Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Wetonan dan Ulang Tahun: Sama Makna, Beda Rasa, Beda Cara
6 Agustus 2022 9:35 WIB
Tulisan dari Redhitya Wempi Ansori tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Melalui tulisan ini saya ingin mengajak pembaca yang budiman untuk berimajinasi. Bila tradisi wetonan ini di-mainstream-kan atau dengan kata lain dijadikan tren arus utama dan mengganti gegap gempita peringatan ulang tahun yang sudah umum di masyarakat Indonesia, apa yang terjadi?
ADVERTISEMENT
Saya bayangkan begini, kalau perayaan ulang tahun yang telanjur mendarah-daging di masyarakat ini dikikis secara bertahap, direduksi kegiatannya sedikit demi sedikit, dan diganti secara total dengan tradisi klasik Jawa yang luhur seperti wetonan. Saya kok yakin banyak pasangan yang sedang berasyik-masyuk pacaran memutuskan untuk mengakhiri hubungan dan memilih jomlo.
Bagi masyarakat non-Jawa, saya kasih gambaran terkait tradisi wetonan ini. Tradisi ini secara konsep hampir mirip dengan ulang tahun. Akan tetapi, berbeda di periode waktu peringatan. Kalau ulang tahun diperingati satu tahun sekali pada saat hari dan bulan kelahiran. Sedangkan, wetonan diperingati 35 hari sekali.
Hal inilah yang menjadi alasan esensial dan fundamental untuk menanggapi poin paragraf dua. Ihwal orang yang pacaran lebih memilih jomlo ketika wetonan menjadi tren arus utama dan mengganti peringatan ulang tahun yang sudah mengakar tunggang di Indonesia. Bayangkan kalau obor ampen atau prosesi-prosesi khas ulang tahun, seperti pemberian kejutan dan kado itu diadobsi secara total dan diejawantahkan dalam tradisi wetonan tiap 35 lima hari sekali, apa ndak kembang-kempis itu dompet.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, momen ulang tahun ini adalah momen sakral bagi muda-mudi yang sedang memadu kasih. Tak ayal, ulang tahun ini menjadi parameter capaian terhormat seoarang cowok ke ceweknya atau sebaliknya. Cowok jadi punya muruah kepada si cewek dan teman-temannya kalau mampu membuat kejutan dengan predikat ter-uwu dan ter-wow.
Sedikit informasi untuk pembaca biar satu frekuensi dalam memahami kata uwu dan wow. Uwu dan wow ini adalah sebuah fenomena bahasa yang berkembang di masyarakat terutama kalangan anak muda pengguna sosial media. Dilansir dari artikel yang dimuat di merdeka.com terkait dengan konsep uwu ini merupakan visualisasi dari kegemasan, huruf ‘U’ yang ada dua itu berkedudukan sebagai mata, sedangkan huruf ‘W” yang di tengah itu sebagai mulut. Ketika itu digabungkan menjadi bentuk visual abstrak dari wajah yang terdiri dari mata dan mulut yang melambangkan ekspresi tertawa gemas. Sedangkan, kata wow merupakan kata seru yang digunakan untuk mengekspresikan suatu kejutan. Menurut KBBI wow merupakan sejenis kata interjeksi.
ADVERTISEMENT
Baiklah, mari kembali ke pembahasan. Indikator ter-uwu ini ada tiga hal, yang dipaparkan sebagai berikut: Pertama, mampu membuat pasangannya nangis bombay dengan kejutan yang diberikan. Kedua, mampu membuat si pasangan mengucapkan kalimat template seperti “Sayang, kamu laki-laki terbaik yang dihadirkan Tuhan untukku, setelah Ayahku.”. Terakhir atau ketiga, mampu membuat orang yang melihat seremonial pemberian kejutan itu mengucapkan pernyataan “Ihh, so sweet!”
Sedangkan, indikator ter-wow ini ditinjau dari aspek seremonial yang dilakukan berkaitan dengan kemewahan dan pundi-pundi rupiah yang digelontorkan untuk acara kejutan ulang tahun ini. Oleh sebab itu, pada poin ini titik tekannya lebih kepada persiapan secara finansial dari si pemberi kejutan. Kalau kejutan ulang tahun ini diembel-embeli hadiah berlian dengan jenis The Cullinan atau kendaraan mewah, seperti BMW sudah barang tentu koor sudah bersiap untuk melantunkan wow dengan nada merdu. Kalau sebaliknya, si pemberi kejutan hanya memberi setangkai mawar hasil metik dari depan rumah tetangga dengan kata lain gratisan. Respon koor tidak wow, melainkan huuuuuu!
ADVERTISEMENT
Kalau indikator ter-uwu dan ter-wow itu dijadikan patokan penuh, kemudian diimplementasikan dalam tradisi wetonan yang peringatannya 35 hari sekali. Kayaknya orang sekaya apa pun atau secinta apa pun dengan pasangannya juga akan males melakukannya. Karena memang tradisi wetonan yang luhur bukan untuk predikat wow maupun uwu. Tradisi wetonan hadir dengan kultur luhur yang akarnya bukan untuk keren-kerenan, bahkan gaya-gayaan. Secara filosofis wetonan punya makna mendalam tentang peringatan kelahiran 35 hari sekali tersebut. Dari artikel yang dimuat di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, menyatakan bahwa wetonan ini merupakan tradisi warisan nenek moyang yang bertujuan menjaga keselamatan, kedamaian, dan rasa syukur.
Tentu berbeda dengan perayaan ulang tahun yang gelayut akarnya lebih ke tradisi barat dengan kue ulang tahun, pemberian kejutan, dan kado. Sementara itu, wetonan tidak mengenal tradisi kado dan kejutan. Hal esensial dalam wetonan adalah selamatan wetonan. Secara konsep, selamatan wetonan adalah mendoakan orang diwetoni atau orang yang diperingati hari lahirnya agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan limpahan keselamatan, kesehatan, keberkahan, dan kemudahan, sekaligus kelancaran agar hal yang dilakukan tidak ada kendala yang berarti.
ADVERTISEMENT
Statmen akhir penulis, bahwa tradisi wetonan yang diperingati 35 hari sekali maupun ulang tahun yang dirayakan tiap hari kelahiran dan bulan kelahiran, artinya diperingati satu tahun sekali. tidak ada soal! Semuanya punya hal yang positif untuk dilakukan sebagai sebuah seremonial bentuk rasa syukur. Karena telah dilahirkan di dunia dengan selamat hingga menginjak usia tertentu dan sudah bisa melakukan pencapaian tertentu.
Hakikatnya, titik kulminasi tradisi wetonan maupun ulang tahun terletak pada ingatan kita terhadap rasa syukur atas limpahan berkah berupa umur yang diberikan Tuhan Yang Mahakuasa kepada kita saat ini. Secara spesifik, kalau diberikan umur berarti berkesinambungan dengan diberikan kesehatan yang membuat kita bisa melakukan apa pun untuk mencapai suatu kebaikan yang dicita-citakan.
ADVERTISEMENT