Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Geliat Komunitas Sosial "Selagi Pagi" dalam Upaya Bangkit Bersama
28 Mei 2023 17:52 WIB
·
waktu baca 8 menitTulisan dari Redhitya Wempi Ansori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rasa bangga sekaligus haru menyusupi ruang hati saya, tatkala melihat sekumpulan pemuda membawa tas-tas besar yang diikat di belakang motor mereka. Ada delapan motor yang membawa tas besar tersebut. Setelah saya konfirmasi kepada salah satu pemuda yang ikut rombongan. Tas-tas besar yang dikait erat dengan tali rafia di jok belakang motor tersebut berisi pakaian layak pakai. Pakaian layak pakai itu dikemas dengan rapi di sebuah wadah, seperti kardus bekas sepatu yang bisa muat dengan empat sampai lima potong baju dan celana bekas layak pakai. Kemudian, agar kardus tampak estetis dan memberi kesan seperti hadiah, oleh mereka dibungkus layaknya kado ulang tahun.
ADVERTISEMENT
Dengan berjajar rapi dan berkendara tertib kedelapan motor tersebut melaju ke arah Balaikota Malang. Kebetulan, tempat mereka beroperasi hari itu ada di sekitar Stasiun dan Balaikota Malang. Mereka sengaja memilih tempat yang banyak tukang becak, tukang ojek pangkalan, tuna wisma, pengasong-pengasong kecil yang berjualan di sekitar stasiun dan Balai Kota Malang.
Sesampainya di Balaikota Malang, mereka memarkir dengan rapi kendaraan tepat di depan SMAN 4 Malang. Dengan sigap, mereka segera melepas tali rafia yang mengikat kencang kado-kado yang akan diberikan kepada orang yang membutuhkan. Tampak di raut wajah mereka rasa tidak sabar untuk segera membagikan kebahagian kepada orang yang membutuhkan. Hari itu, selain membagikan kotak kado berisi beberapa potong pakaian layak pakai, mereka juga memberikan kado penyerta berupa amplop yang berisi sejumlah uang.
ADVERTISEMENT
Memang mereka mengemas sumbangan atau bantuan dalam bentuk hadiah, bahkan sebutannya pun kado. Hal itu dilakukan, agar semua orang merasakan kebahagian, seperti diberi hadiah layaknya ketika ulang tahun. Tentu, hal itu terlepas dari yang bersangkutan sedang ulang tahun atau tidak. Mereka mengambil filosofi hadiah yang memberi efek kesenangan dan kebahagian bagi yang menerima. Oleh sebab itu, cara mereka mengemas sumbangan layaknya sebuah kado atau hadiah.
Para anggota bahu-membahu menenteng tas besar yang terbuat dari bekas karung beras yang sudah diisi kado kebahagiaan. Mereka berjalan pelan tapi pasti menelusuri trotoar yang mengarah ke Stasiun Tugu Kota Malang. Di sana sudah berjajar rapi para tukang becak yang duduk berjam-jam menunggu penumpang yang sudi menaiki becaknya. Mereka menghampiri satu per satu nakhoda becak yang bertengger di kursi penumpang menunggu kepastian nasib. Para tukang becak ini seakan kaget karena tiba-tiba ketiban durian runtuh di sore hari menjelang petang. Senyum simpul menggurat dari si pemberi dan si penerima. Sungguh pemandangan yang menggetarkan nurani dan kalbu.
Sinergi dari yang membutuhkan dan yang dibutuhkan tampak sinkron dan klop. Kalau sudah begitu, dunia seakan tampak berwarna. Melihat secercah kebahagiaan yang tergurat lewat raut wajah lelah mereka adalah kenikmatan yang tak ternilai harganya. Hal tersebut sedikit mengobati sekaligus mengurai rasa pahit akibat penuh sesaknya ketidakadilan dan ketidakberesan yang ada di negeri ini. Melihat komunitas kecil yang bertumbuh menjadi ekosistem yang makro dan berdampak di sekitar, agak melegakan hati. Jiwa-jiwa altruis yang dipupuk subur di dalam relung para anggota komunitas tersebut bagaikan seberkas cahaya merasuk ke ruang-ruang gelap dan berhasil meneranginya.
