Konten dari Pengguna

Revenge Tourism : Overtourism Setelah Pandemi

Yudha Bani Alam
Mahasiswa Magister Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia
25 Mei 2021 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Yudha Bani Alam tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi foto: Yudha Bani Alam
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi foto: Yudha Bani Alam
ADVERTISEMENT
Pada akhir tahun 2019 adalah awal bencana wabah dari sebuah virus jenis baru yang kemudian diberi nama corona virus. Terdeteksi pertama kali di Wuhan, China yang kemudian menyebar ke seluruh Negara. Tidak hanya ada di kawasan Asia, namun hampir menyebar ke seluruh dunia hanya dalam hitungan bulan.
ADVERTISEMENT
Sebagai langkah pencegahan, banyak Negara memberlakukan penggunaan masker apabila beraktifitas di luar rumah dan memberlakukan kebijakan lockdown guna mengurangi aktifitas warganya. Akibat dari dilarangnya aktifitas di luar rumah, sektor pariwisata berhenti secara total dan semua orang hanya bisa beraktifitas di dalam rumah.
Hampir semua masyarakat dunia merasakan kejenuhan dan meningkatnya rasa stres. Jepang melaporkan bahwa terjadi lonjakan peningkatan angka bunuh diri dari sebelas tahun terakhir. Dari pernyataan data tersebut terdapat fakta yang mengejutkan bahwa korban bunuh diri berjenis kelamin perempuan naik sebesar lima belas persen. Fenomena tersebut terjadi karena sektor yang paling terdampak oleh pandemi ini adalah sektor yang banyak melibatkan wanita sebagai pekerja, salah satunya adalah sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
Rasa jenuh dan tingkat stress yang tinggi pada saat pandemi ini menjadi alasan bahwa sektor pariwisata akan menjadi salah satu sektor yang akan cepat bangkit. Ledakan jumlah wisatawan akan terjadi secara drastis yang mengakibatkan terjadinya overtourism. Hal tersebut bukan hanya isapan jempol semata, nyatanya saat pandemi ini belum berakhir sudah ada perusahaan kapal pesiar yang menjual tiket pelayaran keliling dunia untuk tahun 2023 dan kabarnya tiket itu sudah habis terjual.
Pelayaran bertajuk “Around the World” dari Oceania Cruises yang rencananya akan mulai berlayar pada bulan januari hingga bulan juli tahun 2023 dan akan berlangsung selama 180 hari. Tiket tersebut sudah habis terjual hanya dalam kurun waktu sehari. Seabourn Cruise Line juga akan melakukan pelayaran keliling dunia dengan tajuk "2023 World Cruise: Extraordinary Discoveries" yang akan dilaksanakan pada tahun 2023 dengan harga tiket sebesar USD 67.000 atau setara dengan 960 Juta Rupiah. Sejak pemesanan dibuka pada tanggal 12 Februari 2020, kabin spa penthouse dan suite premium sudah habis terjual.
ADVERTISEMENT
Dari fenomena tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa tingginya antusias masyarakat untuk melakukan kegiatan pariwisata yang saat ini belum dibuka secara bebas oleh pemerintah. Hal ini juga dapat dijadikan dasar akan adanya aksi “balas dendam” terhadap kejenuhan dan rasa stress yang telah mereka alami. Salah satu caranya adalah dengan berpergian atau berwisata yang kemudian memunculkan istilah revenge tourism.
Ledakan wisatawan akan terjadi secara masif dan dalam waktu yang relatif bersamaan. Wisatawan lokal akan menjadi sasaran utama dari fenomena revenge tourism yang akan terjadi, domestic tourism dan kegiatan pariwisata yang hanya mengunjungi sedikit destinasi wisata akan menjadi segmentasi baru dalam aksi “balas dendam” yang dilakukan oleh wisatawan lokal.
Aksi "balas dendam" dapat dilakukan setelah pemerintah mengeluarkan pernyataan bahwa pandemi ini sudah berakhir atau sudah dapat terkendali dan masyarakat boleh melakukan kegiatan wisata dengan syarat sudah melakukan vaksin dengan tetap melaksanakan protokol kesehatan. Ketidaksiapan dalam menghadapi aksi “balas dendam” ini akan sangat merugikan bagi sektor ekonomi dan pariwisata yang sedang mencoba untuk bangkit kembali dari keterpurukan pasca pandemi.
