Konten dari Pengguna
AI dan Blockchain: Akhir Era Pembukuan Manual Akuntansi Syariah?
3 November 2025 22:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
Kiriman Pengguna
AI dan Blockchain: Akhir Era Pembukuan Manual Akuntansi Syariah?
Perjalanan sunyi Akuntansi Syariah dari tradisi rapuh menuju algoritma. AI & Blockchain menjamin kejujuran real time dana umat. Inilah kunci fundamental RI menuju Mercusuar Syariah Global.Muhammad Rayhan Khafiz
Tulisan dari Muhammad Rayhan Khafiz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Selama ini, ada bayangan yang melekat pada akuntansi syariah sering dianggap bergerak lamban dan terlalu hati-hati, terutama saat harus mencatat amanah dana sosial yang begitu sensitif. Anggapan ini bukan isapan jempol, sebab masih banyak institusi yang terikat pada tradisi pembukuan manual, sebuah arsip kertas yang rentan salah dan makan waktu. Namun, zaman telah berubah. Dua bintang teknologi, Kecerdasan Buatan (AI) dan Blockchain, kini menawarkan jalan pintas menuju kejujuran. Maka, muncul pertanyaan yang menggema di ruang publik: Apakah Indonesia sudah berani melepaskan ikatan manual demi meraih cahaya transparansi real time? Bagi cita-cita besar bangsa ini menjadi Mercusuar Ekonomi Syariah Global, perubahan dari pena ke algoritma adalah sebuah panggilan tak terhindarkan.
ADVERTISEMENT
Penyakit kronis sistem lama terletak pada tuntutan ganda Akuntansi Syariah. Ia bukan hanya mencatat untung rugi bisnis, tetapi juga harus melaporkan keseimbangan dana sosial, seperti Zakat, Infak, Sedekah, dan Wakaf. Bayangkan betapa rumitnya mencatat akad mudharabah yang harus adil pembagian hasilnya, semuanya dilakukan oleh manusia. Kerumitan ini menciptakan celah kealpaan yang besar. Akibatnya, laporan keuangan sering terlambat, membuat dana sosial terasa misterius dan tidak bisa dilacak dengan cepat. Keterlambatan ini menjadi dinding penghalang tebal yang meredupkan kepercayaan masyarakat.
Syukurlah, di tengah kegamangan ini, teknologi datang membawa harapan baru. Solusinya terletak pada arsitektur digital yang menjamin kemurnian data. Blockchain, yang sering disebut sebagai "buku besar kebenaran" karena sifatnya yang tidak bisa diubah, adalah jaminan akuntabilitas mutlak. Ia mengubah akad-akad kompleks menjadi Smart Contract yang berjalan sendiri, memastikan setiap transaksi terjadi sesuai janji awal. Manfaat terindahnya terasa pada dana umat: saat seseorang berwakaf, Blockchain memungkinkan real time tracking dari donatur hingga penerima manfaat. Ini adalah jembatan emas yang membawa transparansi ke tingkat tertinggi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kecerdasan Buatan (AI) bekerja sebagai pengawal efisiensi yang selalu waspada. AI mampu mengotomatisasi input data dan tugas rekonsiliasi yang membosankan. Lebih jauh lagi, AI dapat menyerap seluruh ajaran Fiqih Muamalah dan Fatwa Syariah, menjadikannya hakim digital yang siaga 24 jam. Jika ada transaksi yang mencurigakan atau berpotensi melanggar prinsip syariah, AI akan memberikan kode peringatan seketika. Peran ini mengubah Akuntan Syariah: mereka tidak lagi menjadi juru tulis, melainkan arsitek strategi yang fokus menjaga kemuliaan bisnis.
Namun, visi yang indah ini harus melewati terjalnya tanjakan tantangan di Indonesia. Ada tiga batu sandungan utama. Yang pertama, Regulasi. Otoritas harus cepat dan tanggap memastikan standar akuntansi (PSAK Syariah) mampu merangkul teknologi baru ini. Mereka perlu mendefinisikan bagaimana smart contract dan aset digital diakui dalam pembukuan resmi. Kedua, isu Sumber Daya Manusia (SDM). Kebutuhan akan Akuntan Syariah yang menggenggam kedua dunia paham fiqih dan ahli coding sangat mendesak. Tanpa talenta yang cakap, teknologi tercanggih sekalipun akan menjadi pajangan mahal.
ADVERTISEMENT
Tantangan terakhir yang terasa pahit adalah biaya implementasi. Membangun sistem AI dan Blockchain membutuhkan investasi yang besar, dan ini terasa seperti jurang bagi Lembaga Keuangan Syariah mikro yang modalnya kecil. Mereka membutuhkan uluran tangan insentif dan dukungan pendanaan agar digitalisasi tidak hanya dinikmati oleh lembaga besar saja.
Pada akhirnya, desakan untuk meninggalkan pembukuan manual yang rapuh adalah sebuah panggilan sejarah. Akuntansi Syariah yang ditopang oleh AI dan Blockchain bukan hanya menjanjikan efisiensi, tetapi memastikan bahwa integritas dan amanah umat benar-benar terukir jelas dalam setiap angka. Transisi ini, meskipun menuntut keberanian dan pengorbanan, adalah tiket utama bagi Indonesia untuk menjadi Bintang Pemandu ekonomi syariah yang kuat, terpercaya, dan berkelanjutan, selaras dengan semangat Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT

