Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya
Peduli Terhadap Perempuan, HMIP Adakan Sehati
Konten dari Pengguna
5 Mei 2018 14:37 WIB
Tulisan dari Redaksi Suara Mahasiswa UI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Maraknya pelecehan seksual yang terjadi di masyarakat, memunculkan kepedulian bagi Departemen Sosial Masyarakat (Sosmas) Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik (HMIP) FISIP UI 2018 untuk melakukan program bernama Sehati atau sexual harassment fighters. Isu umum yang mereka angkat tahun ini yaitu mengenai kepedulian terhadap perempuan, yang kemudian difokuskan kembali pada isu pelecehan seksual, khusunya di jalan dan di transportasi umum.
ADVERTISEMENT
Selasa (24/03) sampai Jumat (27/03) lalu, Departemen Sosmas HMIP ini membuka instalasi berupa galeri seni di Selasar Koentjaraningkrat, FISIP UI yang di dalamnya terdapat beberapa karya dari mahasiswa FISIP UI.
“Nah, ini itu ada beberapa rangkaian acara, yang pertama itu ada galeri seni. Galeri seni ini dibikin di FISIP buat meningkatkan awareness anak-anak FISIP tentang sexual harassment di jalanan sama di transportasi umum,” tutur Syafrie Renaldo yang akrab dipanggil Renald selaku Project Officer Sehati.
Salah satu karya seni di galeri tersebut dikirimkan oleh mahasiswa dari Ilmu Komunikasi 2015 yang menggugah hati para pengunjung, pasalnya di gambar tersebut terdapat seorang wanita menggunakan baju polisi dengan pose membuka lebar kedua kakinya. Di antara kedua kaki tersebut, terdapat tulisan “tiket lulus jadi polisi”. Adapun makna dari gambar itu ialah jika ingin menjadi seorang polisi wanita, kita harus melewati tahap pengecekan keperawanan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
Selain karya tersebut, adapula gambar berupa catcalling yang masih awam terjadi di masyarakat. “Masih banyak yang menganggap sexual harassment itu bahan bercandaan, contohnya kaya ‘mbak, masih perawan ga? Hehehe’ ya maksudnya gue cuma bercanda. Ya, tapi buat perempuan pasti ngerasa kan. Itu bukan sesuatu yang lucu, bukan sesuatu yang boleh,” ujar Renald.
Terinspirasi dari gerakan internasional seperti #MeToo beberapa waktu lalu yang viral di media sosial, rangkaian acara Sehati selanjutnya adalah propaganda melalui media sosial serta turun langsung ke jalan. Mereka akan mendatangi stasiun-stasiun di Jakarta yang sering terjadi pelecehan seksual untuk menyadarkan masyarakat pentingnya melawan pelecehan seksual. Setelah turun ke jalan, di acara puncaknya nanti mereka juga akan mengadakan pelatihan bela diri sebagai bentuk pertahanan jika terjadi pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
“Nah nanti acara puncaknya rencananya bulan November kita bakal ngadain pelatihan bela diri buat self-defense. Jadi misalkan di jalan ada sexual harassment, kita tau apa yang harus dilakukan,” kata Renald.
Dengan membawa dua nilai yaitu tanggap dan berani, Sehati memiliki maksud agar kita harus tanggap terlebih dahulu mengenai isu pelecehan seksual, setelah itu kita juga harus berani untuk melawan pelecehan seksual agar tidak menjadi suatu kebudayaan di masyarakat.
Walaupun, secara umum isu yang mereka bawa fokus kepada perempuan, tetapi program Sehati juga terbuka untuk laki-laki.
“Maksudnya dari acaranya sexual harassment fighters ini kita gak mau cuma perempuan aja yang ngelawan. Tapi ketika nanti ada kejadian pelecehan seksual, mau perempuan atau laki-laki, ketika ngeliat pelecehan seksual, kita harus sama-sama bisa melewan sexual harassment ini,” jelas Renald yang juga mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2017.
ADVERTISEMENT
Renald memberi pesan untuk perempuan di luar sana bahwa kalian tidak sendiri, ada banyak teman kalian yang berani untuk melawan pelecehan seksual. Dan untuk laki-laki, Renald mengajak agar sama-sama berani untuk tidak melakukan pelecahan seksual dan melawannya.
Teks: Ramadhana Afida Rachman
Foto: Ramadhana Afida Rachman
Editor: Kezia Estha T.