Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
5 Label Fashion yang Terapkan Pola Repetisi dalam Rancangannya
19 Oktober 2019 14:05 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ada banyak cara untuk sukses di industri fashion, dan bagi sejumlah label dan desainer kenamaan repetisi dalam hal kreativitas adalah salah satunya. Fashion mungkin identik dengan pembaruan, namun kini atau tepatnya sejak memasuki era 2000-an, secara kreativitas desainer lebih suka menghadirkan rancangan yang sarat nostalgia. Meski begitu, desainer selalu punya cara untuk mengemasnya menjadi terlihat fresh dan desirable.
ADVERTISEMENT
Kini repetisi bukan lagi dalam masalah inspirasi tapi gaya rancang. Tema boleh beda namun pakaian yang ditawarkan tetap sama, bahkan sampai ke trik padu-padannya di runway. Mengapa? Bisnis menjadi alasan utama. Situs Business of Fashion dalam artikelnya menuliskan bahwa kini tim merchandising juga ikut dilibatkan dalam pengembangan koleksi.
Apa yang laku keras di musim sebelumnya, masih digemari oleh konsumen hingga jika berkelanjutan dapat menjadi signature baru dari desainer atau label bersangkutan. Semisal, Chanel identik dengan tweed jacket dan tas flap detail quilted, dan konsumen selalu mencari kedua item tersebut di setiap musimnya. Maka tak heran jika items tersebut selalu hadir di runway.
Strategi ini mungkin mendulang sukses dalam hal bisnis, namun dilematis dalam hal kreativitas. Di mata jurnalis dan penikmat fashion, desainer dan label bersangkutan seolah tak berkembang dan mandek dalam hal ide. Namun di satu sisi, koleksi pakaian dan aksesori yang dihadirkan terasa relevan bagi konsumen. Dan siapa lagi kalau bukan untuk konsumen tujuan desainer untuk merancang. Karena kini konsumen bukan lagi hanya menjadi muara tapi sumber inspirasi dari fashion itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Berikut lima label yang menerapkan pola repetisi dalam rancangannya.
1. Dior
Padanan sweater dengan rok maxi transparan bersama topi dan rangkaian gaun menerawang dengan sematan bordir menjadi signature gaya baru dari Dior.
Formula gaya dari Maria Grazia Chiuri selaku creative director tersebut konsisten muncul di setiap peragaan koleksi lini siap pakai. Upayanya membuahkan hasil, di mana pada tahun 2018 Dior mencatat angka penjualan sebesar 5 Miliar Euro.
Hanya segelintir label yang mampu mencapai angka tersebut yakni Chanel, Louis Vuitton, Gucci, Cartier dan Hermes. Meski analisis dari Morgan Stanley menyatakan bahwa 53 persen dari angka tersebut datang dari kesuksesan lini kosmetik, namun tentu kreasi fashion tak dapat dikesampingkan.
ADVERTISEMENT
2. Alexander McQueen
Alexander McQueen dikenal sebagai label yang selalu menghadirkan ‘kejutan’ dalam setiap peragaannya. Inspirasi, detail hingga panggung selalu berbeda di setiap musimnya. Kini semenjak disupervisi oleh Sarah Burton, yang juga merupakan tangan kanan mendiang McQueen semasa hidup, label ini cenderung menghadirkan gaya yang sama.
Setelan jas bergaya feminin , midi dress berwarna putih yang dikenakan bersama serupa corset belt dan two-tone trench coat selalu menjadi benang merah koleksi. Hal ini kian menunjukan upaya Kering Group, selaku pemilik, yang berambisi untuk mengembangkan Alexander McQueen seperti Balenciaga dan Saint Laurent. Meski sama, namun unsur whimsical tetap terasa lewat permainan detail dan teknik craftsmanship yang dihadirkan.
3. Hedi Slimane untuk Celine
Hedi Slimane mungkin menjadi salah satu sosok yang mempopulerkan pola repetisi dalam rancangannya. Semasa mensupervisi Saint Laurent, ia konsisten menghadirkan gaya edgy dan seksi lewat mini dress, biker jacket dan skinny suit yang laku keras dan berhasil membuat rumah mode ikonis tersebut kembali untung. Kini menangani Celine, Hedi Slimane berhasil membuat signature gaya baru yakni padanan blazer bersama celana kulot dan midi dress dalam motif bergaya retro.
ADVERTISEMENT
4. Saint Laurent
Anthony Vaccarello mungkin telah sukses mengubah gaya Saint Laurent yang edgy ala Hedi Slimane menjadi lebih glamor dan seductive. Namun ia tetap menerapkan strategi yang sama yakni repetisi dalam hal desain dengan sejumlah pembaruan tentunya. Strapless mini dress, jaket bergaya bohemian dan hot pants menjadi sejumlah items yang kerap muncul di setiap peragaan Saint Laurent.
5. Balenciaga
Demna Gvasalia untuk Balenciaga juga menerapkan strategi yang sama. Blazer dan coat dengan siluet bahu yang tegas, pleated dress dan mini bergaya retro dan padanan blus detail stand up collar bersama rok pensil menjadi formula gaya andalan yang selalu digubah ditiap musim. Meski begitu lewat permainan warna, proporsi hingga venue, Demna berhasil mengemas rancangannya jauh dari kata stagnan dan tetap memiliki unsur kejutan.
ADVERTISEMENT