Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Menelaah Kepemimpinan Ketua BEM dalam Optimalisasi Peran Aktivis Mahasiswa
8 Juni 2021 21:42 WIB
Tulisan dari Regina Sako Wurdela Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perguruan tinggi menjadi salah satu tangga yang menjadi bagian penting pembangunan nasional yang menjadi penghubung antara ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan pendidikan. Pola pikir
ADVERTISEMENT
dan perilaku terbentuk disini dalam berorientasi pada masa depan. Di sini mahasiswa dibentuk, mahasiswa berasal dua kata dasar yaitu “maha” dan “siswa” maka berarti besar atau agung, sedangkan siswa berarti orang yang sedang belajar.
Mahasiswa merupakan anggota masyarakat yang berada pada tatanan elit karena kelebihan yang dimilikinya serta mempunyai tanggung jawab intelektual dan moral. Tanggung jawab intelektual dapat terwujud melalui proses memperdalam dan pengembangan diri di dalam bidang kelimuan yang ditekuninya sehingga dapat memiliki kemampuan untuk memikul tanggung jawab intelektualnya serta jembatan antara dunia teoritis dan dunia empiris (Arfiyanto & Susandini, 2014). Mahasiswa berproses sebagai calon pemimpin di masa depan melalui berkader dan berkiprah dalam organisasi intra maupun ekstra kampus.
ADVERTISEMENT
Pada organisasi intra kampus ada salah satu organisasi yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang merupakan lembaga ekstekutif di kampus yang beranggotakan mahasiswa dalam menjalankan berbagai kegiatan dan program. BEM memiliki fungsi sebagai sarana mahasiswa untuk menyalurkan sumbang saran maupun aspirasinya kepada pihak lembaga tertentu untuk mewujudkan kesejahteraan mahasiswa di lingkungan kampus. Sifat dasar dari BEM adalah independen dan demokratis. Selain bergerak di internal kampus, sebagai lembaga yang mengakomodir kepentungan mahasiswa, fasilitator aspirasi mahasiswa, pembangun sinergitas seluruh ormawa kampus, BEM juga berperan sebagai Agent of Change dalam kehidupan bernegara dan berbangsa serta social control dalam setiap kebijakan baik di kampus maupun dalam pemerintahan Republik Indonesia di regional dan nasional.
Ketua BEM menjadi sorotan utama dalam setiap kegiatan di program kampus. Salah satu kegiatan yang paling disoroti tidak hanya di dalam kampus melainkan di luar kampus adalah menjadi aktivis. Menjadi aktivis diperlukan soft skill untuk mendukung prestasi yang diperjuangkannya, mencoba menembus batas jendela yang lebih luas. Jika mereka sudah siap menanggung segala resiko, maka barulah ia siap menjadi aktivis. Aktivis itu mengenai rasa dan gerakan, gerakan untuk menjadi tonggak perubahan, memperjuangkan hal yang yang menurut mereka benar dan menindak hal tidak sesuai dengan idealisme mereka. Sifat seorang aktivis yang dapat dicontoh sebagai mahasiswa adalah sikap pantang menyerah dan membenci keraguan. Cita – cita seorang aktivis adalah memperjuangkan nilai dan kebenaran yang dianutnya.
ADVERTISEMENT
Peran kepemimpinan pada mahasiswa dapat dilakukan melalui beragam cara. Pada tahun 1998, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mengeluarkan Keputusan Menteri No.155/U/1998 tentang Organisasi Kemahasiswaan Intra Perguruan Tinggi. Melalui keputusan tersebut dijelaskan bahwa salah satu fungsi organisasi mahasiswa adalah mengembangkan kemampuan kepemimpinan mahasiswa. Seorang pemimpin tidak hanya harus mampu membimbing dan mempengaruhi anggotanya untuk mencapai tujuan namun ia juga perlu mendorong dan memberikan dukungan dan pandai mengelola kreatifitas serta menciptakan inovasi (Wahab, 2018).