ADVERTISEMENT
Rasa penasaran saya terhadap komunitas ini semakin kencang menggeliat dalam batin. Ingin rasanya berbincang dengan mereka secara intensif untuk menggali motif dan latar belakang mereka menginisiasi komunitas sosial ini. Akhirnya, saya beranikan diri berkenalan dengan salah satu anggota yang ada di dalam komunitas itu. Tak disangka tak dinanya, mujur dapat diraih yang saya ajak kenalan adalah penggagas cum pengasuh komunitas itu. Tanpa tedeng aling-aling, saya jabat tangannya dengan keras sebagai tanda apresiasi terhadap gagasan mulianya.
Namanya Mas Nanang. Lengkapnya Nanang Syaiful Rohman, pria kelahiran Trenggalek yang sudah 10 tahun menetap di Kota Arema Malang. Pria berperawakan tinggi, putih, dan menawan ini tak disangka punya jiwa sosial tinggi. Tentu, hal tersebut bukan bermaksud mendeskreditkan para lelaki rupawan tidak punya jiwa sosial ya. Tetapi, lebih memberi penegasan kepada kaum hawa bahwa di sudut Kota Malang hiduplah sesosok laki-laki yang fisik good dan Akhlak good.
ADVERTISEMENT
Mas Nanang begitu terbuka dan memberi akses saya untuk melakukan wawancara terkait komunitas asuhannya. Bahkan, mengajak saya ke basecamp ranger pagi. Jadi, sebutan untuk para pegiat sosial tersebut adalah Rangers Pagi. Mas Nanang menyampaikan bahwa Rangers itu layaknya serial tv super hero Power Rangers yang senangtiasa membantu sesama ketika ada yang kesulitan. Seperti itulah komitmen dasar yang dibangun para pengurus komunitas.
Belakangan saya tahu, bahwa komunitas tersebut bernama “Selagi Pagi”. Sang Empu Selagi Pagi, Mas Nanang menyampaikan ada dua makna filosofis di balik Selagi Pagi. Pertama, Selagi Pagi punya makna hermeneutik berupa ungkapan “Selagi pagi bersyukurlah, Selama masih hidup berbagilah, selama masih bisa, ayo kita lakukan! Makna kedua, Selagi Pagi ini sebuah akronim yang kepanjangannya adalah “Semua yang Layak Dibagi Bisa Dipakai Lagi”
ADVERTISEMENT
Jadi, konsep mereka dalam memberikan bantuan saya pikir cukup unik. Mas Nanang punya pemikiran yang menurut para milenial jamak dikatakan sebagai pemikiran out the box. Selama ini kita punya pakaian bekas yang tidak terpakai dan menumpuk di lemari. Hampir pasti pakaian itu masih bagus-bagus dan layak pakai. Pemilik baju merasa bingung harus dihibahkan ke siapa baju-baju ini. ada rasa tidak enak membagikan baju bekas ke orang lain. Takutnya tidak layak dan takutnya menyinggung. Dasar pemikiran itu yang mengilhami Mas Nanang untuk menjadi wadah para donatur pakaian bekas yang masih layak pakai.
Mas Nanang juga menambahkan bahwa berbagi pakaian layak pakai ini bisa menyelesaikan dua masalah. Bagi pemberi baju, bisa lebih memberi ruang almari yang penuh sesak dengan baju yang sudah tidak terpakai, sehingga punya kecenderungan mubazir. Sementara itu, bagi yang diberi bisa membantu mereka yang terbatas kemampuannya untuk membeli baju yang layak.
ADVERTISEMENT
Konsep mereka berbagi kini juga berkembang. Selagi Pagi, tidak hanya menerima baju-baju bekas yang layak pakai. Tetapi juga mereka menerima bantuan donasi berupa uang yang nantinya dibagikan sepaket dengan baju bekas layak pakai tadi. Selain itu, mereka juga memiliki program-program yang disesuaikan dengan momentum atau hari-hari spesial, seperti program Ramadan yang bergerak seputar pemberian takjil untuk berbuka puasa dan program hari Jumat dengan membagi-bagikan makanan selepas Salat Jumat.
Proses pemberian bantuan juga bisa dilakukan dengan berbagai cara, bisa langsung datang di basecamp Selagi Pagi yang ada di Wagir Malang Jawa Timur. Bisa juga mengirim baju-baju bekas layak pakai tadi melalui ekspedisi yang langsung dialamatkan di basecamp Selagi Pagi.
