Festival Bau Nyale, Tradisi Masyarakat NTB

Reggyna Ratih
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto
Konten dari Pengguna
20 April 2024 21:25 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reggyna Ratih tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nusa Tenggara Barat--Festival bau nyale merupakan tradisi tahunan yang diadakan di Nusa Tenggara Barat, dalam tradisi ini masyarakat menangkap nyale atau cacing laut. Pagi itu saat matahari masih terlelap, masyarakat telah bersiap-siap membawa peralatan yang akan digunakan untuk menangkap nyale, seperti sorok dan ember. Udara dingin berhembus mulai terasa menusuk tubuh, namun tak menyurutkan semangat mereka. Desing mesin motor ramai terdengar di jalanan, wajah merekapun penuh dengan sukacita.
Suasana Bau Nyale, sumber: shutteshutterstock
Iring-iringan rombongan itu tak lama telah tiba di pantai, suara ombak mulai menyapa rungu mereka seakan menyambut kedatangan mereka di sana. Tidak menunggu lama orang-orang mulai turun menuju pantai dengan menggunakan senter di tangan mereka. Berjalan dengan hati-hati karena hari masih gelap dan karang-karang belum terlihat jelas, mereka berjalan sambil membawa sorok dan ember. "Oo nyale nyale! nyalee!", teriak mereka bersahutan memanggil cacing yang berwarna-warni itu keluar dari persembunyiannya. Setelah mereka memanggil nyale akhirnya kawanan cacing itu keluar juga sehingga mengundang gelak tawa pada mereka yang berhasil menangkapnya. Warna-warni nyale mulai mewarnai laut, semua orang bersuka cita menyambut cacing jelmaan Putri Mandalika, hari ini adalah hari keberuntungan mereka. Para orang dewasa berada di tengah laut menerjang ombak dengan soroknya, anak-anak bermain di tepi pantai sambil menangkap nyale-nyale kecil yang muncul di hadapannya.
ADVERTISEMENT
Matahari mulai muncul, sudah saatnya kembali ke rumah masing-masing. Nyale sudah tidak terlihat karena telah melebur menjadi satu bersama air laut. Itulah keunikan nyale, ketika matahari sudah muncul mereka akan menghilang seperti telah menjadi satu dengan air laut. Memang nyale adalah hewan ajaib. Setelah dirasa cukup, satu persatu orang mulai bergegas pulang untuk mengolah nyale yang sudah berhasil ditangkap.
Nyale merupakan cacing laut yang berwarna-warni yang hidup di lubang dan batu karang bawah laut. Hewan ini biasanya muncul setahun sekali pada awal tahun (tanggal 20 bulan 10 pada penanggalan tradisional Sasak). Cacing ini merupakan jenis cacing oligochaeta dan warna-warni yang ada di tubuhnya berasal dari alga yang juga merupakan makanannya. Kemunculan nyale dirayakan dengan festival di setiap tahunnya dan mengundang banyak wisatawan datang.
Nyale, sumber: shutterstock
Menurut kepercayaan masyarakat, nyale merupakan jelmaan dari Putri Mandalika yang terjun ke laut untuk mengorbankan diri demi kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu, disetiap tahunnya sosok Putri Mandalika selalu disebut saat festival bau nyale berlangsung. Bau nyale merupakan gabungan dari dua kata yaitu bau (menangkap) dan nyale (cacing laut). Tradisi bau nyale masih dipertahankan hingga saat ini dan menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dirasakan.
ADVERTISEMENT