Capai Target Bauran EBT 2025 dengan PLTS!

Rebekka Siswandina Sari
Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Sebelas Maret yang tertarik dengan perkembangan EBT dan ingin membagikan pengetahuan melalui tulisan.
Konten dari Pengguna
27 Februari 2022 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rebekka Siswandina Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Potensi energi bersih yang dapat dimanfaatkan dalam program transisi energi hingga masa mendatang di Indonesia sangat baik. Hal ini menjadi alasan bahwa Indonesia yang tergolong negara berkembang sangat mampu untuk ditingkatkan sebagai negara berkembang. Indonesia sebagai negara dengan lahan yang luas membuat potensi pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) sebagai contoh panel surya dapat dikembangkan. Letak geografis yang sangat mendukung untuk mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun juga menjadi alasan pengembangan PLTS sangat menjanjikan untuk tercapainya target bauran EBT sebesar 23% pada 2025.
ADVERTISEMENT

Pengertian PLTS

Sumber :Shutterstock
PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) merupakan salah satu jenis pembangkit yang cukup populer saat ini, hal ini tidak terlepas karena PLTS merupakan pembangkit yang ramah lingkungan dan memanfaatkan ketersediaan energi baru terbarukan. PLTS bekerja dengan mengubah energi yang berasal dari panas matahari menjadi energi listrik dengan prinsip kerja photovoltaic. Prinsip kerja photovoltaic dapat kita temukan pada komponen PLTS yaitu pada panel surya. Tentunya selain terdapat panel surya, dalam PLTS terdapat komponen-komponen pendukung lainnya yang berkesinambungan agar PLTS dapat bekerja dengan semestinya. Adapun komponen-komponen dari PLTS diantaranya yaitu Modul Surya, PV Inverter, Charger Controller, Mounting System, Battery Energy Storage System, Enclosure Box dan kabel.
Sistem PLTS yang akan didesain, harus memperhatikan bagaimana kondisi lingkungan serta sistem kelistrikan pada wilayah tersebut. Hal ini penting kita ketahui untuk menentukan jenis topologi yang tepat untuk digunakan, agar dapat meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetukan topologi yang digunakan, diantaranya memeriksa ketersediaan jaringan utilitas (PLN), memastikan pembangkit eksisting memiliki sistem kendali otomatis atau tidak, memastikan pembangkit eksisting dapat diintegrasikan dengan PLTS serta memantau penetrasi daya pada siang hari. Penentuan topologi PLTS tidak dilakukan secara sembarangan namun harus ditentukam sesuai dengan kondisi wilayah yang berbeda.
ADVERTISEMENT

Penentuan Topologi PLTS Berdasarkan Wilayah

Lokasi pembangunan PLTS tidak memiliki ketersediaan jaringan utilitas (PLN) maka sistem PLTS yang digunakan adalah sistem standalone. PLTS standalone artinya PLTS tersebut merupakan sumber satu-satunya energi listrik pada wilayah tersebut. Untuk membentuk jaringan listrik yang berdiri sendiri biasanya digunakan baterai sebagai tempat penyimpanan daya, agar listrik dapat dipakai di malam hari ketika matahari terbenam. Kapasitas baterai yang digunakan harus mampu diaplikasikan sesuai dengan skema yang di rencanakan. Sistem standalone cocok digunakan pada daerah-daerah yang jauh dari jangkauan listrik PLN. Contoh daerah yang menerapkan PLTS standalone yaitu PLTS Desa Yambekiri Rumberpon Provinsi Papua Barat, dengan kapasitas PV sebesar 50kWp dan baterai kapasitas 54kW.
Lokasi pembangunan PLTS tersedia jaringan utilitas (PLN) namun tidak memiliki pembangkit eksisting dengan kendali otomatis, maka sistem PLTS yang digunakan adalah dengan Baterai Smoothing. Dalam sistem PV Baterai Smoothing, sistem PLTS dan jaringan utilitas merupakan sumber energi listrik yang digunakan dalam wilayah tersebut dan baterai digunakan sebagai penyimpan energi agar daya yang dihasilkan stabil. Berbeda dengan sistem standalone pada sistem ini terdapat pembangkit-pembangkit lain yang tergabung dalam jaringan sehingga dampak intermittency PLTS dapat diatasi dengan adanya keberadaan pembangkit-pembangkit tersebut. Sistem semacam ini cocok digunakan untuk menyuplai sebagian kecil beban pada jaringan utilitas. Contoh PLTS yang menerapkan sistem ini adalah PLTS Hibrida Tambang Batubara Indonesia oleh ABB pada tahun 2019, dengan kapasitas PV 3MWp dan kapasitas baterai 2MW / 2MWh.
ADVERTISEMENT
Kondisi wilayah yang telah teraliri jaringan utilitas, terdapat pembangkit eksisting yang terintegrasi dengan PLTS dengan kendali otomatis dan daya penetrasi (daya yang digunakan pada siang hari) > 50% daya pada malam hari, maka sistem PLTS yang digunakan adalah sistem PLTS mikrogrid interaktif. Jaringan pada sistem ini telah dilengkapi dengan jaringan utilitas, PLTS, baterai dan diesel. Dengan sistem yang kompleks jaringan mikrogrid interaktif dapat beroperasi saat terhubung dengan jaringan utilitas maupun ketika terputus dari jaringan utilitas. Contoh implementasi dari topologi ini terdapat di Semau, Nusa Tenggara Timur. Dimana pada jaringan tersebut menggunakan baterai 2.900 kWh dan inverter baterai 200 kW guna mengatasi fluktuasi frekuensi, mengelola suplai daya dan mengatur pembangkit berbahan fosil serta PLTS secara terkoordinasi.
ADVERTISEMENT
Kemudian jika suatu wilayah telah teraliri jaringan utilitas, terdapat pembangkit eksisting yang terintegrasi dengan PLTS dengan kendali otomat,is dan daya penetrasi (daya yang digunakan pada siang hari) < 25% daya pada malam hari, kondisi seperti ini cocok menggunakan sistem PLTS + kendali generator otomatis. Secara umum jenis sistem ini hampir sama dengan sistem PLTS mikrogrid interaktif, tetapi dalam sistem ini hanya menggunakan PLTS dan utilitas saja sebagai sumber listriknya.

Target Capaian Bauran EBT 2025

Kondisi riil saat ini dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang ditetapkan pada tahun 2017 tentunya tidak secara spesifik dapat tercapai . Pada RUEN disebutkan, asumsi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025 yang ditulis senilai 8% dengan total kapasitas pembangkit terpasang sebesar 135 Giga Watt (GW). Sedangkan pada awal tahun 2022 ini kapasitas pembangkit yang terpasang 72 GW. Saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia pun hanya sebesar 5,8% yang terutama disebabkan karena pandemi.
ADVERTISEMENT
Dorongan untuk melakukan percepatan guna mengejar target yang telah ditetapkan. Harapan pada transisi energi misalnya dengan pembangunan PLTS untuk meraih capaian target bauran EBT menjadi kunci. Keyakinan bahwa Indonesia mampu bersaing secara global karena memiliki potensi energi bersih yang berlimpah harus selalu dibangun. Untuk kedepannya, diperlukan peningkatan tatanan industri agar masyarakat turut merasakan energi bersih yang kita produksi sendiri.