Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Diplomasi Sosial Budaya Turut Menyentuh Kalangan Usia Lanjut
25 Maret 2018 18:06 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Ririn Dwi Fitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Foto: Penampilan tari Bali turut mengisi acara Australia National Seniors Meeting. Sumber: Dok. KJRI Perth)
ADVERTISEMENT
Warga usia lanjut (usila), bisa jadi merupakan kalangan sosial yang sering termarjinalkan di masyarakat. Pandangan awam terhadap usila yang bukan lagi merupakan usia produktif, cenderung untuk mengasosiakan para usila dalam fase kehidupan yang sebaiknya banyak beristirahat dan diam di rumah saja.
Memang betul, kondisi fisik yang tidak lagi fit menjadi faktor utama para usila tidak bisa lagi se-produktif biasanya. Tapi bukan berarti mereka menjadi kalangan sosial yang tidak bisa berkarya dan tetap bisa hidup mandiri. Justru dengan tetap memperkaya diri dengan aktivitas, kehidupan usila menjadi lebih berwarna, lebih bahagia dan lebih bermakna.
Menariknya, semakin tinggi angka kehidupan para usila di suatu negara dapat menjadi indikator semakin majunya suatu negara. Karena tingginya angka kehidupan berbanding lurus dengan meningkatnya kadar gizi, sanitasi, pelayanan kesehatan maupun kemajuan teknologi negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Usila di Australia
Perbedaan yang cukup menonjol dengan Indonesia, di negara maju seperti Australia misalnya, kehidupan usila banyak terkonsentrasi di panti-panti jompo. Bagi warga Australia, menghabiskan masa tua di panti jompo tidak membawa stigma negatif bahwa ia dibuang keluarganya dan tidak juga memberikan kesan bahwa panti jompo hanyalah tempat perawatan bagi usila yang sudah tidak bisa apa-apa. Pilihan untuk tinggal di panti jompo tak jarang adalah keinginan para usila, bukanlah desakan dari keluarganya.
Berdasarkan pengamatan saya selama bertugas di Perth, Australia Barat, sebagian besar panti jompo dikelola oleh pihak swasta namun tetap mendapat dukungan dari Pemerintah setempat.
Pemerintah memberikan dukungan tidak hanya dari sisi subsidi anggaran, tetapi juga dengan mencanangkan Seniors Week dan Australia National Seniors Meeting. Sehingga, pengembangan dari sisi fasilitas dan program aktivitas bagi usila di Australia sangatlah memadai dan bervariasi.
ADVERTISEMENT
Beberapa panti jompo bahkan dibangun dengan konsep perumahan (cluster). Para usila dapat tetap tinggal di rumah minimalis dengan lingkungan yang seutuhnya ramah usila. Sudah tentu difasilitasi juga dengan tenaga perawat (care givers) dan dokter umum yang siap sedia membantu selama 24 jam penuh.
Para usila yang tinggal di panti pun diajak untuk memiliki aktivitas pilihan yang dapat dikerjakannya setiap hari. Tidak sedikit dari mereka yang didorong untuk menjadi sukarelawan di berbagai fasilitas publik seperti perpustakaan, klinik kesehatan maupun tempat ibadah.
Pendekatan Sosial-Budaya KJRI Perth Bersama DWP
Sebagai bagian dari peran saya dalam menjalankan fungsi Penerangan Sosial dan Budaya (Pensosbud) KJRI Perth pada tahun 2013-2016, aktivitas sosial-budaya bersama Ibu-Ibu Dharma Wanita Persatuan (DWP) selalu masuk dalam agenda kerja tahunan KJRI Perth.
ADVERTISEMENT
Diantara sekian banyak agenda, KJRI Perth dan DWP tidak pernah luput untuk menjadwalkan kunjungan ke panti-panti jompo yang tersebar di sekitar kota Perth.
Selain dalam rangka membangun kedekatan sosial dengan masyarakat setempat dari kalangan usila, setiap kali kunjungan tim KJRI Perth dan DWP, tidak lupa untuk menampilkan kesenian gamelan, wayang, tarian tradisional dan membawa kudapan ringan khas Indonesia. Sesekali, kami selingi dengan permainan dan kuis-kuis ringan tentang Indonesia.
Intinya, kami datang untuk bersilaturahmi dan menghibur dengan membawa warna budaya yang berbeda dan menarik bagi para usila.
(Foto: Gamelan dan Wayang menjadi favorite para usila setiap kali KJRI Perth dan DWP datang berkunjung. Sumber: Dok. KJRI Perth)
Dalam beberapa kesempatan, kami bahkan sempat bertemu dengan usila asal Indonesia ataupun perawat Indonesia yang bekerja di panti jompo tersebut.
ADVERTISEMENT
Kunjungan kami selalu disambut antusias oleh pihak panti dan para usila. Semua merasa senang dan berterima kasih atas kunjungan kami.
Sebagian usila mengutarakan jika di masa mudanya seringkali mengunjungi Bali dan kangen sekali dengan Indonesia. Keramahan orang-orang Indonesia lah yang paling diingat oleh mereka.
