Kadang-kadang, kalau saya sedang ngelamun sambil memintasi jerawat batu di dagu, pikiran saya bisa lepas kendali dan jadi aneh-aneh. Misalnya saja kemarin. Siang-siang habis kelas, saya terbayang apa jadinya kalau Bung Karno, Bung Hatta, Ali Sastroamidjojo, Mohammad Yamin, atau Soepomo terlambat lahir seabad, dan sekarang ikutan jadi mahasiswa era pandemi seperti saya?
Ambil saja gambaran kasar: Bung Karno yang anak guru diterima melalui jalur undangan menjadi mahasiswa jurusan Arsitektur angkatan 2020; Bung Hatta diongkosi UTBK dan lulus jadi mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2020; Mohammad Yamin melenggang sebagai mahasiswa Ilmu Sejarah angkatan 2021; dan Ali Sastroamidjojo meneruskan kuliah bersama Soepomo sebagai mahasiswa Ilmu Hukum, seangkatan dengan Yamin.
Lamunan itu ada buntutnya. Paling tidak, pikir saya, ada dua kepastian jika para founding fathers itu seangkatan dan memiliki kepribadian serupa dengan mahasiswa era pandemi. Pertama, mereka tak akan sanggup berkhayal membangun pergerakan kemerdekaan, apalagi menggelar rapat umum dan menerbitkan majalah politik sampai berkejar-kejaran dengan polisi kolonial yang siap menggebuk aktivis pergerakan. Yang kedua, saya yakin bayangan terjauh mereka sebagai mahasiswa paling-paling hanya sampai cara cepat lulus kuliah, cara mengatur uang kiriman, berkutat sampai terguling-guling menjinakkan depresi dan stres yang datangnya bagaikan jelangkung, sampai cara membuat curriculum vitae yang lolos mesin ATS, syukur-syukur bisa jadi pegawai di kantor yang menaranya meninju langit SCBD Jakarta.
Lanjut membaca konten eksklusif ini dengan berlangganan
Keuntungan berlangganan kumparanPLUS
Ribuan konten eksklusif dari kreator terbaik
Bebas iklan mengganggu
Berlangganan ke newsletters kumparanPLUS
Gratis akses ke event spesial kumparan
Bebas akses di web dan aplikasi
Kendala berlangganan hubungi [email protected] atau whatsapp +6281295655814