrella Archs pada tahun 2010. Koleksi perdananya mendapat sambutan dingin dari para Editor mode. Tak seperti label historis lain, seringnya pergantian desainer justru menunjukkan kesulitan rumah mode Emanuel Ungaro dalam mengulang masa kejayaannya di era ā80an.