Nicolas Maduro, Kegagalan Seorang Pemimpin yang Menyebabkan Hancurnya Venezuela

Reginald Gultom
Mahasiswa Program Studi Administrasi Negara Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
23 Juni 2021 13:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reginald Gultom tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Penulis

Profil Presiden Nicolas Maduro

ADVERTISEMENT
Nicolas Maduro Moros adalah presiden ke-65 negara Venezuela. Ia lahir di Caracas, Venezuela pada 23 November 1962. Pada masa presiden sebelumnya yaitu Hugo Chavez, ia menjabat sebagai Menteri luar negeri dari tahun 2006 hingga 2013. Ia juga pernah menjabat sebagai wakil presiden pada tahun 2012 sampai 2013. Nicolas Maduro dulunya adalah seorang sopir bus yang kemudian menjadi ketua dari serikat buruh yang ada di Venezuela. Setelah kematian presiden ke-64 Venezuela yaitu Hugo Chavez, Maduro dianggap sebagai pemegang kekuasaan berikutnya. Melalui pemilihan khusus pada tanggal 14 april 2013, Maduro menang dengan perolehan 50,62% suara sebagai kandidat presiden dari Partai Sosialis Bersatu Venezuela.
ADVERTISEMENT
Sejak terpilih menjadi presiden, ia banyak melanjutkan kebijakan – kebijakan presiden sebelumnya, Hugo Chavez. Namun karena hal itu, status sosial di Venezuela malah menurun. Tindak kejahatan meningkat, kemiskinan dan kelaparan terjadi di mana – mana, inflasi yang tinggi pun terjadi. Aksi protes pun dilakukan masyarakat Venezuela yang kemudian berubah menjadi kerusuhan nasional yang berlangsung hingga tahun 2016. Nicolas Maduro dianggap sebagai pemimpin dictator.

Analisis

Saya menganggap Maduro sebagai pemimpin gagal karena kebijakan – kebijakannya yang membuat Venezuela menjadi bangkrut. Kebijakan – kebijakan Maduro sendiri beberapa di antaranya adalah bergantung hanya kepada satu sector dalam kasus penerimaan negara, lalu tingkat subsidi yang sangat tinggi, dan terjadinya nepotisme dalam pemerintahan. Berikut adalah ringkasan kebijakan – kebijakan Nicolas Maduro sebagai presiden ke-65 Venezuela.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa sebelumnya Venezuela adalah negara yang sangat kaya raya. Venezuela adalah salah satu negara dengan cadangan minyak terbanyak di dunia, Venezuela juga termasuk ke dalam organisasi OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries) atau bisa disebut juga organisasi negara – negara pengekspor minyak bumi di dunia. Bahkan cadangan minyak Venezuela merupakan yang terbesar di dunia yaitu sebesar 302,8 miliar barel. Angka ini melewati cadangan milik negara – negara lain seperti Arab Saudi yang memiliki 268,5 miliar barel.
Karena hal tersebut maka Venezuela menjadikan minyak sebagai pendapatan utama negara mereka, yakni sekitar 95%. Hal ini merupakan kesalahan fatal, karena ketika sebuah negara yang sangat kaya hanya bergantung kepada satu sumber pemasukan saja, maka ketika harga dari benda tersebut jatuh maka besar kemungkinan negara tersebut akan bangkrut. Dan itu adalah hal yang terjadi di Venezuela, karena sangat bergantung pada komoditas minyak nya. Ketika ekspor minyak mulai menurun, Venezuela kehilangan banyak pendapatan negaranya karena bergantung hanya kepada satu sektor.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Venezuela juga memberikan subsidi yang gila – gilaan kepada masyarakatnya. Contohnya saja, saking tingginya subsidi yang diberikan harga bbm di Venezuela sempat mencapai 1 sen US$ per liter. Itu sekitar Rp 135, bukankah itu merupakan harga yang fantastis untuk harga sebuah bahan bakar minyak? Karena subsidi yang sangat besar, harga barang – barang di Venezuela tidak mengalami kenaikan. Akibatnya, terjadilah devaluasi. Mata uang Venezuela, Bolivar, mengalami penurunan nilai yang sangat drastis.
Selain itu, Maduro juga melakukan politik nepotisme. Ia mengangkat anggota dari partai politiknya untuk menduduki kursi – kursi di pemerintahan sehingga Maduro bisa memiliki kekuasaan penuh atas Venezuela. Hasil dari kebijakan – kebijakannya membuat Venezuela mengalami hyper inflasi. Harga mata uang juga menurun drastis, warga Venezuela harus mengeluarkan uang sekitar 14 juta bolivar untuk mendapatkan daging ayam, serta 2 juta bolivar hanya untuk membeli tisu. Selain karena kebijakan-kebijakan tersebut, saya juga menganggap Maduro sebagai pemimpin yang gagal karena ia tidak mengubah kebijakan pemimpin – pemimpin sebelumnya yang berpotensi menjatuhkan negara.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Gutierrez, Miguel. 2019. Menelaah krisis Venezuela: Kisah dua presiden. The Conversation. https://theconversation.com/menelaah-krisis-venezuela-kisah-dua-presiden-111547
BBC. 2018. Bagaimana Venezuela yang kaya minyak tapi mata uangnya ambruk. https://www.bbc.com/indonesia/dunia-45272065