Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten Media Partner
Jaga Kearifan Lokal, Pemuda Sumenep Kembangkan Motif Batik Penuhi Kebutuhan Pasar
9 Desember 2018 12:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
PortalMadura.Com, Sumenep – Sejumlah kelompok pemuda Sumenep, Madura, Jawa Timur terus berkreasi untuk memenuhi kebutuhan batik di pasaran.
ADVERTISEMENT
Mereka merupakan jebolan Pusat Inkubator Wirausaha Muda STKIP (PIWS) PGRI Sumenep bidang membatik sudah mampu membaca peluang pasar era digital ini.
Selain mempertahankan motif batik Sumenep (local wisdom), seperti motif Ayam Cukir, Kuda Terbang, Labang Mesem hingga corak Batik Masjid Jamik, juga mencipta motif batik sesuai dengan selera kebutuhan pasar.
Para pemuda jebolan program unggulan kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati Sumenep A Busyro Karim-Achmad Fauzi ini, saat ini berada di rumah produksi Wirausaha Muda Sumekar (WMS).
Zuhdi, salah seorang pemuda jebolan PIWS STKIP PGRI Sumenep menyampaikan, dalam pembuatan batik tidak hanya semata membuat batik dan kemudian menjualnya.
Melainkan, ada misi untuk melestarikan budaya nusantara yang dimiliki Kabupaten Sumenep.
“Kami dengan telaten mengecat kain yang sebelumnya sudah digambar berbagai corak batik. Corak batik yang sudah dikembangkan, yakni merupakan khas Sumenep,” katanya, Sabtu (8/12/2018).
ADVERTISEMENT
Kain batik hasil karya pemuda Sumenep ini dijual dengan harga berfariasi, mulai dari Rp250 ribu per lembar (satu potong) hingga Rp1 juta.
Perbedaan harga tersebut disesuaikan dengan motif dan tingkat kesulitan pembuatannya.
Sedangkan kreasi batik yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar, para pemuda Sumenep ini juga memproduksi batik lukis hingga batik shibori.
Pihaknya yakin, dengan dorongan pemerintah daerah dan semua pihak, garapan batik pemuda Sumenep tidak kalah saing dengan batik-batik daerah lain di pasaran.
“Saya bersama teman-teman pemuda lainnya, tertarik mengembangkan batik karena batik merupakan karya seni yang memang ia senangi,” katanya.
Proses pembuatan batik, diakui butuh waktu cukup lama, mulai dari 3 hari hingga satu bulan per lembarnya. Tergantung pada motif yang diinginkan pasar atau pemesan.
ADVERTISEMENT
Pemuda Sumenep ini merupakan jebolan pada pelatihan membatik di PIWS STKIP PGRI Sumenep. Mereka berasal dari berbagai daerah di Sumenep.(Putri/Hartono)
The post