ADVERTISEMENT
Dapat dibayangkan akan banyak wisatawan yang memadati suatu kawasan destinasi wisata. Banyak orang akan mengunjungi kembali destinasi-destinasi favorit mereka atau bahkan mengunjungi destinasi wisata yang baru. Banyak juga rencana-rencana berwisata yang tertunda akibat dari adanya pandemi ini. Aktifitas pariwisata yang kembali menggeliat, bergerak memutarkan roda ekonomi di suatu daerah atau wilayah.
Memang hal tersebut dapat menjadi sebuah hal yang sangat positif bagi penduduk lokal terutama dalam hal industri pariwisata, selain itu industri transportasi darat dan penerbangan domestik juga dapat kembali beroperasi untuk memudahkan aksesibilitas bagi wisatawan.
Hotel, penginapan dan sarana akomodasi lainnya yang dapat terisi kembali atau bahkan dapat memunculkan akomodasi-akomodasi baru akibat dari dampak revenge tourism yang terjadi. Destinasi wisata domestik yang sebelumnya tidak dikenal atau belum sempat tereksplorasi juga dapat lebih berkembang dan bahkan akan muncul destinasi wisata yang baru karena destinasi wisata domestik akan menjadi tujuan dari wisatawan untuk melakukan aksi “balas dendam” nya.
ADVERTISEMENT
Penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata juga akan meningkat untuk mengakomodir kebutuhan para wisatawan. Banyak nya wisatawan yang berkunjung juga akan membuka peluang usaha bagi para penduduk lokal mulai dari membuat dan menjual souvenir, membuka restoran dengan makanan khas dari daerah tersebut. Aktifitas revenge tourism dapat menjadi solusi bagi Negara-negara yang sangat mengandalkan pendapatan Negaranya pada sektor pariwisata dan dapat menjadi penggerak dalam memulihkan ekonomi pasca pandemi.
Namun perlu direnungkan sisi negatif yang sangat mungkin akan dirasakan oleh penduduk lokal itu sendiri. Kepadatan yang sangat mungkin akan terjadi karena daya tampung terhadap wisatawan di suatu destinasi pariwisata yang melebihi kapasitasnya atau yang lebih dikenal dengan istilah overtourism, masalah pengelolaan sampah dan sampai pada perilaku wisatawan selama berada di destinasi wisata. Ledakan jumlah wisatawan di suatu destinasi wisata juga akan menyebabkan kerusakan di destinasi wisata tersebut seperti hilangnya rasa kenyamanan dalam menikmati daya tarik wisata yang dikunjungi.
ADVERTISEMENT
Kenyamanan yang dirasakan oleh wisatawan adalah salah satu faktor penting dalam mendatangkan wisatawan. Bisa kita bayangkan apabila sedang berada di sebuah destinasi wisata untuk melepaskan kejenuhan yang sudah kita tahan selama lebih dari setahun tapi saat kita berada di destinasi wisata tersebut, kita justru berdesakan untuk menikmati atraksi wisata yang kita kunjungi. Bagi destinasi wisata alam, overtourism dapat mengancam kelestarian flora dan fauna di destinasi tersebut. Semakin banyak wisatawan yang berkunjung dan tidak terkendali semakin tinggi pula resiko kerusakan yang akan terjadi.
Sudah siap kah kita apabila aksi “balas dendam” itu terjadi? masa pandemi yang terjadi seharusnya menjadi waktu yang tepat bagi para pelaku wisata untuk bersiap dan berbenah. Melihat fenomena overtourism yang terjadi sebelum masa pandemi yang tidak terselesaikan, maka wajar jika kita sedikit pesimis dengan kondisi pariwisata setelah masa pandemi ini berakhir atau pemerintah sudah mengizinkan kembali aktifitas untuk berwisata.
ADVERTISEMENT
Ledakan wisatawan bisa saja membawa dampak positif namun bukan berarti kita tidak bersiap untuk mengantisipasi dampak negatifnya. Jangan sampai aktifitas pariwisata yang kembali bangkit menjadi alasan hancurnya daya tarik wisata suatu kawasan destinasi pariwisata.