Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
7 Fakta Menarik Menjadi Diplomat
11 Maret 2018 19:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Ririn Dwi Fitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Foto bersama Presiden Jokowi dan Kepala Perwakilan RI di Luar Negeri. Sumber: ksp.go.id)
ADVERTISEMENT
Menjadi diplomat… bagi saya pribadi, profesi ini tidak pernah menjadi impian ketika saya kecil maupun remaja. Boleh dibilang, dulu saya sangat awam dengan profesi diplomat.
Menjelang lulus kuliah, saya mulai sering membaca dan mendengarkan berita tentang forum-forum internasional seperti PBB, APEC, GNB maupun ASEAN. Akhirnya saya memutuskan untuk mencoba peruntungan menjadi PNS Kementerian Luar Negeri dan berkiprah sebagai diplomat.
Kini, genap satu dasawarsa saya menjalani profesi diplomat. Terlepas dari tuntutan dan tantangan yang harus dilalui oleh seorang diplomat, saya bersyukur banyak hal-hal menarik dan positif yang saya dapatkan.
Berikut ini adalah 7 fakta menarik menjadi diplomat yang saya simpulkan berdasarkan pengalaman pribadi.
1. Ber-Paspor Hitam
(Foto Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Tidak semua Warga Negara Indonesia (WNI) berhak memiliki paspor hitam (diplomatic passport), hanya kalangan Pejabat Tinggi Pemerintah dan diplomat tentunya. Selain menjadi kebanggaan tersendiri, paspor hitam memiliki hak-hak khusus (privileges) yang dilindungi di negara manapun dan yang pasti selalu ada jalur khusus di bandara bagi pemegang paspor hitam. Jadi, jarang sekali saya terjebak antrian panjang untuk keluar dari imigrasi bandara.
Beberapa negara bahkan telah memberlakukan kebijakan bebas visa bagi paspor hitam, sehingga para diplomat dengan mudah berpergian tanpa repot mengurus dan menunggu proses pengajuan visa.
Tapi jangan salah, paspor hitam ini hanya bisa digunakan ketika para diplomat sedang menjalani tugasnya. Paspor hitam tidak diperkenankan untuk digunakan liburan.
ADVERTISEMENT
2. Travelling
Saya yakin semua orang senang sekali travelling, apalagi ke luar negeri. Dengan menjadi diplomat, kesempatan ke luar negeri sangatlah terbuka lebar.
Memang bukan travelling untuk jalan-jalan, tetapi tidak menutup kemungkinan di sela-sela padatnya kegiatan diplomat dalam menunaikan misi negara, kesempatan jalan-jalan itu tetap ada. Paling tidak kami biasanya diberikan kesempatan untuk melihat tempat-tempat yang menjadi ikon negara tersebut.
Yang menarik, diplomat tidak selalu mengunjungi negara-negara populer seperti AS, Inggris, Jerman, Belanda atau Italia. Tetapi juga berkesempatan mengunjungi negara-negara yang sebelumnya bahkan tidak pernah bermimpi untuk mau kesana.
Pastinya, kesempatan mengunjungi berbagai negara juga kesempatan untuk mencicipi kuliner khas mereka. Menarik sekali bisa merasakan berbagai cita rasa yang berbeda satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi pernah ditugaskan untuk berkunjung ke Kabul – Afghanistan, Dili – Timor Leste dan Lima – Peru. Setiap negara yang saya kunjungi telah memberikan warna dan kisah tersendiri di hati saya.
3. Bertemu dengan Orang-Orang Penting dan Terkenal
(Foto Bersama dengan Artis Indonesia dalam rangka Perth-Indonesia Film Festival 2015. Sumber: Dok.Pribadi)
Menjadi diplomat haruslah dapat bergaul dengan siapapun dari kalangan manapun. Networking is a must.
Tapi, dengan berprofesi sebagai diplomat, banyak sekali kesempatan dimana kami dapat leluasa bertemu, bersalaman bahkan berbagi cerita dengan orang-orang penting di level kepala negara, kepala pemerintahan dan menteri, hingga orang-orang terkenal di dunia entertainment dan sport maupun para peraih nobel internasional.