Selagi Pagi yang berdiri sejak 2018 itu kini berkembang pesat. Bahkan, Selagi Pagi tidak hanya menjadi komunitas sosial biasa. Selagi Pagi kini sudah berkembang menjadi perusahaan yang bergerak di bidang sosial atau sebutan kerennya sosiopreneur. Hal itu karena Selagi Pagi ini memiliki tim yang dibagi sesuai bidang kerja yang memiliki tupoksi dan divisi-divisi. Namun, mereka masih belum mengurus legalitas untuk perusahaan. Hanya saja scope dan ruang lingkupnya sudah samar-samar mirip perusahaan yang bergerak di bidang sosial.
ADVERTISEMENT
Mas Nanang menuturkan pergerakan untuk membantu dan berbagi ini dilebarkan ruang jangkau. Mereka melebarkan sayap dengan membentuk Ranger Pagi yang ada di beberapa kota. Bahkan, Selagi Pagi hadir di Kota Solo, Jakarta, Kediri, dan Surabaya. Rencananya mereka akan memperbanyak di kota-kota yang lain juga. Hal tersebut tujuannya adalah untuk memberikan secercah kebahagian kepada orang yang membutuhkan.
Selagi Pagi ini merupakan upaya sistematis, terstruktur, masif untuk memanifestasikan ancangan Bangkit Bersama. Semasa pandemi, Selagi Pagi selalu bergerak intensif memberi bantuan kepada masyarat yang signifkan terdampak. Bantuan pada masa pandemi selain pakaian layak pakai, juga berupa sembako, dan sejumlah uang, masker dan penyanitasi tangan (hand sanitizer). Para ranger pagi berkeliling di tempat-tempat yang masih banyak para pekerja yang harus keluar rumah dan tidak bisa di rumah saja.
ADVERTISEMENT
Upaya kolaboratif untuk bangkit bersama menjadi bagian integral dari Selagi Pagi. Mereka selalu membangun komunikasi antarkoordinator Selagi Pagi yang ada di berbagai kota dan daerah. Kalau mereka kekurangan baju layak pakai atau sedang membutuhkan barang tertentu untuk disalurkan ke daerah yang membutuhkan. Mereka selalu berkoordinasi dan berkomunikasi intensif. Hal itu banyak terjadi ketika gelombang pandemi sedang pasang-pasangnya per 2020 hingga 2021, di daerah Kediri membutuhkan banyak APD dan Masker. Di sana sedang dilanda kelangkaan masker dan APD. Dengan sigap daerah yang punya akses mudah terhadap barang-barang tersebut mengirimkan barang-barang yang dibutuhkan melalui ekspedisi.
Ekspedisi yang dipilih Selagi Pagi karena sedang darurat tentunya harus yang memiliki akses cepat sampai dan presedurnya mudah. Menurut penuturan Mas Nanang ekspedisi yang terpercaya dan cepat adalah JNE. Oleh sebab itu, di #JNE32tahun memiliki kontribusi signifikan terhadap ruang gerak Komunitas Selagi Pagi dalam menyalurkan bantuan. #JNEBangkitBersama juga menjadi tagline yang begitu gayut dengan semangat berbagi Selagi Pagi. Melalui secercah kebahagian yang dibagikan kepada mereka yang membutuhkan merupakan bentuk implementasi bangkit bersama yang dikolaborasikan dengan spirit gotong royong.
ADVERTISEMENT
Muara dari semua itu tentunya adalah #ConnectingHappiness semangat terhubung dan menghubungkan antara masyarakat yang berpunya dengan masyarakat berkekurangan. Saling berbagi kebahagiaan adalah cara kita menjadi manusia yang bermanfaat di dunia ini. Saya ingat pesan yang disampaikan Mas Nanang di akkhir sesi wawancara kami. Selama manusia di bumi Ini punya kepekaan sosial dan punya welas asih terhadap sesama. Kayaknya kok sungkan Allah memberikan nasib yang malang ke orang model gitu.” Pesan pamungkas itu yang senangtiasa tengiang di telinga dan masih setia menggelayut di ingatanku. Salam kolaborasi! #JNE32tahun, #JNEBangkitBersama dan #jnecontentcompetition2023 #ConnectingHappiness.