Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mendorong Minat Belajar Bahasa Indonesia di Australia Barat
18 Maret 2018 20:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Ririn Dwi Fitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Foto: Pengenalan souvenir khas Indonesia merupakan bagian dari pembelajaran bahasa Indonesia. Sumber: Dok. KJRI Perth)
ADVERTISEMENT
Diantara banyaknya pengalaman yang saya dapatkan selama tiga tahun ditugaskan di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Perth, Australia Barat, berkunjung ke berbagai sekolah untuk mempromosikan bahasa Indonesia merupakan salah satu pengalaman paling berkesan yang sulit untuk dilupakan.
Setidaknya, saya bersama tim dari fungsi penerangan, sosial dan budaya (Pensosbud) KJRI Perth rutin mengunjungi dua hingga tiga sekolah setiap bulannya. Tidak hanya sekolah di wilayah sekitar Perth tetapi juga sekolah di kota-kota besar lainnya seperti Mandurah, Bunbury atau Geraldton yang berjarak tempuh 2-3 jam dari Perth. Sekolah yang kami kunjungi pun beragam, mulai dari tingkat dasar (primary school) hingga tingkat menengah (senior high school), baik itu sekolah pemerintah maupun swasta.
Sebagai informasi, Pemerintah Australia memang menetapkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa asing yang dapat diajarkan dalam kurikulum wajib mereka bertajuk Language Other Than English (LOTE).
ADVERTISEMENT
Indonesia di mata Australia
Sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Australia, Indonesia memiliki nilai strategis dan posisi yang sangat penting bagi Pemerintah Australia.
Tak heran, jika upaya-upaya membina dan memajukan kedekatan antar-masyarakatnya (people-to-people) menjadi prioritas bagi Pemerintah Australia. Salah satu upaya mereka tentunya melalui jalur bahasa dan budaya.
Sayangnya, meskipun Pemerintah Australia terbukti sangat mendukung program pembelajaran bahasa Indonesia namun minat untuk mempelajari bahasa Indonesia di Australia seringkali mengalami pasang-surut.
Munculnya isu-isu sensitif yang menimbulkan sentimen negatif bagi masyarakat Australia seperti isu radikalisasi dan hukuman mati menjadi salah satu penyebab utamanya.
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Australia Barat
Dukungan penuh Pemerintah Australia terhadap pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu keuntungan yang perlu dimanfaatkan Indonesia sekaligus perlu terus dilestarikan.
ADVERTISEMENT
Australia Barat sendiri tercatat memiliki jumlah sekolah yang cukup signifikan yang memilih bahasa Indonesia sebagai kurikulum LOTE mereka. Hal ini salah satunya didorong karena tingginya jumlah wisatawan Australia Barat yang mengunjungi Indonesia, khususnya Bali, mengingat jarak Perth-Bali yang bisa ditempuh hanya dalam 3,5 jam saja.
Dalam beberapa kunjungan, saya dapat melihat bahwa untuk di tingkat sekolah dasar, anak-anak diajarkan berbahasa Indonesia dari hal yang sederhana seperti nama-nama hari, ucapan-ucapan selamat hingga memulai percakapan sehari-hari. Sementara di tingkat sekolah menengah atas, pembelajaran bahasa Indonesia ditingkatkan menjadi pembuatan surat, pidato, artikel, bahkan hal-hal aplikatif seperti percakapan di dunia kerja.
Media teknologi juga sangat mendukung proses pembelajaran. Para guru dengan mudahnya mengunduh materi-materi ajar yang menarik dengan suara dan gambar serta memanfaatkan aplikasi video conference untuk melakukan komunikasi langsung jarak-jauh dengan siswa-siswi sekolah di Indonesia.
(Foto: Anak-anak sekolah Australia Barat antusias belajar Gamelan. Sumber: Dok. KJRI Perth)
ADVERTISEMENT
Peran KJRI Perth dalam hal ini, memberikan atmosfir yang berbeda dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan mengemasnya melalui pengenalan budaya dan kuliner Indonesia. Kunjungan kami ke sekolah-sekolah selalu terdiri dari tim yang akan mengajarkan tarian Indonesia, pencak silat, pertunjukkan wayang maupun alat musik Gamelan dan Angklung.
Tak lupa, kami juga sering membawa kudapan ringan khas Indonesia seperti kue lapis dan bolu kukus. Pernah juga, kami membawa tim yang memperkenalkan para siswa bagaimana cara membuat nasi goreng.
Para guru dan pihak sekolah tak kalah antusias menyambut kunjungan tim KJRI Perth. Beberapa kali, dari hasil kunjungan tersebut, kami menghasilkan ide-ide untuk membuat program bersama seperti pentas musik atau drama berbahasa Indonesia.
