Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Live Tiktok: Pesona dan Tren Baru Strategi Kampanye Capres-Cawapres di Indonesia
3 Februari 2024 21:13 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Rebekka Rismayanti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Pemilu 2024 kini semakin dekat. Di tengah era digital yang terus berkembang, berbagai strategi semakin gencar dilakukan calon Presiden dan calon Wakil Presiden (capres-cawapres) untuk menarik suara pemilih muda Indonesia. Salah satu tren baru dalam strategi komunikasi politik adalah penggunaan platform media sosial seperti TikTok untuk mendukung kampanye capres-cawapres di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tiktok kemudian telah menjadi salah satu alat utama untuk menyampaikan pesan kampanye kepada audiens. Fenomena ini kemudian disebut Mazzoleni dan Bracciale (dalam Zamora-Medina, Suminas, dan Fahmy, 2023) sebagai fenomena “pop politics”, di mana kekuatan visual semakin penting untuk konteks komunikasi politik.
Platform media sosial Tiktok sangat populer di Indonesia. Berdasarkan laporan We Are Social, yang dikutip oleh Annur (2023), ada sekitar 106,51 juta pengguna Tiktok di Indonesia pada Oktober 2023. Jumlah itu menjadikan Indonesia sebagai negara dengan pengguna TikTok terbanyak ke-2 di dunia. Menurut Hortelano dalam Zamora-Medina dkk (2023), popularitas Tiktok membuat aktor politik saat ini mengalihkan perhatian ke TikTok sebagai jejaring sosial paling relevan untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih muda.
ADVERTISEMENT
TikTok, dengan format video pendeknya yang menarik dan interaktif, telah menjadi tempat yang populer bagi para politisi dan tim kampanye untuk berbagi pesan dan visi mereka. Jumlah pengguna yang besar membuat netizen Indonesia menjadi target audiens yang sangat potensial bagi kampanye politik di Indonesia. Tiktok digunakan sebagai salah satu media kunci bagi capres-cawapres untuk mengkampanyekan program-program bagi masyarakat, sekaligus membangun citra positif yang kuat.
TikTok merupakan media sosial yang berbasis komponen audio-visual dan merepresentasikan estetika “the hyper-postmodern”. Hal ini kemudian memberikan dampak pada konteks partisipasi politik yang “menyenangkan dan menghibur” di kalangan pemilih muda Indonesia (Vijay & Gekker dalam Zamora-Medina dkk, 2023) sebagai pengguna utama platform ini. Salah satu fitur dari Tiktok yang sedang marak digunakan untuk kebutuhan kampanye politik adalah fitur live.
ADVERTISEMENT
Melalui sesi live, capres-cawapres dapat berinteraksi langsung dengan audiens, menjawab dan menanggapi pertanyaan, serta memberikan informasi yang lebih mendalam mengenai visi dan program kerja mereka. Selain itu, dengan mengadopsi gaya komunikasi yang sesuai dengan preferensi dan kebiasaan pemilih muda, capres-cawapres dapat menyampaikan pesan yang lebih mudah dipahami dan diingat oleh audiens, sehingga mampu memperluas jangkauan kampanye mereka serta mendapatkan dukungan dari segmen pemilih muda sebagai segmen pemilih penting di pemilu 2024.
Hasil polling Kumparan (2024) yang diadakan pada tanggal 2 sampai 9 Januari 2024 juga menyebutkan bahwa sebanyak 45,58% pembaca Kumparan merasa lebih dekat dengan capres-cawapres yang melakukan sesi live di Tiktok. Keterlibatan personal antara capres dan audiensnya ini membuat live Tiktok tidak hanya penting di sisi bagi capres-cawapres, tetapi juga menjadi media “akar rumput” yang memungkinkan partisipasi generasi muda untuk melakukan ekspresi politik secara kolektif.
ADVERTISEMENT
Audiens memiliki keterlibatan yang tinggi, karena tidak hanya menjadi penonton pasif, tetapi juga dapat berpartisipasi aktif dalam sesi live, memberikan komentar, dan bertanya langsung kepada capres-cawapres. Dampaknya, capres-cawapres dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat dengan pemilihnya, serta memungkinkan para pemilih untuk merasakan bahwa suaranya didengar dan dihargai. Hal ini tentu berpeluang memperkuat citra kepemimpinan capres-cawapres di mata publik.
Namun, seperti halnya penggunaan media sosial untuk keperluan politik lainnya, kampanye live TikTok juga memiliki tantangan tersendiri. Papacharissi dalam Mihalik dkk (2022) memaparkan, media sosial merupakan sarana esensial dalam proses komunikasi politik modern. Namun aktor politik juga perlu memperhatikan “sisi gelap media sosial”, yang dapat memberikan dampak negatif pada proses kampanye politik, seperti misinformasi, disinformasi, ujaran kebencian, atau dampak negatif lain yang bisa berpotensi menjadi “bumerang”.
ADVERTISEMENT
Selain itu, mereka juga perlu memperhatikan risiko penyebaran informasi palsu atau konten yang dapat memicu konflik di masyarakat. Jika memperhatikan etika dan kebijakan yang berlaku, penggunaan platform ini dapat menjadi salah satu strategi yang efektif dalam memenangkan hati pemilih dan meraih suara di tingkat nasional.
Dengan demikian, memang tidak dapat diabaikan bahwa potensi kampanye melalui live TikTok merupakan alat yang efektif dalam menyampaikan pesan kampanye politik. Strategi ini perlu didukung data, inovasi, dan kreativitas, dengan tetap memperhatikan aturan dan etika yang berlaku. Selain itu, perlu adanya pemahaman yang mendalam tentang dinamika media sosial agar kampanye live TikTok menjadi aset kunci dalam memenangkan dukungan pemilih muda di era digital ini.