Apakah Krisis Energi Dapat Terselamatkan?

Rebekka Siswandina Sari
Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sebelas Maret yang tertarik dengan perkembangan EBT dan ingin membagikan pengetahuan melalui tulisan.
Konten dari Pengguna
5 Maret 2022 17:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rebekka Siswandina Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Shutterstock

Krisis Energi

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Invasi Rusia ke Ukraina menimbulkan praduga bahwa gangguan pasar energi dunia pada skala besar terganggu dan memungkinkan terjadinya krisis energi. Hal ini diperkirakan akan terjadi seperti keadaan yang terjadi pada krisis minyak pada era 1970-an. Dugaan ini muncul sebab Rusia merupakan salah satu negara pengekspor minyak terbesar di dunia. Analis industri juga mengatakan bahwa cukup sulit untuk memastikan jumlah minyak rusia yang terpengaruh akibat invasi tersebut. Untuk itu, setiap negara seharusnya sudah memiliki inisiatif ketika adanya kemungkinan krisis energi. Krisis energi memang sudah menjadi momok bagi seluruh dunia bahkan sebelum adanya invasi Rusia, riset dari berbagai negara terkait pemberdayaan energi alam yang ada untuk mengatasi krisis energi sudah sering dilakukan.
ADVERTISEMENT

Solusi Krisis Energi

Indonesia sebagai negara dengan kondisi geografis yang sangat mendukung keadaan alamnya, memiliki potensi yang sangat baik untuk memanfaatkan kondisi alamnya sebagai sumber energi untuk mengatasi krisis energi. Indonesia memiliki samudera dengan potensi 17,9 GW , panas bumi dengan potensi 23,9 GW, bioenergi dengan potensi 32,6 GW, bayu dengan potensi 60,6 GW serta hidro dengan potensi 75 GW. Sementara, energi surya memiliki potensi 207,8 GW dan menjadi energi dengan potensi terbesar di antara sumber energi lainnya di Indonesia.
Potensi energi surya yang begitu tinggi tentunya harus dimaafaatkan dengan sangat baik. Pemanfaatan energi surya dapat terjadi dengan adanya penangkapan radiasi surya yang akan diubah menjadi energi listrik. Hal yang perlu diperhatikan dari energi surya sehingga dapat menjadi sumber energi listrik yang maksimal adalah fluks radiasi, iradiasi dan jam puncak matahari. Selain itu, karena adanya gerakan matahari relatif terhadap posisi di permukaan bumi membuat pemanfaatan energi surya juga harus memoerhatikan sudut puncak dan azimuth.
ADVERTISEMENT
Setelah adanya perhitungan potensi energi surya tersebut maka dapat dibangun pembangkit listrik yang memanfaatkan energi surya yang dikenal dengan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). PLTS merupakan salah satu jenis pembangkit yang cukup populer saat ini, hal ini tidak terlepas karena PLTS merupakan pembangkit yang ramah lingkungan dan memanfaatkan ketersediaan energi baru terbarukan. PLTS bekerja dengan mengubah energi yang berasal dari panas matahari menjadi energi listrik dengan prinsip kerja photovoltaic. Komponen-komponen yang terdapat pada PLTS sehingga PLTS dapat bekerja dengan maksimal. Secara garis besar PLTS memiliki 3 komponen utama, yaitu modul PV, baterai dan inverter.

Komponen PLTS

Modul PV merupakan alat yang digunakan untuk mengubah energi matahari menjadi energi listrik dengan prinsip kerja photovoltaic. Modul PV secara garis besar dibedakan menjadi 2 yaitu mono-crystalline (mono c-Si) dan poly-crystalline (poly c-SI). Kedua modul tersebut memiliki perbedaan dimana modul mono c-Si memiliki keunggulan tingkat efisiensi yang tinggi namun memiliki harga yang mahal.
ADVERTISEMENT
Modul mono c-Si cocok digunakan pada daerah yang sempit karena memiliki efisiensi yang tinggi. Kemudian modul jenis poly c-Si memiliki kelebihan harga yang murah namun efisiensinya lebih rendah jika dibandingkan modul mono c-Si, sehingga modul poly c-Si sangat cocok digunakan pada daerah yang luas.
Berdasarkan Peraturan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang diterangkan pada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 05 Tahun 2017, dikatakan bahwa modul PV minimal harus mempunyai nilai TKDN 40%. Di Indonesia sendiri modul PV telah di produksi di beberapa perusahaan seperti PT Deltamas Solusindo (Solar Quest), PT Canadian Solar Indonesia, PT LEN, PT Surya Utama dll.Selain modul PV, komponen lain yang tak kalah penting yaitu baterai.
ADVERTISEMENT
Baterai merupakan alat yang digunakan untuk menyimpan daya output PLTS yang memerlukan tempat penyimpanan daya. Baterai biasa digunakan pada sistem PLTS standalone, dengan adanya daya yang tersimpan pada baterai maka daya output PLTS dapat digunakan pada malam hari. Dua jenis baterai yang sering digunakan di Indonesia adalah baterai Lead-Acid/Lead-Carbon dan baterai Lithium-Ion. Di Indonesia juga sudah terdapat beberapa perusahaan yang memproduksi baterai seperti PT Nipress Tbk, PT. Indo Energi Elektrik, PT. Sundaya Indonesia dll. Empat parameter yang biasa digunakan dalam menentukan seberapa besar kapasitas baterai yang digunakan pada PLTS adalah konsumsi energi siang hari , rata-rata daya pada siang hari, efisiensi baterai dan kapasitas efektif baterai (DoD). Nilai TKDN minimal baterai yang haris dicapai adalah 40%.
ADVERTISEMENT
Setelah baterai dan modul PV, terdapat satu lagi komponen dalam PLTS yang tak kalah penting, yaitu inverter. Inverter merupakan alat yang digunakan untuk mengubah listrik DC menjadi listrik AC. Dalam sistem PLTS inverter digunakan untuk mengubah output dari modul PV atau baterai agar menjadi listrik AC sehingga dapat digunakan untuk menyuplai beban-beban AC dan agar PLTS bisa tersambung ke jaringan AC.
Penentuan inverter yang akan digunakan dalam PLTS, harus ditentukan dengan melihat seberapa besar besar yang akan di lewatkan ke inverter, serta jenis topologi jaringan yang terdapat pada PLTS juga dapat menentukan jenis inverter yang akan kita gunakan. Merek-merek inverter yang terkenal di Indonesia diantaranya ABB, Fronius, SolarEdge, SMA, Sungrow dll.
ADVERTISEMENT