Semangat Melestarikan Lingkungan yang Ditularkan oleh Anak-Anak di Surabaya dan Perth

Ririn Dwi Fitriani
A mid-career diplomat who likes to dream Big but think Simply
Konten dari Pengguna
8 April 2018 23:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ririn Dwi Fitriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kita menghitung berapa kali dalam sehari kita membuang sampah? Dan pernahkah kita sadari seberapa banyak dari sampah yang kita buang mengandung unsur plastik?
ADVERTISEMENT
Mungkin diantara kita juga belum pernah mengetahui adanya hasil penelitian yang mengungkapkan fakta bahwa sampah plastik itu baru dapat terurai secara alamiah setelah melewati 500-1000 tahun.
(Foto: Diskusi mengenai lingkungan hidup antara Yayasan Tunas Hijau dan Millennium Kids Inc. Sumber: www.millenniumkids.com.au)
Kedekatan antara dua LSM Lingkungan Hidup di Surabaya dan Perth
Semangat kepeduliaan dan dorongan keprihatinan untuk melestarikan lingkungan menjadi faktor utama yang kemudian menyatukan kerja sama antar-dua LSM di Indonesia dan Australia.
Adalah Yayasan Tunas Hijau (YTH) yang digagas oleh Moch. Zamroni dari Surabaya dan Millennium Kids Inc. (MK) yang digagas oleh Catrina-Luz Aniere dari Perth. Kedua LSM ini telah merintis kerja sama sejak tahun 1999.
Penggagas kedua LSM ini awalnya hanyalah individu-individu pecinta lingkungan yang sama-sama berpartisipasi dalam suatu workshop. Mereka lalu saling berbagi mimpi untuk membangun kesadaran cinta lingkungan di kalangan anak-anak. Keduanya sepakat bahwa pemahaman akan cinta lingkungan haruslah dimulai sedini mungkin.
ADVERTISEMENT
Sejak menjalin kerja sama, YTH dan MK telah merancang program bagi teman-teman dari Indonesia untuk belajar ke Perth. Khususnya, mengenai manajemen pengelolaan sampah, proses daur ulang serta sistem kebersihan lingkungan di sekitar sungai.
YTH melalui program rintisannya “Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup”, setiap tahunnya menjaring siswa-siswi berprestasi dari Surabaya yang memiliki inovasi dalam mendukung pelestarian lingkungan.
Dengan dukungan seadanya, YTH dan MK bergerilya membuka jejaring yang lebih luas agar siswa-siswi berprestasi ini memiliki kesempatan belajar banyak selama berada di Perth.
Tak jarang, para rombongan YTH yang berjumlah 7-8 orang diperkenankan untuk tinggal di rumah sang penggagas MK agar tercipta suasana kekeluargaan dan kedekatan diantara mereka. Hal ini menjadi penting, mengingat upaya pelestarian lingkungan merupakan program yang harus terus berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, aktivitas YTH semakin merambah banyak sekolah, baik di tingkat SD maupun SMP-SMA di Surabaya. Keberadaan dan peran YTH pun semakin diakui oleh Pemerintah Kota Surabaya. YTH didukung Pemerintah Kota Surabaya kemudian menginisiasi program Surabaya Eco School sejak tahun 2013.
Begitu juga halnya dengan MK, program-program mereka yang semula hanya menjadi kurikulum tambahan kini menjadi bagian dari kurikulum wajib di sekolah-sekolah di Perth. MK berkesempatan untuk menginisiasi program Cross Culture Environment Education Exchange (CCEEE) dengan mengundang partisipasi siswa-siswi dari Indonesia dan Malaysia.
Kesempatan Belajar mengenai Lingkungan dan Mengelola Sampah di Perth
Saya berkesempatan untuk bertemu dengan rombongan YTH saat mereka berkunjung ke Perth pada tahun 2015. Pada kesempatan dimaksud, wakil dari YTH menjelaskan lebih lanjut mengenai program Surabaya Eco School.
ADVERTISEMENT
Program dimaksud mengundang seluruh sekolah di Surabaya untuk berlomba-lomba menyelesaikan tantangan pelestarian lingkungan hidup, paling tidak selama 5 bulan. Diantaranya adalah tantangan mengurangi penggunaan plastik dan tantangan mengolah limbah sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
Penilaian pemenang dilihat secara menyeluruh, selain inovasi yang telah dilahirkan juga komitmen dan konsistensi dalam kehidupan sehari-hari temasuk di lingkungan keluarga.
Karenanya, para pemenang yang ikut berkunjung ke Perth adalah peserta-peserta terpilih yang berhasil berbuat sesuatu tidak hanya bagi dirinya sendiri, tapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Pihak MK menjelaskan bahwa selama berada di Perth, rombongan YTH telah berkunjung ke sekolah Coolbina Primary School untuk belajar mengenai rehabilitasi pohon di lingkungan sekitar sekolah yang tahun lalu mengalami kebakaran.
ADVERTISEMENT
Rombongan YTH juga mengunjungi Southern Metropolitan Regional Council untuk memahami bagaimana sistem pengolahan sampah di kota Perth. Selanjutnya, rombongan mendapat kesempatan untuk mengunjungi pusat rehabilitasi hewan liar, Bibra Lake.
Sebagai kegiatan utama, rombongan menghadiri konferensi lingkungan bertajuk “Discovering Our Rivers Making a Case for Change” yang digelar MK di bantaran sungai Swan River. Konferensi tersebut selain dihadiri oleh rombongan YTH, juga dihadiri oleh perwakilan dari berbagai sekolah di Australia Barat.
(Foto: Rombongan Yayasan Tunas Hijau saat presentasi dan berdiskusi tentang lingkungan hidup dengan siswa-siswi sekolah di Perth. Sumber: www.millenniumkids.com.au)
Para peserta konferensi diberikan kesempatan untuk berdiskusi mengenai kondisi sungai di Surabaya dan Perth kemudian mempresentasikan ide dan konsep-konsep menarik yang perlu diterapkan untuk pelestarian sungai.
ADVERTISEMENT
“Ada tiga hal penting yang saya pelajari tentang sungai Swan Canning, yaitu yang pertama adalah membuang sampah di sungai dapat mencemari air sungai dan melukai hewan-hewan yang lain. Selain itu, kita harus banyak menanam pohon lokal, agar bisa mengundang lagi burung yang makan biji-bijian dari pohon lokal agar habitat mereka kembali,” terang Adelia Roro salah satu siswa rombongan YTH.
Lebih lanjut Adelia juga menyampaikan bahwa sungai-sungai di Australia itu berada di halaman muka rumah mereka, sementara kebiasaan di Indonesia, sungai itu justru menjadi halaman belakang rumah kita. Alhasil, sungai-sungai di Indonesia justru diperlakukan sebagai tempat pembuangan.
Adelia mengungkapkan keinginannya untuk menerapkan berbagai pengetahuan yang ia dapatkan salama kunjungannya di Perth untuk mengatasi permasalahan di sungai Kalimas Surabaya.
ADVERTISEMENT
Rombongan YTH tidak lupa diberikan kesempatan untuk memperkenalkan aspek budaya Indonesia dengan menampilkan tari Remo pada saat konferensi tersebut.
Beragam aktivitas rombongan YTH selama di Perth, terangkum dalam situs YTH yang ditulis sendiri oleh masing-masing peserta rombongan.
Aktivitas pelestarian lingkungan antara Indonesia-Australia yang semakin luas
Sungguh saya terkesan dengan konsistensi kerja sama yang terjalin antara YTH dan MK selama puluhan tahun. Tidak hanya itu, berbagai inovasi yang ditawarkan oleh “Pangeran dan Putri Lingkungan Hidup” terpilih pun membuat saya tercengang.
Di usia yang sangat belia, mereka sudah bisa menawarkan cara-cara mengelola sampah di lingkungan sekolah menjadi pupuk dan membantu penghijauan di lingkungan sekolah, mereka juga sudah berani mengkampanyekan gerakan anti-plastik di rumah, di kantin bahkan di pasar-pasar sekitar Surabaya.
(Foto: Kampanye Anti-Plastik yang dicanangkan salah satu sekolah pemenang Surabaya Eco School. Sumber: www.tunashijau.org)
ADVERTISEMENT
Betapa terharunya saya, ketika menelusuri peran YTH dan MK saat ini. Aktivitas dan program YTH semakin beragam, semakin luas tidak lagi seputar sekolah di Surabaya.
Sementara MK kini memiliki kerja sama baru dengan sebuah LSM, “Yayasan We SAVE”, di Sumbawa untuk mulai membersihkan sampah-sampah plastik yang semakin mengkhawatirkan di sepanjang pesisir pantai Sumbawa dan sama-sama mengembangkan sistem pengelolaan limbah plastik yang terbaik bagi Sumbawa.
(Foto: Program Millennium Kids Inc. dengan LSM di Sumbawa mendapat perhatian Menlu Australia. Sumber: www.millenniumkids.com.au)
Kita tidak boleh sekedar salut dengan mereka, tapi kita harus bisa ikut berkontirbusi... Jika bukan kita yang menjaga bumi ini, lalu apa yang akan kita wariskan ke anak-cucu kita kelak….
ADVERTISEMENT