Konten dari Pengguna

Menilik Fenomena Mixue: Teori Agenda Setting, Pemasaran, Hingga Sertifikat Halal

Redho Prima Nanda
Redho Prima Nanda, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
12 Januari 2023 17:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Redho Prima Nanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gerai Mixue yang tersebar di seluruh Indonesia/Foto : shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Gerai Mixue yang tersebar di seluruh Indonesia/Foto : shutterstock.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kata Mixue saat ini ramai diperbincangkan di berbagai media sosial. Pasalnya kehadiran Mixue mulai menjamur di setiap tempat dan sudut negeri. Cabang Mixue ada di mana-mana dan mulai merasuk ke berbagai daerah terpencil di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Karena hal tersebut, banyak yang menjadikannya lelucon dengan memberikan julukan “pengisi ruko kosong.” Bahkan mereka menjuluki logo Mixue yang berbentuk boneka salju Snow King itu dengan sebutan “malaikat pencatat ruko kosong”.
Sekilas Tentang Mixue
Foto : shutterstock.com
Mixue Ice Cream & Tea merupakan sebuah perusahaan waralaba dengan produk berupa es krim dan minuman teh yang berasal Zhengzhou, Henan, Tiongkok. Mixue didirikan pada bulan Juni 1997 oleh Zhang Hongchao yang saat itu masih sebagai mahasiswa di Universitas Henan.
Mixue hadir di Indonesia sejak tahun 2020 di Kota Bandung dan saat ini memiliki lebih dari ratusan gerai di berbagai belahan Indonesia. Menurut salah seorang Tech Enthusiasts bernama Jason Alexander, berdasarkan data Google Maps, tercatat sebanyak 692 cabang Mixue yang tersebar di seluruh Indonesia per 27 Desember 2022. Jawa Barat tercatat sebagai provinsi dengan cabang terbanyak, yakni sebanyak 189 unit cabang. Selanjutnya disusul oleh Jawa Timur sebanyak 114 unit, dan Jawa Tengah sebanyak 113 unit.
ADVERTISEMENT
Cepatnya perkembangan Mixue di tanah air membuat es krim yang terkenal lezat ini dengan mudahnya hadir disetiap sudut jalanan ibu kota, bahkan telah merambah ke berbagai daerah-daerah di seluruh Indonesia.
Teori Agenda Setting untuk Mengampanyekan Mixue
Pemesanan Mixue yang merupakan efek dari Teori Agenda Setting/Foto : shutterstock.com
Teori Agenda setting merupakan sebuah teori komunikasi massa yang menyatakan bahwa media mempunyai kemampuan menjadi penentu terhadap suatu isu yang penting bagi publik. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan kesadaran publik serta mengarahkan perhatian pada isu-isu yang di anggap penting oleh media.
Fenomena yang terjadi pada Mixue saat ini dimana menjamurnya gerai-gerai Mixue di berbagai daerah di Indonesia, serta gencarnya pembangunan Mixue membuat hal ini cukup menarik perhatian masyarakat Indonesia. Banyak diantaranya yang mengabadiikan momen tiap kali menemukan gerai Mixue.
ADVERTISEMENT
Kepopuleran Mixue bertambah naik dengan berbagai jenaka yang dibuat oleh warganet melalui cuitan-cuitan maupun video di media sosial. Beberapa diantaranya seperti cuitan dari @Arifboediman “Program kerja Gubernur yang paling keliatan sekarang adalah 1 kecamatan 1 Mixue”. Kemudian dari @Addvoycat “Disaat rukomu lengah, disitu Mkixue bergerak”, serta banyak cuitan-cuitan lucu mengenai Mixue yang terebar dimana-mana ini. Lebih nya lagi pada platform TikTok, ada sebuah tren yang terjadi, dimana pengguna beramai-ramai membuat video menemukan logo Mixue dan lebih dari delapan belas ribu pengguna yang mengikuti tren ini.
Dengan banyaknya konten dan cuitan lucu mengenai Mixue yang tersebar di media sosial, secara tidak langsung publik memberikan label kepada Mixue sebagai “Pengisi Ruko Kosong”. Selain itu publik juga menjadi lebih sadar akan kehadiran Mixue di daerahnya dan tertarik untuk mencoba produk dari Mixue tersebut. Alhasil, Mixue tidak memerlukan usaha besar untuk mengomunikasikan produk nya kepada massa.
