Desainer Hindari Gaya Maskulin untuk Tren Busana Pria Tahun 2020

Rayoga Akbar Firdaus
Fashion is food for thought
Konten dari Pengguna
30 Januari 2020 10:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gucci menswear fall/winter 2020/Gucci.com
zoom-in-whitePerbesar
Gucci menswear fall/winter 2020/Gucci.com
ADVERTISEMENT
Desainer hindari gaya maskulin untuk tren busana pria musim fall/winter 2020. Kecenderungan ini bukan tanpa alasan. Para desainer ini ingin menawarkan perspektif baru mengenai citra seorang pria maskulin di tahun 2020, di samping deretan pakaian yang stylish tentunya. Gambaran paling umum akan pria maskulin adalah pria berotot memakai pakaian kasual atau setelan jas warna hitam.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi pertanyaan, ketika pria tidak memenuhi kriteria dari citra gaya maskulin tersebut, semisal memakai warna pink, adakah dia kehilangan sisi maskulinnya? Orientasi seksual seringkali dihubungkan dengan isu ini. Rasanya terlalu dangkal jika kita harus mengira-ngira preferensi seksual seseorang dengan gaya berpakaiannya. Apalagi di era media sosial seperti sekarang di mana kehadiran tagar #OOTD memotivasi kita untuk lebih kreatif dan bebas mengekspresikan personal style.

Gucci

Gucci menswear fall/winter 2020/Gucci.com
Membuat pria untuk lebih bebas mengekspresikan diri tanpa harus takut dengan stereotip yang ada adalah tema besar dari koleksi Gucci menswear fall/winter 2020. Hal tersebut dituangkan dalam sebuah manifestasi yang diunggah oleh label historis asal Italia di akun Instagram resminya tersebut.
Desainer Gucci, Alessandro Michele bisa dibilang adalah salah satu sosok di balik kepopuleran akan paham baru mengenai maskulin ini di ranah fashion. Contoh nyata adalah gaya dua selebriti pria yang juga muse dan bintang iklan Gucci, yakni Jared Leto dan Harry Style. Ketika Jared mengenakan gaun merah berhiaskan kristal dan menenteng replika kepalanya sendiri, serta saat Harry memakai baju berbahan renda, publik memuji keduanya dengan menyebutnya fashionable atau flamboyan.
ADVERTISEMENT
Manifestasi maskulin yang diusungnya diterjemahkan dalam rangkaian pakaian yang sarat nostalgia dan cenderung kekanak-kanakan. Paduan blazer dengan kemeja, vest, celana pendek dan dasi mengingatkan akan seragam sekolah. Turut hadir opsi yang kasual seperti kemeja dengan celana jeans.
Satu hal yang menarik atensi adalah kehadiran oversized T-shirt bertuliskan kata “Impotent”. Situs Vogue sampai membuat artikel yang mengupas akankah pria mau memakai kaus bertuliskan kata yang masih dianggap tabu tersebut?
Gucci menswear fall/winter 2020/Gucci.com
Kita tidak tahu jawabannya secara pasti. Namun Michele sukses menghadirkan sebuah koleksi busana pria dengan gagasan yang progresif.
Gucci menswear fall/winter 2020/Gucci.com

Dari yang Provokatif sampai Sederhana

Loewe menswear fall/winter 2020/Alessandro Lucioni/GoRunway/Vogue
Desainer lain yang juga gemar menekan batasan gaya maskulin adalah Jonathan Anderson. Rancangannya untuk lini busana pria baik untuk label pribadinya JW Anderson maupun label yang ia supervisi yakni Loewe, bisa dibilang provokatif. Untuk label JW Anderson ia menghadirkan atasan dengan peplum. Gaya yang terbilang ‘ekstrem’ datang dari kreasinya untuk Loewe di mana model pria mengenakan blazer bersama gaun metallic bersiluet klasik. Ia mengutarakan kepada situs Vogue bahwa ide dasarnya adalah membawa spirit haute couture dalam ranah busana pria.
Dior Men fall/winter 2020/Dior.com
Tema serupa juga diusung Kim Jones untuk Dior Men yang membuat coat berbahan taffeta detail bunga serta kristal dengan memadukannya bersama sarung tangan panjang. Lalu Virgil Abloh untuk Louis Vuitton yang mendekorasi kemeja dan setelan jasnya dengan ruffles. Mereka tidak pernah menyinggung akan perihal citra baru pria maskulin dalam rancangannya sevokal Michele. Namun keputusan Anderson, Jones dan Abloh untuk menginjeksi spirit couture dan craftsmanship yang identik dengan busana wanita pada koleksi menswear, seolah merefleksikan spirit baru. Di mana wanita kini memegang andil dalam perkembangan busana pria.
Louis Vuitton menswear fall/winter 2020/Alessandro Lucioni/GoRunway/Vogue
Kecuali Loewe, busana yang ditawarkan Dior dan Louis Vuitton sendiri sebenarnya masih terbilang ‘aman’ dan wearable. Desainer lain yang berada di jalur yang sama antara lain, Dries Van Noten yang terinspirasi gaya era 70’an, Prada lewat permainan motif grafis dan Berluti dengan permainan warna-warna terang.
Dries Van Noten menswear fall/winter 2020/Alessandro Lucioni/GoRunway/Vogue
Anda bisa mencoba trik Prada dan Berluti yang memadukan pakaian klasik berwarna gelap dengan item berwarna terang seperti T-shirt atau sneakers.
Prada menswear fall/winter 2020/Filippo Fior/GoRunway/Vogue
Lalu apakah kita akan melihat banyak pria memakai warna terang dan kristal di tahun 2020? Belum tentu. Sejauh ini perubahan gaya berbusana pria baru terlihat di ranah red carpet, selain Leto dan Style selebriti lain adalah Timothee Chalamet dan Billy Porter juga gemar bereksperimen, dan tentunya mereka yang bekerja di industri kreatif.
Berluti fall/winter 2020/Filippo Fior/GoRunway/Vogue
Karena pada dasarnya menerima definisi baru gaya maskulin bukan berarti Anda harus mengganti gaya berpakaian. Serta tentu saja apa yang ditawarkan desainer di runway belum tentu bisa diaplikasikan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana jika anda tetap setia dengan pemahaman bahwa pria harus tampil selayaknya pria pada umumnya? Setia dengan jas dan pakaian berwarna gelap. Tidak masalah.
Tapi Anda bisa bersikap gentle. Ketika Anda di jalan melihat pria lain memakai baju warna pink, Anda bisa memuji gaya dan keberaniannya atau biarkan saja dia lewat tanpa harus menertawakannya. Sikap tersebut memperlihatkan sisi maskulin Anda yang sesungguhnya.