Kedatangan Yayasan Pelita Usila ke Perth
Awal tahun 2016 lalu, KJRI Perth dan DWP menerima kunjungan Yayasan Pelita Usila dari Jakarta. Yayasan ini merupakan kumpulan dari Perempuan Peduli Kesehatan Usia Lanjut (Pelita Usila) yang beranggotakan seluruhnya perempuan dan mayoritas adalah pensiunan pejabat Kementerian Kesehatan RI. Jadi, sebetulnya sebagaian besar pengurus dan anggota Pelita Usila juga telah memasuki usia lanjut.
Sejak didirikan tahun 1998, Yayasan Pelita Usila aktif bergerak dalam berbagai program sosial seperti operasi katarak gratis, kunjungan ke panti-panti jompo, penyuluhan ke lapas perempuan, maupun penyelengaraan seminar dengan berbagai tema kesehatan.
ADVERTISEMENT
Semua aktivitas dimaksud ditujukan untuk menunjang visi dan misi Yayasan Pelita Usila dalam rangka meningkatkan perhatian dan kepedulian berbagai pihak terkait akan peningkatan kesehatan usia lanjut agar para usia lanjut itu tetap sehat dan produktif secara sosial dan ekonomi.
Rupanya, semangat dalam membangun Yayasan Pelita Usila tidak berhenti hanya pada aktivitas di dalam negeri. Meskipun dalam rangka liburan ke Perth, Ketua Yayasan Ibu Dr. Orie Andari S, MBA dan Sekretaris Yayasan Ibu Etty Hayati, tetap menyempatkan diri untuk melakukan studi banding dengan panti jompo di Perth.
“Saya dengar fasilitas dan manajemen panti di Perth ini sangat bagus dan teratur, dukungan Pemerintah Australia Barat dan kerja samanya dengan pihak swasta sebagai pengelola juga sangat baik. Saya tentu jadi penasaran” ujar Ibu Dr. Orie saat menyampaikan maksud kunjungannya kepada Ketua DWP KJRI Perth.
ADVERTISEMENT
Karena keinginan tersebut, KJRI Perth bekerja sama dengan DWP kemudian merancang jadwal kunjungan ke Bethanie Wearne di Cottesloe, Australia Barat. Dalam kunjungan tersebut, Ketua Yayasan Pelita Usila bertemu dan berdiskusi langsung dengan Mrs. Janeen Karsten selaku Facility Manager.
Selain melihat langsung bagaimana manajemen panti jompo Bethanie Wearne, keduanya juga banyak membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan upaya penatalaksanaan kesehatan usila agar tetap sehat, bugar, mandiri dan kreatif.
Sebagi tanda kasih, Yayasan Pelita Usila membawa permainan congklak bagi pengurus panti. Permainan tradisional Indonesia yang sederhana namun ternyata dapat membantu melatih daya pikir maupun daya hitung para usila. Pengurus panti berjanji akan mengajarkan permainan congklak kepada para usila sebagai salah satu alternatif permainan hiburan mereka.
(Foto: Permainan congklak diperkenalkan untuk menjadi salah satu permainan menghibur bagi usila di salah satu panti jompo di Perth. Sumber: Dok. KJRI Perth)
ADVERTISEMENT
Menutup kunjungan, Ketua Yayasan Pelita Usila menyampaikan kepada KJRI Perth bahwa para Oma-Oma yang tergabung dalam Yayasan Pelita Usila semangatnya memang luar biasa dan yang terpenting semua aktivitas di Yayasan dijalani dengan suka cita serta dibarengi dengan keikhlasan yang tinggi. Berbagai kegiatan positif tersebut akan menjauhkan dari dimensia dan perasaan-perasaan negatif yang banyak menghampiri usia lanjut.
Beliau sangat menghargai upaya KJRI Perth dan DWP dalam menjalin silaturahmi dengan kalangan usila dan berharap kedepannya akan tercipta program kerja sama kedua negara yang menyasar pada upaya peningkatan kemandirian usila di Indonesia.
Peluang Diplomasi dengan Kalangan Usila
Aktivitas di panti jompo terkesan sederhana memang, namun aktivitas sosial ini menjadi salah satu upaya penting dalam diplomasi. Selain terbukti mendekatkan hubungan antar-masyarakat (people-to-people) kedua negara, banyak peluang kerja sama yang dapat digali lebih jauh.
ADVERTISEMENT
Indonesia dapat belajar banyak mengenai tata kelola panti jompo dan bagaimana menciptakan citra yang tidak melulu negatif tentang panti jompo. Indonesia juga dapat mempelajari mengenai sistem perawatan usila di luar negeri sehingga dapat mendorong lebih banyak tenaga perawat (care givers) Indonesia untuk berstandar dan bersertifikasi internasional.
Upaya diplomasi juga dapat diarahkan untuk membangun jejaring antar-Yayasan atau NGO di dalam maupun luar negeri, agar mereka dapat saling berbagi pengalaman dan pengetahuan sehingga dapat melahirkan program-program inovatif yang menunjang kehidupan usila yang lebih baik.
(Foto: Antusias para usila di Perth mengenakan batik Indonesia saat kedatangan tim dari KJRI Perth dan DWP. Sumber: Dok. KJRI Perth)
Yang pasti, setiap Perwakilan RI di luar negeri kini diimbau untuk merancang suatu program khusus dalam rangka turut merayakan Hari Lanjut Usia Nasional yang jatuh setiap tanggal 29 Mei.
ADVERTISEMENT