Kesempatan ini datang pada saat pelaksanaan pertemuan tingkat tinggi, menjadi petugas protokol atau Liaison Officer, dan ketika sedang menjalani misi kebudayaan. Kesempatan langka ini biasanya saya manfaatkan tidak hanya untuk berfoto dan selfie bareng tetapi juga menggali inspirasi dari kisah sukses mereka.
ADVERTISEMENT
4. Hadir di Acara-Acara VIP
Menginjakkan kaki di istana kepresidenan untuk mengikuti pertemuan bilateral, menghadiri gala dinner dalam rangka kunjungan Menteri, mengikuti public lecture Guru Besar universitas ternama di dunia atau berpartisipasi dalam behind the stage cocktails reception dari suatu pertunjukkan musik dan budaya.
Semuanya itu merupakan deretan acara-acara terbatas yang didedikasikan bagi VIP (Very Important Persons). Sebagai diplomat, kami seringkali diundang untuk hadir di acara-acara tersebut.
Tentunya, ketika hadir di acara-acara VIP, sebisa mungkin saya tetap menjalankan misi dalam membangun serta membina networking seluas-luasnya.
5. Menjadi Orang yang Paling Dicari
Ketika sedang penempatan di Perwakilan RI di luar negeri, diplomat menjadi orang yang paling dicari oleh WNI di negara tersebut. Bagaimana tidak, Perwakilan RI merupakan rumah bagi mereka. Tempat bagi mereka untuk bertanya, berlindung, berekspresi maupun sekadar bercengkrama untuk melepas rindu akan tanah air.
ADVERTISEMENT
WNI di luar negeri sangat mengharapkan bantuan dan kerja sama kami dalam memberikan pelayanan dan perlindungan sebaik-baiknya sehingga memudahkan kehidupan mereka di rantau.
Jadi, tak heran jika saya sering mendapat telpon kapanpun itu dari WNI yang bertanya mengenai paspor mereka. Beberapa kali, saya juga sempat dicari-cari untuk diundang ke sebuah acara organisasi kedaerahan karena rupanya kehadiran wakil dari Perwakilan RI merupakan suatu kehormatan bagi mereka.
6. Akses akan Informasi Berkategori “R”
Hal yang tidak terhindarkan bagi seorang diplomat untuk dapat memahami isu-isu strategis, baik di tataran nasional, regional maupun internasional. Menjadi knowledgeable juga menjadi tuntutan utama bagi seorang diplomat. Karenanya, diplomat seringkali bersentuhan dengan informasi-informasi berkategori “R” (Confidential).
ADVERTISEMENT
Sisi positifnya, diplomat terlatih untuk memiliki sudut pandang komprehensif dalam menilai suatu masalah. Hal-hal sensitif dan strategis menjadi dasar pertimbangan bagi diplomat dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, diplomat perlu pintar-pintar dalam memahami serta mengolah informasi-informasi “R” dimaksud agar tidak menimbulkan multi-interpretasi bagi publik.
Bagi saya pribadi, informasi-informasi “R” dimaksud membantu mengasah kemampuan analisis saya dalam memahami berbagai tantangan global saat ini.
7. Memahami Etika dan Budaya Bangsa Lain
Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung… Sebagai seorang diplomat yang banyak melakukan kunjungan ke berbagai negara, kami dituntut untuk mudah beradaptasi. Interaksi dengan masyarakat lokal dalam kehidupan sehari-hari menjadi pengalaman berharga buat seorang diplomat.
Memahami etika dan budaya bangsa lain akan membentuk diplomat untuk lebih berpikir terbuka dan memiliki toleransi tinggi.
ADVERTISEMENT
Bagi saya, dengan memahami etika dan budaya bangsa lain, telah memperkaya pandangan saya tentang kehidupan dan menginspirasi saya untuk menerapkan nilai-nilai positif yang bisa diserap. Diantaranya, nilai-nilai kedisiplinan dari Asia Timur ataupun etika berekspresi dan berpendapat dari Amerika dan Eropa.
So…? Anda tertarik jadi diplomat? Siapa tahu, Anda kelak bisa menambahkan fakta-fakta menarik lainnya dari kehidupan seorang diplomat…