Efektivitas Semangat Belajar: Sekolah Formal vs Lembaga Bimbingan Belajar

Rebkli Rizan Sugijarta
Mahasiswa S1 Program Studi Antropologi Budaya, Universitas Gadjah Mada
Konten dari Pengguna
26 Juni 2023 19:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rebkli Rizan Sugijarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kondisi kelas formal dan lembaga bimbingan belajar. Foto : Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kondisi kelas formal dan lembaga bimbingan belajar. Foto : Penulis
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbicara tentang sekolah formal dan lembaga bimbingan belajar kita sepakat bahwa keduanya merupakan tempat atau lembaga pendidikan yang berguna untuk menuntut ilmu bagi para siswa.
ADVERTISEMENT
Dari jenis bentuknya sekolah formal pada dasarnya merupakan sebuah lembaga pendidikan yang sepenuhnya diatur dan dikelola oleh pemerintah sedangkan lembaga bimbingan belajar merupakan tempat yang diatur dan dikelola bukan dari pemerintah yang pada umumnya dikelola oleh individu, perorangan ataupun pihak swasta.
Dari tahun ke tahun perbincangan mengenai keduanya juga terus ramai dibahas, terkhusus mendekati berakhirnya masa ajaran sekolah. Dapat dilihat terkadang kita menemukan banyaknya antusias dari para siswa yang berkeinginan memasuki sebuah lembaga bimbingan belajar yang dinilai lebih efektif menunjang pemahaman dan nilai dari siswa.
Adanya pernyataan tersebut membuktikan bahwa sekolah formal secara tidak langsung menjadi keraguan atas keberhasilan nilai dan kesuksesan masa depan dari para siswa.
Sekolah formal dinilai kurang atau tidak cukup mencapai kepuasan pemahaman materi para siswa sehingga dapat menurunkan semangat belajar para siswa. Ada pun faktor lain yang menjadikan sekolah formal kurang efektif dalam mendongkrak semangat belajar para siswa, di antaranya:
Ilustrasi kursi dan menja sekolah. Foto: Shutterstock

1. Metode Pembelajaran Tidak Interaktif

Kecenderungan penyampaian materi yang monoton dan tidak interaktif menimbulkan kebosanan dari siswa. Dampak dari kebosanan tersebut pada akhirnya membuat siswa menjadi kurang menangkap materi dengan baik dalam pembelajaran.
ADVERTISEMENT

2. Suasana dalam Kelas yang Kaku

Adanya struktur sosial dan norma yang begitu terasa di sekolah formal, membuat kondisi kelas terkadang menjadi kaku. Hal tersebut membuat siswa menjadi enggan untuk bertanya kepada guru selama proses pembelajaran. Hal ini berpotensi memunculkan budaya pasif yang dapat menghambat siswa untuk berpikir secara kritis.

3. Kurangnya Layanan di Sekolah

Terbatasnya waktu dalam pembelajaran di kelas pada akhirnya tidak dapat membuat siswa leluasa bertanya dalam kelas. Selain itu, tidak adanya tempat atau fasilitas yang tersedia untuk bertanya dan berdiskusi setelah selesai pembelajaran di sekolah menghambat tumbuh kembang pengetahuan dari siswa.
Ketidakpuasan dan ketidaknyamanan siswa di sekolah formal untuk mencapai kepuasan pemahaman materi itulah yang pada akhirnya menurunkan semangat belajar siswa. Sebagai meningkatkan pembelajaran pada akhirnya siswa memilih mengikuti lembaga bimbingan belajar guna mencari kepuasan pemahaman yang tidak ada di sekolah.
ADVERTISEMENT
Mengutip Nugroho (2016) lembaga bimbingan belajar memiliki sebuah cara yang tidak dimiliki sekolah dalam hal mengajar siswanya yaitu terkait kemampuan mereka mengelola siswa dengan menitikberatkan pada kenyamanan siswa.
Adanya rasa nyaman ini membuat mereka lebih senang dalam proses belajar, sehingga memicu semangat belajar yang tinggi. Adapun alasan lain bimbel dapat mendongkrak semangat belajar, di antaranya:
Ilustrasi bimbel. Foto: exam student/Shutterstock

1. Metode Pembelajaran yang Baik

Penyampaian dan penjabaran yang dilakukan oleh tutor di bimbel dibuat semenarik mungkin, sehingga membuat siswa tidak bosan. Contohnya saja penggunaan kata, atau singkatan-singkatan yang menarik membuat siswa mudah mengingat materi. Selain itu, adanya rumus-rumus cepat juga dapat dapat mendorong semangat belajar siswa karena dapat mengubah persepsi siswa terkait adanya soal yang susah menjadi mudah.
ADVERTISEMENT

2. Lingkungan yang Kondusif

Kurangnya aturan yang mengikat dan proses pembelajaran yang tidak formal membuat siswa lebih santai dalam pembelajaran. Dengan hal tersebut, para siswa menjadi tidak tegang dan dapat menangkap materi secara baik.

3. Layanan yang Baik

Dalam bimbel sendiri terdapat keleluasaan dalam hal bertanya. Para siswa diperbolehkan dan bebas bertanya pada jam dan hari kerja yang ia mau, baik melalui telepon genggam ataupun dapat mendatangi langsung tempat bimbel.

4. Tanggap terhadap Masa Depan Sekolah yang Dituju

Terkadang yang dibutuhkan siswa yaitu terkait dengan informasi masa depan dari sekolah-sekolah yang dituju, baik tingkat SMP, SMA, ataupun perguruan tinggi. Terkadang sekolah formal cenderung tidak tanggap secara cepat atau bahkan ketinggalan isu-isu aktual seputar informasi tersebut yang membuat para siswa akhirnya memilih bimbel untuk membantu mengetahui isu atau informasi aktual.
ADVERTISEMENT
Tidak dapat dipungkiri bahwa bimbel sesungguhnya dapat berpotensi lebih membangun semangat belajar siswa. Namun, perlu diingat bahwa semangat belajar juga kembali ke diri masing-masing individu dari para siswa.