Gaya kepemimpinan seorang Ketua BEM dalam mengoptimalkan peran aktivis mahasiswa adalah kepemimpinan demokratis. Menurut Gary Yukl, kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yukl,2019). Seorang pemimpin yang demokratis akan mengharapkan pendapat dan masukan dari anggotanya serta menerimanya. Setiap keputusan yang diambil juga mengacu pada tujuan organisasi dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada. Pemimipin demokratis bersikap merakyat dengan anggotanya dan hubungan yang dibentuk bersikap kekeluargaan.
ADVERTISEMENT
Seorang Ketua BEM dalam perannya menjadi aktivis membentuk dirinya menjadi pemimpin yang menerima masukan aspirasi seluruh mahasiswa dan ditampung sedemikian rupa, pada akhirnya aspirasi yang telah dikumpulkan akan disampaikan yang biasanya melalui aksi demonstrasi, petisi, maupun diskusi terbuka dengan instansi terkait. Setiap tindakan yang diambil berpangkal pada kepentingan dan kebutuhan bersama dengan mempertimbangkan kemampuan anggotanya. Biasanya sebelum melakukan aksi, seorang ketua BEM akan mendata aspirasi anggotanya yang akan disampaikan tidak semata-mata berdasarkan aspirasi pribadinya. Sebagai wakil mahasiswa, ketua BEM diberikan kepercayaan dan memberikan kepercayaan juga kepada bawahannya untuk bersama – sama menyuarakan aspirasinya dalam melaksanakan tujuan yang diinginkan.
Sudriamunawar dalam Ariani (2015: 9) mengemukakan ciri seorang pemimpin yang demokratis antara lain semua kebijakan dirumuskan melalui musyawarah dan diputuskan oleh organisasi. Pelaksanaan kegiatan ditetapkan secara bersama untuk mencapai tujuan organisasi, serta setiap anggota bebas bekerja sama dengan siapapun dan pembagian tugas diserahkan kepada anggotanya. Seorang ketua BEM sebagai aktivis akan mengajak massanya yakni mahasiswa lainnya untuk berdiskusi bersama dan bermusyawarah untuk membahas isu – isu strategis, pelaksanaan kegiatan aktivis seperti demonstransi juga ditetapkan secara bersama, bergerak bersama, dan berjuang bersama. Mahasiswa lainnya sebagai anggota diberikan tugas secara bebas menentukan namun yang paling penting adalah tanggung jawab. Sejak awal menjadi aktivis hingga akhir menjadi aktivis, ketua BEM dan anggotanya bekerjasama dan bertanggungjawab atas nama kelompok.
ADVERTISEMENT
Nilai positif dari optimalisasi aktivis mahasiswa adalah menjadikan seorang mahasiswa yang kritis dalam menanggapi suatu. Mahasiswa berani mengambil resiko untuk dalam satu waktu mengorbankan diri, pikiran, waktu bahkan kuliah demi sesuatu yang menurut mereka harus ditegakkan. Selain itu, mahasiswa juga belajar untuk peduli, mengabdi, berkontribusi, dan berpartisipasi.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Novi. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap Disiplin Kerja Karyawan Pada PT.PP.London Sumatera Indonesia, Tbk. Wilayah Bulukumba. Makassar: Skripsi Administrasi Perkantoran FIS UNM, hlm. 9
Eklektika, 3(1), 3–8.Arfiyanto, D., & Susandini, A. (2014). Pola Pikir Dan Kepemimpinan Mahasiswa Pada Ketua Bem Fakultas Di Universitas Wiraraja Sumenep. PERFORMANCE “ Jurnal Bisnis & Akuntansi,” 4(2), 57–74. https://doi.org/10.24929/feb.v4i2.116
Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, Alih Bahasa: Budi Supriyanto (Jakarta:Indeks, 2009) Hal. 4
ADVERTISEMENT
Wahab, A. A. (2018). Kepemimpinan dalam Perubahan dan Perkembangan Organisasi.