Tingginya tingkat promosi Bahasa Indonesia di Australia Barat sangatlah terbantu dengan keberadaan Balai Bahasa Indonesia Perth (BBIP), Westralian Indonesian Language Teachers Association (WILTA), Australia-Indonesia Youth Association (AIYA) Chapter Perth serta Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies (ACICIS).
ADVERTISEMENT
Kami di KJRI Perth sangat terbantu dengan program-program unggulan yang diinisiasikan oleh lembaga-lembaga tersebut. Tak lupa, upaya kami di KJRI Perth juga tidak lepas dari dukungan Atase Kebudayaan dan Pendidikan RI di Canberra.
Berbagai inovasi terus dilahirkan untuk melestarikan pembelajaran bahasa Indonesia di Australia Barat. Mendatangkan guru bantu dari Indonesia, mengundang artis-artis ternama Indonesia, menyelenggarakan lomba pidato berbahasa Indonesia, mengadakan film festival Indonesia hingga melaksanakan pertemuan rutin guru-guru bahasa Indonesia merupakan sebagian dari upaya kerja sama yang telah dilakukan selama ini dalam rangka meningkatkan minat belajar bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Australia Barat.
(Foto: Pengenalan budaya Indonesia seperti Pencak Silat meningkatkan minat belajar bahasa Indonesia. Sumber: Dok. KJRI Perth)
ADVERTISEMENT
Pentingnya Kerja Sama Sekolah Kembar
Selain dengan mengunjungi sekolah-sekolah, Pemerintah Indonesia dan Australia juga terus mendorong peningkatan kerja sama sekolah kembar (sister schools) dalam kerangka progam Building Relationships through Intercultural Dialogue and Growing Engagement (BRIDGE).
Melalui program BRIDGE dimaksud, masing-masing sekolah setiap tahunnya akan mengirimkan 10-20 siswa mereka untuk tinggal dan belajar langsung di Indonesia maupun Australia selama minimal dua minggu.
Selama para pelajar Australia tinggal di Indonesia, mereka tidak hanya belajar mempraktikan bahasa Indonesia tetapi juga merasakan tinggal bersama keluarga Indonesia, mengamati kebiasaan mereka dan memahami lebih dalam tentang toleransi bermasyarakat di Indonesia.
Sebaliknya, ketika pelajar Indonesia tinggal di Australia, mereka didorong untuk semakin percaya diri dalam berbahasa Inggris, berkesempatan mempelajari kedisiplinan dan menghargai lingkungan dengan lebih baik.
ADVERTISEMENT
Program BRIDGE tercatat cukup banyak melahirkan generasi muda Australia yang sangat mencintai Indonesia sehingga akhirnya mereka serius mendalami bahasa dan budaya Indonesia bahkan tinggal dan membangun keluarga di Indonesia.
Di sisi Indonesia, program BRIDGE sangat membantu pelajar Indonesia untuk mendapatkan beasiswa masuk perguruan tinggi dan bekerja di Australia.
Menurut data Asia Education Foundation, pada tahun 2018 tercatat lebih dari 20 sekolah di wilayah Australia Barat yang siap melakukan program BRIDGE dengan menggandeng sekolah-sekolah di Indonesia di wilayah Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, Kediri dan Cilegon. Beberapa diantaranya adalah sekolah negeri dan madrasah.
(Foto: Perayaan HUT Kemerdekaan RI juga diikuti oleh pelajar Australia yang belajar bahasa Indonesia. Sumber: Dok. KJRI Perth)
ADVERTISEMENT
Tantangan Selama ini..
Tantangan terbesar dalam melestarikan pembelajaran bahasa Indonesia di Australia, tidak lain adalah masalah ketersediaan guru. Semenarik apapun program yang telah disiapkan oleh Pemerintah Indonesia dan Australia, tetapi kalau gurunya tidak tersedia, tentunya program dimaksud tidak akan berjalan optimal.
Semoga saja… semakin menguatnya hubungan bilateral Indonesia-Australia, akan membawa dampak positif dalam meningkatnya minat belajar bahasa Indonesia di Australia dan membuka peluang-peluang kesejahteraan bagi masyarakat kedua negara.
Sebagai seorang diplomat yang pernah bertugas di Perth, saya sungguh berharap anak-anak bule Australia tidak lagi mengenal Indonesia hanya terbatas tentang Bali. Ada perasaan haru dan bangga ketika sapaan sederhana saya “apa kabar..?” dibalas dengan antusias oleh mereka “kami baik-baik saja, Ibu… terima kasih telah datang ke sekolah kami…”.
ADVERTISEMENT