Konten dari Pengguna

Kekacauan Mental Akibat Toxic Relationship

Regina Amalia
Mahasiswi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
20 Juni 2023 18:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Regina Amalia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Toxic Relationship. sumber: pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Toxic Relationship. sumber: pexels.com
ADVERTISEMENT
Banyak orang beranggapan bahwa hubungan percintaan atau yang kita kenal dengan istilah berpacaran adalah suatu hal yang indah dan sangat membahagiakan. Mempunyai teman hidup, teman bercerita, kasih sayang, dan menghabiskan waktu bersama pasangan adalah hal paling didambakan oleh setiap orang, namun kenyataannya tidak semua hubungan percintaan berjalan seperti apa yang dibayangkan, contohnya banyak orang yang terjebak dalam hubungan percintaan yang tidak sehat atau biasa kita kenal dengan toxic relationship.
ADVERTISEMENT
Menurut Verywell Mind, toxic relationship adalah hubungan yang membuat seseorang merasa tidak didukung, dipahami, atau merasa direndahkan, serta diserang. Sejalan dengan pendapat Jor-El Caraballo, beliau menjelaskan bahwa hubungan beracun akan diselimuti rasa lelah, tidak bahagia tanpa alasan secara konsisten, terutama saat Anda menghabiskan waktu bersama pasangan.
Sekalipun mencintai adalah anugrah terindah, tapi banyak hal yang tidak hanya berbicara soal indah di dalam hubungan cinta dan mencintai. Memang seharusnya ketika siap untuk mencintai seseorang, harus siap juga untuk sakit hati. Tapi, untuk menghindari sakit hati terdapat beragam alternatif misalnya membangun komunikasi yang baik untuk menciptakan toleransi dari dua kepribadian.
Ciri toxic relationship yang kentara diantaranya, berada dalam komunikasi yang penuh sarkasme, kritik, dan ancaman, mengesampingkan kepentingan sendiri demi membuat pasangan senang, merasa terkekang dengan peraturan yang dibuat oleh pasangan, kehilangan relasi karena dituntut selalu ada untuk pasangan, merasa lelah fisik dan mental akibat pertengkaran yang tidak ada habisnya, merasa tidak bisa mengungkapkan emosi kepada pasangan, merasa tidak bisa melakukan hobi dan hal-hal yang disukai demi pasangan, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Fenomena tersebut jika terlihat dalam hubungan tentunya akan membuahkan komunikasi yang kacau. Mungkin saling egois bisa menjadi sebutan untuk setiap kesalahpahaman yang dibuat. Rasa otoriter dari sebelah pihak yang lebih unggul juga menimbulkan celah penindasan dan perlakuan yang semena-mena. Seharusnya dalam cinta, kesetaraan dalam kasih sayanglah yang dibangun atas dasar k0munikasi, bukan justru saling mengungguli dan menciptakan penindasan.
Hubungan asmara yang diisi terlalu banyak masalah bisa membuat seseorang merasa tertekan dan sedih berkepanjangan. Efek yang ditimbulkan antara lain membuat korban merasa kehilangan jati diri, mengalami kecemasan, bahkan depresi. Hal tersebut jelas mengancam kesehatan jiwa hingga bisa mendorong keinginan korban untuk bunuh diri.
Ilustrasi Kekacauan Mental Akibat Toxic Relationship. sumber: Pexels.com
Orang yang berada dalam toxic relationship pasti akan merasa sulit keluar dari hubungan tersebut karena merasa tidak bisa hidup tanpa pasangan, tidak ada yang peduli selain pasangannya, dan pikiran-pikiran negatif lain yang membuat kesehatan fisik dan mental semakin kacau.
ADVERTISEMENT
Terlalu sering menahan emosi bisa menimbun energi negatif yang bisa meledak kapan saja. Perlakuan buruk dari pasangan akan mengakibatkan trauma berkepanjangan meski sudah berada dengan orang baru. Hubungan yang mengekang juga menimbulkan perasaan tidak tenang dalam menjalankan aktivitas dan selalu merasa diawasi. Banyaknya isi kepala dan ketidaknyamanan tersebut dapat menurunkan kekebalan tubuh hingga rentan terjangkit virus dan penyakit.
Cara yang paling tepat untuk mengatasi toxic relationship adalah mengakhirinya. Korban harus sadar bahwa pasangannya tidak membuat korban maju, namun malah mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Korban juga harus sadar bahwa jika terus bersama orang yang salah, kebahagiaan tidak akan pernah didapat, malah penderitaan akan semakin panjang. Korban jugaharus menyadari bahwa diri sendiri begitu penting dan pantas mendapatkan kehidupan yang lebih bahagia bersama orang yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Walaupun demikian, keputusan untuk mengakhiri memang sangatlah sulit. Karena akan banyak rasa cemas dan ketakutan berlebih jika kehilangan pasangan. Tetapi, memang cinta butuh pengorbanan. Jika cinta tidak lagi hidup dengan penuh suka dan duka, maka rasa cinta itu harus dikorbankan demi kemajuan dan perkembangan diri.
Ilustrasi Perpisahan. Sumber: Pexels.com
Berpisah dengan seseorang yang sudah sangat kita sayang memang tidak mudah. Pasti akan banyak tangisan dan kerinduan karena kehilangan rutinitas bersama pasangan, namun satu langkah besar tersebut bisa membawa korban kepada kehidupan yang lebih nyaman, tenang, bahagia, dan sehat.