Arkeolog Minangcabo Pertama

Realino Nurza
Team Leader dan Peneliti Lepas Institute of Religion and Sustainable Development (IRSAD.ORG)
Konten dari Pengguna
7 November 2022 14:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Realino Nurza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Alfa Noranda Sumber: Manangkirang.org
zoom-in-whitePerbesar
Alfa Noranda Sumber: Manangkirang.org
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mungkin tulisan ini agak berlebihan bagi beberapa orang. Namun saya sebagai peneliti yang lama jungkir balik dalam menyusun kembali data dan informasi berdasarkan dokumen lama khususnya tentang Minangkabau. Melihat, tidak ada tokoh Arkeologi yang layak disebut berdedikasi terhadap kesejarahan serta budaya Minangcabo selain orang yang satu ini.
ADVERTISEMENT
Saya melihat bapak Alfa Noranda adalah orang yang memiliki keunikan berpikir dan berbuat dalam komitmennya menjalankan mandat seorang ilmuwan. Beliau bukan saja menelaah sumber sumber informasi dari dokumen yang melahirkan sebuah temuan besar dalam sejarah Ke Indonesia-an. Di mana adanya sebuah Kekaisaran yang pernah terhormat dan menjadi institusi kenegaraan yang memiliki pengaruh di dunia. Tetapi sayangnya dihapuskan dari garis sejarah kebangsaan oleh penjajah.
Secara pribadi saya bukanlah seorang ilmuan Arkeologis. Tetapi penulis lebih mengembangkan keahlian dalam bidang pembangunan berkelanjutan sejak 20 tahun terakhir. Saya suka melakukan riset independen dan menulis untuk berbagai isu. Mungkin beberapa tulisan saya tidak dalam, namun tulisan ini adalah langkah awal yang saya pikir akan menjadi pembuka dan inspirasi bagi generasi Minangkabau pada masa datang. Mulai melihat ke halaman sendiri. Karena sudah terlalu lama menilai dan menyanjung halaman orang lain, dengan keindahannya. Begitulah perumpamaan ini muncul. Untuk sejarah yang dihapus tentang Kekaisaran Minangcabo.
ADVERTISEMENT
Semangat berburu pengetahuan kian melambat. Kekritisan dan dinamikan pengetahuan seakan tenggelam. Pemetaan dan pencarian pada sumber sumber baru tentang sejarah Minangcabo terhambat oleh keberminatan yang kurang dan pengabaian.
Siapa akan sangka, studi dan pembelajaran saya membuat bersinggungan dengan Arkeolog Nasional Alfa Noranda. Singkat cerita pada tahun 2006 saya diundang oleh sebuah lembaga representasi Preservasi dan Konservasi dunia. International Centre for the studi of the Preservation dan Restoration of Cultural Property sebuah organisasi berkantor di Roma, Italia. Sebuah kegiatan yang memperkenalkan saya pada dunia Preservasi dan Restorasi. Arena bermain yang jauh dari hiruk pikuk perhatian publik. Karena dalam kegiatan yang kurang lebih 3 bulan tersebut kita mendalami arena kebendaan dan nilai bawaannya. Inilah pertama saya melihat begitu berharganya sebuah peninggalan sejarah. Dan bagaimana perilaku orang orang yang ingin merusak masa depan sebuah bangsa selalu mengawalinya dengan menghancurkan masa lalunya. Dengan cara menghilangkan, merampas, menghancurkan peninggalan tersebut. Dengan berbagai cara cara propaganda, seperti syirik, sesat dan penganut ajaran iblis.
ADVERTISEMENT
Sudah 20 tahun berlalu sejak kunjungan tersebut. Indonesia sebagai negara belum menjadi bagian dari kolaborasi ini. Sehingga ketika bencana maupun kerusuhan. Tidak ada perlindungan khusus pada cagar budaya. Dan ini sungguh menyedihkan. Ada tarik menarik politik yang membuat kita selalu tertinggal. Sehingga sering membuat kita terbelakang dan sulit untuk berkembang. Dalam tulisan singkat ini, penulis mengimbau kembali, untuk mulai mengumpulkan dan membuka ruang diskusi. Di mana sumber dan rujukan adalah kuncinya. Mulai mengalih bahasakan agar sumber sumber tersebut bisa menjadi bacaan oleh generasi. Ini lah yang Alfa Noranda Lakukan, sebuah terobosan yang belum pernah dilakukan oleh pendahulunya.
Saya percaya penghargaan kebendaan adalah penghargaan pada nilai karsa dan kemanusiaan. Selama seseorang tidak bisa menempatkan nilai ini dalam diri mereka, maka sebuah bangsa tidak akan berumur panjang. Serta tidak akan pernah tahu diri. Karena kita adalah bentukan dari sejarah kita.
ADVERTISEMENT