ADVERTISEMENT
Strategi Marketing yang Tepat
Salah satu produk unggulan yang menjadi tools dalam keberhasilan marketing strategy Mixue/Foto : shutterstock.com
Menurut Dosen Strategi Pemasaran, Universitas Airlangga (Unair), Prof. Dr. Sri Hartini, S.E., M.Si., Mixue berhasil menerapkan konsep-konsep marketing strategy dengan tepat. Ia menuturkan bahwa ada empat tools yang paling banyak digunakan oleh perusahaan dalam marketing strategy, yaitu price, product, place, dan promotion. Dalam hal ini, Mixue berhasil menggunakan keempat tools tersebut dengan baik.
Pertama dari segi Price, menurut Hartini kekuatan Mixue teletak pada harganya yang relatif murah. Dalam teori marketing strategy, hal tersebut disebut dengan penetration pricing.
“Harga yang relatif murah sengaja dilakukan untuk merebut pasar es krim sejenis. Kita tidak tahu kedepannya kalau penetration pricing itu memang menawarkan harga yang paling murah atau nanti ketika kompetitor lain sudah tidak ada, pelan-pelan menaikkan harga.” Jelasnya, Sabtu, 7 Januari 2023.
ADVERTISEMENT
Kedua pada Product, menurutnya produk yang ditawarkan oleh Mixue memiliki rasa yang tidak kalah dari produk-produk pesaing lainnya. Dijual dengan harga yang murah, Mixue dapat menarik banyak perhatian konsumen dan mampu bersaing di pasaran. Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) itu juga menjelaskan bahwa produk berupa es krim bukan lagi hal baru, sehingga masyarakat lebih mudah menerimanya.
Ketiga Place, gerai Mixue yang tersebar dimana-mana merupakan sebuah keberhasilan dalam mengandalkan kekuatan relationship atau kemitraan yang banyak, sehingga tidak membutuhkan tempat yang mewah dan bagus, melainkan tempat yang ramai dan strategis. Hal inilah yang membuat ekspansi Mixue semakin masif.
Keempat mengenai Promotion, Mixue menggunakan media social marketing seperti Instagram, TikTok, dan sebagainya sehingga produknya mudah dikenal banyak orang dan viral.
ADVERTISEMENT
Di pengujung kata ia menambahkan bahwa eksistensi Mixue tentu akan memiliki dampak terhadao gerai-gerai es krim dan minuman lainnya yang sudah ada di Indonesia, meskipun setiap produk memiliki target pasar yang berbeda. Namun jika pasar-pasar tersebut tidak dijaga, maka kemungkinan akan beralih ke Mixue.
Sertifikat Halal yang Tak Kunjung Didapat
foto : shutterstock.com
Melalui postingan di Instagram Mixue Indonesia, pihak manajemen Mixue memberikan klarifikasi bahwa Mixue memang belum mendapat sertifikat halal baik dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Majelis Ulama Indonesia (MUI), maupun dari Kementerian Agama. Namun, menurut manajemen, belum didapatkannya sertifikat halal bukan berarti produk Mixue tidak halal.
“Saat ini memang benar Mixue belum memiliki sertifikat halal. Perlu menjadi catatan bahwa belum memiliki sertifikat halal tidak sama dengan tidak halal. Penyebaran informasi bahwa Mixue tidak halal merupakan tindakan yang menurut kami kurang bertanggung jawab dan sangat disayangkan,” tulis manajemen Mixue Indonesia.
ADVERTISEMENT
Melalui Instagram @mixueindonesia, manajemen Mixue menjelaskan bahwa ada tiga alasan mengapa sertifikasi halal Mixue belum kunjung usai hingga saat ini, diantaranya 90% bahan baku Mixue diimpor dari Tiongkok, sumber bahan baku tidak terpusat di satu kota, dan pandemi Covid-19 yang menyebabkan lockdown.
Manajemen Mixue juga menerangkan bahwa proses sertifikasi halal tidak hanya mengenai komposisi yang ada pada produk, tetapi juga termasuk sumber bahan baku dan proses yang dilalui. Adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan lockdown juga turut menghambat proses pengurusan sertifikasi halal.
Pihak manajemen memberikan kepastian kepada publik bahwa saat ini Mixue sedang memproses sertifikasi halal. Diharapkan bagi masyarakat Indonesia agar tidak ragu-ragu lagi untuk membeli produk dari Mixue.
ADVERTISEMENT