Konten dari Pengguna

Kegagalan Sektor Properti di Depan Mata

Realino Nurza
#Founder grl-capital.com #Penulis Sistem Fiat Panduan Untuk Pemula
16 Juli 2024 11:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Realino Nurza tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sumber foto:https://www.pexels.com/id-id/foto/kedalaman-fotografi-lapangan-pengaturan-file-1181772/
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto:https://www.pexels.com/id-id/foto/kedalaman-fotografi-lapangan-pengaturan-file-1181772/
Sektor properti telah lama dianggap sebagai salah satu pilar utama perekonomian global. Dari perumahan hingga properti komersial, investasi di sektor ini sering kali dianggap sebagai tempat yang aman dan menguntungkan. Namun, tanda-tanda keruntuhan yang mendekat semakin nyata, dipicu oleh serangkaian faktor yang saling berhubungan dan memperburuk keadaan. Dari spekulasi yang berlebihan, kebijakan moneter yang tidak bijaksana, hingga dampak pandemi, kegagalan sektor properti tampak semakin tidak terelakkan.
ADVERTISEMENT
### Spekulasi dan Gelembung Properti
Salah satu penyebab utama dari potensi kegagalan sektor properti adalah spekulasi yang berlebihan. Investor sering kali membeli properti bukan untuk digunakan, melainkan untuk dispekulasikan dengan harapan harga akan terus meningkat. Hal ini menciptakan gelembung properti di mana harga naik jauh melebihi nilai intrinsik properti tersebut. Ketika gelembung ini akhirnya pecah, harga properti anjlok, dan banyak investor serta pemilik rumah mengalami kerugian besar. Fenomena ini telah terlihat di banyak negara, dari Amerika Serikat dengan krisis subprime mortgage pada tahun 2008 hingga kenaikan harga properti yang tidak berkelanjutan di Cina saat ini.
### Kebijakan Moneter yang Tidak Bijaksana
Kebijakan moneter yang tidak bijaksana juga berperan dalam mendekatnya kegagalan sektor properti. Bank sentral di berbagai negara sering kali menurunkan suku bunga untuk merangsang perekonomian, terutama setelah krisis keuangan global. Meskipun suku bunga rendah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, hal ini juga menyebabkan lonjakan pinjaman dan investasi di sektor properti. Ketika suku bunga mulai naik kembali, banyak peminjam yang tidak mampu membayar cicilan mereka, menyebabkan peningkatan jumlah kredit macet dan potensi kebangkrutan di sektor perbankan yang dapat memperburuk krisis properti.
ADVERTISEMENT
### Dampak Pandemi COVID-19
Pandemi COVID-19 telah membawa dampak yang signifikan pada sektor properti. Pembatasan sosial dan lockdown yang diberlakukan di berbagai negara menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi secara drastis. Banyak bisnis yang terpaksa tutup, yang mengakibatkan peningkatan jumlah properti komersial yang kosong dan penurunan nilai sewa. Di sisi lain, banyak orang kehilangan pekerjaan atau mengalami penurunan pendapatan, sehingga tidak mampu membayar cicilan rumah mereka. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah properti yang disita dan menambah tekanan pada pasar properti yang sudah rapuh.
### Ketidakmampuan Generasi Muda untuk Membeli Rumah
Generasi muda, khususnya milenial, menghadapi tantangan besar dalam membeli rumah. Harga properti yang terus meroket, sementara pendapatan mereka stagnan, membuat kepemilikan rumah menjadi impian yang sulit dicapai. Banyak dari mereka yang terpaksa menyewa atau tinggal bersama orang tua lebih lama, yang mengakibatkan penurunan permintaan akan rumah baru. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi pasar perumahan, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang pada stabilitas ekonomi dan sosial, karena memiliki rumah adalah salah satu cara utama untuk membangun kekayaan pribadi.
ADVERTISEMENT
### Kurangnya Pasokan Perumahan yang Terjangkau
Kurangnya pasokan perumahan yang terjangkau adalah masalah lain yang memperburuk keadaan. Di banyak kota besar di seluruh dunia, pembangunan perumahan tidak sebanding dengan pertumbuhan populasi. Hal ini mengakibatkan peningkatan harga yang tidak terkendali dan semakin sulitnya bagi kelas menengah dan rendah untuk memiliki rumah. Kurangnya perumahan yang terjangkau juga memicu peningkatan jumlah tunawisma dan menambah tekanan sosial yang dapat memperburuk krisis properti.
### Risiko Sistemik dan Efek Domino
Kegagalan sektor properti tidak hanya berdampak pada individu dan bisnis, tetapi juga memiliki risiko sistemik yang dapat memicu krisis ekonomi yang lebih luas. Sektor properti yang runtuh dapat menyebabkan kerugian besar bagi bank dan lembaga keuangan yang telah memberikan pinjaman untuk pembelian properti. Hal ini dapat mengakibatkan krisis keuangan yang mirip dengan yang terjadi pada tahun 2008, di mana kebangkrutan Lehman Brothers memicu resesi global. Efek domino dari kegagalan sektor properti dapat meluas ke sektor lain, seperti konstruksi, jasa keuangan, dan konsumsi domestik, yang semuanya bergantung pada kesehatan pasar properti.
ADVERTISEMENT
### Tanda-tanda Peringatan dan Upaya Mitigasi
Tanda-tanda peringatan akan kegagalan sektor properti sudah mulai terlihat. Peningkatan jumlah kredit macet, penurunan harga properti di beberapa pasar utama, dan meningkatnya jumlah properti yang disita adalah beberapa indikator bahwa sektor ini sedang menuju krisis. Pemerintah dan bank sentral perlu mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat untuk mencegah keruntuhan total. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk memperketat pengawasan terhadap praktik pemberian kredit, memberikan insentif untuk pembangunan perumahan yang terjangkau, dan menciptakan kebijakan fiskal yang mendukung stabilitas pasar properti.
### Kesimpulan
Kegagalan sektor properti di depan mata merupakan hasil dari berbagai faktor yang saling berhubungan dan memperburuk keadaan. Spekulasi yang berlebihan, kebijakan moneter yang tidak bijaksana, dampak pandemi COVID-19, ketidakmampuan generasi muda untuk membeli rumah, kurangnya pasokan perumahan yang terjangkau, serta risiko sistemik dan efek domino semuanya berkontribusi pada keruntuhan yang mendekat. Tanpa langkah-langkah mitigasi yang tepat, kegagalan sektor properti dapat menyebabkan krisis ekonomi yang lebih luas dengan dampak yang menghancurkan bagi individu, bisnis, dan perekonomian global secara keseluruhan. Upaya untuk menciptakan stabilitas dan keberlanjutan dalam sektor properti harus menjadi prioritas utama bagi pembuat kebijakan dan pemangku kepentingan lainnya.
ADVERTISEMENT
Penulis adalah praktisi berpengalaman dalam pengelolaan dana abadi (endowment fund), dana pensiun, dana sosial , asuransi sosial, serta peneliti bidang pembangungan berkelanjutan sejak 2004. Untuk pembelajaran lebih lanjut bisa mengunjungi website grl-capital.com.