Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sparganosis: Ancaman Tersembunyi dan Strategi Dokter Hewan untuk Mengatasinya
18 Desember 2024 11:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Adyaregha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini, semakin banyak orang yang memilih hewan eksotis sebagai peliharaan, seperti sugar glider, kelinci, gecko, hingga ular. Kehadiran hewan-hewan ini telah menjadi pemandangan umum di tengah kehidupan masyarakat. Namun, di balik keunikan dan daya tariknya, masih banyak yang kurang menyadari bahaya kesehatan yang dapat mengancam, baik untuk hewan peliharaan maupun pemiliknya.
ADVERTISEMENT
Salah satu ancaman yang perlu mendapat perhatian khusus adalah sparganosis. Meskipun penyakit ini jarang terdengar di Indonesia, dampaknya bisa sangat serius, terutama karena dapat menyebabkan kebutaan pada manusia. Hal ini menjadikannya ancaman kesehatan yang penting untuk dipahami, terutama bagi para pemilik hewan eksotis dan dokter hewan.
Apa Itu Sparganosis?
Sparganosis adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh larva pleroserkoid dari cacing pita genus Spirometra. Parasit ini umumnya ditemukan pada inang perantara seperti katak dan ular, namun dapat pula menginfeksi manusia, babi, burung, dan hewan pengerat yang bertindak sebagai inang perantara atau paratenik. Pada manusia, larva ini masuk melalui konsumsi air yang terkontaminasi atau melalui konsumsi daging hewan yang mengandung larva, seperti daging ular atau katak yang dimasak kurang matang (Li et al., 2010). Sparganosis bersifat zoonosis, yang berarti bahwa penyakit ini dapat berpindah dari hewan ke manusia.
ADVERTISEMENT
Penyebaran dan Mekanisme Infeksi
Infeksi terjadi melalui beberapa cara, yaitu:
1. Minum Air yang Terkontaminasi
Larva Spirometra dapat ditemukan dalam air yang mengandung copepoda (inang pertama cacing pita). Manusia yang meminum air tanpa proses sterilisasi dapat terinfeksi.
2. Konsumsi Daging Mentah atau Setengah Matang
Tradisi mengkonsumsi daging ular atau katak yang tidak dimasak dengan sempurna meningkatkan risiko infeksi. Dalam beberapa budaya, penggunaan irisan daging mentah hewan sebagai kompres luka juga dapat menjadi jalur masuk spargana ke dalam tubuh manusia.
3. Masuk Melalui Luka atau Kontak Langsung
Spargana dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka atau penggunaan kompres kulit dengan jaringan hewan yang terinfeksi.
Setelah masuk ke dalam tubuh, larva ini bermigrasi melalui jaringan tubuh, seperti otot, subkutan, dan bahkan otak atau mata. Inilah yang membuat infeksi sparganosis dapat menimbulkan gejala serius, tergantung pada lokasi migrasi larva.
ADVERTISEMENT
Gejala dan Diagnosis
Gejala klinis sparganosis pada manusia dapat bervariasi bergantung pada lokasi larva. Beberapa manifestasi utama meliputi:
Migrasi Subkutan: Pembengkakan di bawah kulit yang terasa nyeri.
Neurosparganosis: Jika larva mencapai otak, dapat terjadi kejang, sakit kepala, atau gangguan neurologis lainnya.
Oftalmic Sparganosis: Infeksi pada mata yang berpotensi menyebabkan kebutaan.
Diagnosis biasanya dilakukan melalui biopsi jaringan untuk mendeteksi keberadaan larva. Teknik pencitraan seperti MRI atau CT scan juga dapat digunakan untuk mendeteksi lokasi larva di jaringan dalam.
Dampak dan Strategi Penanganan untuk Dokter Hewan
Dokter hewan memiliki peran penting dalam mencegah dan mengatasi sparganosis, baik pada hewan peliharaan maupun untuk melindungi manusia dari risiko infeksi zoonosis. Berikut beberapa strategi yang dapat dilakukan:
ADVERTISEMENT
1. Edukasi Pemilik Hewan
Pemilik hewan eksotis perlu diberi pemahaman tentang pentingnya kebersihan, terutama saat menangani makanan hewan seperti katak atau ikan yang bisa menjadi sumber infeksi.
2. Pencegahan pada Hewan Peliharaan
Dokter hewan harus memastikan bahwa hewan peliharaan tidak terpapar air atau makanan yang terkontaminasi larva Spirometra. Hewan yang menunjukkan gejala klinis juga perlu diperiksa untuk menghindari risiko penyebaran.
3. Pemantauan Sumber Makanan
Jika hewan peliharaan diberi makan dengan bahan mentah seperti katak atau ular, dokter hewan dapat merekomendasikan proses pemasakan atau pembekuan untuk membunuh parasit yang mungkin ada.
4. Perawatan dan Pengobatan
Sparganosis pada hewan dapat ditangani melalui pembedahan untuk menghilangkan larva yang terinfeksi. Namun, perawatan dini dan pencegahan tetap menjadi pendekatan terbaik.
ADVERTISEMENT
Pencegahan pada Manusia
Bagi manusia, pencegahan melibatkan langkah-langkah seperti:
1. Memastikan air yang diminum bebas dari kontaminasi parasit dengan cara merebus atau menggunakan filter yang baik.
2. Menghindari konsumsi daging mentah atau kurang matang dari katak, ular, atau hewan liar lainnya.
3. Tidak menggunakan daging mentah sebagai kompres pada luka.
Sparganosis adalah penyakit zoonosis yang jarang terdengar tetapi memiliki potensi bahaya yang besar, baik bagi manusia maupun hewan. Dengan meningkatnya popularitas hewan eksotis sebagai peliharaan, risiko penularan parasit seperti Spirometra juga meningkat. Oleh karena itu, peran dokter hewan dalam edukasi, diagnosis, dan pencegahan sangat penting untuk melindungi kesehatan manusia dan hewan. Kombinasi pemahaman ilmiah, kebersihan yang baik, dan pengawasan terhadap makanan dan air yang dikonsumsi adalah langkah kunci untuk mengendalikan ancaman tersembunyi ini.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Li, M. W., Lin, H. Y., & Xie, W. L. (2010). Epidemiology and zoonotic potential of Spirometra species. International Journal of Infectious Diseases, 14(10), e659–e662. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2010.10.001