Prada dan Hermes Rugi Hingga Ratusan Juta Euro karena Pandemi

Rayoga Akbar Firdaus
Fashion is food for thought
Konten dari Pengguna
3 Agustus 2020 10:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rayoga Akbar Firdaus tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Prada ad campaign Fall/Winter 2019/Prada.com
zoom-in-whitePerbesar
Prada ad campaign Fall/Winter 2019/Prada.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sama seperti label fashion lainnya pandemi COVID-19 juga turut melemahkan bisnis Prada dan Hermes yang merugi hingga ratusan juta Euro. Penutupan sejumlah butik karena diberlakukannya lockdown dinilai menjadi pemicu akan menurunnya penjualan. Dalam laporan keuangan semester pertama 2020 Prada menyatakan rugi hingga 180 juta Euro bila dibandingkan dengan keuntungan pada periode yang sama tahun lalu.
Prada Fall/Winter 2020/IMAXtree
Kawasan Timur Tengah, Amerika dan Eropa menjadi wilayah dengan penurunan penjualan paling signifikan bagi Prada. Di mana persentase penurunan mencapai 44 persen di Timur Tengah, 42 persen di Amerika dan 41 persen di Eropa. Penerapan lockdown yang berakibatnya terbatasnya akses pariwisata membuat penjualan melemah di regional tersebut. Turis memang menjadi sumber pemasukan bagi penjualan label fashion khususnya di kawasan Eropa di mana harga barang fashion mewah bisa lebih murah bila dibandingkan dengan di kawasan Asia Pasifik.
Prada Fall/Winter 2020/IMAXtree
Selain minus keuntungan, Prada juga mencatat sejumlah tren positif selama semester pertama 2020 ini. Penjualan melalui situs e-commerce naik tiga kali lipat selama dan setelah lockdown. Dan di Jepang mulai terlihat adanya pemulihan berkat pembelian yang dilakukan masyarakatnya. Umumnya penjualan di Jepang sendiri masih bergantung pada turis. Penjualan di China juga dinyatakan naik dua kali lipat pasca lockdown.
ADVERTISEMENT

Prestasi Hermes selama pandemi

Hermès ad campaign/Hermes.com
Sementara itu rumah mode Prancis Hermès dalam laporan keuangan kuartal kedua 2020 menyatakan bahwa penjualannya turun sebesar 42 persen. Angka tersebut juga sama persis dengan persentase penurunan penjualan di wilayah Amerika di mana merupakan yang paling parah diikuti oleh Eropa sebesar 36 persen dan Prancis 38 persen.
Meski secara keseluruhan penjualan dan pemasukannya menurun, rumah mode yang dikenal lewat tas ikonis Birkin dan Kelly ini tetap mencatat sejumlah prestasi selama semester pertama 2020 ini.
Di bulan April lalu ketika pemerintah China menghentikan lockdown, Hermes berhasil membukukan penjualan sebesar 2,7 juta USD di flagship store nya di Guangzhou hanya dalam satu hari saja seperti dikutip dari situs Jing Daily. Bahkan pada hari tersebut turut terjual sebuah tas Birkin Himalayan berhiaskan berlian yang harganya konon bisa mencapai ratusan ribu dolar Amerika.
Hermès Fall/Winter 2020/IMAXtree
Tren positif juga dinyatakan Hermes dalam laporan keuangan kuartal kedua 2020 juga terlihat di Jepang. Meski di negara Matahari Terbit tersebut penjualannya turun sebesar 23 persen, namun pemulihan mulai terlihat berkat penjualan secara daring di situs yang baru diluncurkannya yakni Hermes.jp
ADVERTISEMENT
Namun keberhasilan Hermes yang mencuri perhatian dalam laporan keuangan kuartal kedua 2020 ini adalah di saat banyak perusahaan melakukan pemecatan selama pandemi, Hermes justru menambah pegawainya. Disebutkan bahwa Hermes merekrut 300 orang baru yang kebanyakan di departemen produksi. Hingga akhir Juni, Hermes memiliki pegawai total mencapai 15.698 orang dengan 9.973 di antaranya berbasis di Prancis.
Meski sejumlah label fashion besar seperti Hermes, Louis Vuitton dan Gucci mencatat rugi selama tahun 2020 ini namun mereka justru kompak untuk menaikkan harga produknya. Menarik apakah strategi ini akan cukup berdampak meningkatkan pendapatan mereka di saat ancaman resesi global mulai menyeruak.