Kepemimpinan Nadiem Makarim: Pondasi Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka

Reginald Zaki Belnevan
Undergraduate Public Administration Student at Universitas Indonesia
Konten dari Pengguna
20 Desember 2022 15:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reginald Zaki Belnevan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nadiem Makarim Pada Acara Merdeka Belajar Episode ke-21 (FOTO: https://kumparan.com/reginald-zaki-belnevan)
zoom-in-whitePerbesar
Nadiem Makarim Pada Acara Merdeka Belajar Episode ke-21 (FOTO: https://kumparan.com/reginald-zaki-belnevan)
ADVERTISEMENT
Dewasa ini dunia global sedang berada di era yang kerap mengalami perubahan dinamis, situasi tersebut menuntut sumber daya manusia saat ini untuk adaptif dan inovatif mengikuti perkembangan zaman.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan akan SDM yang berkualitas tersebut dapat terpenuhi dengan adanya sistem pendidikan yang mampu membentuk SDM yang kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Peran Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memiliki peran krusial untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Kebutuhan akan Sosok Pemimpin

Keberhasilan Kemendikbudristek sebagai institusi sektor publik dalam meningkatkan kualitas SDM sangat bergantung pada peran aktor pemimpin di dalamnya.
Sosok pemimpin sejatinya berbeda dengan manajer. Pemimpin dituntut untuk dapat memberikan pengaruh, dan bergerak secara inovatif dan adaptif.
Nadiem Makarim sebagai menteri yang memimpin arah kerja Kemendikbudristek dalam hal ini menunjukkan karakteristik pemimpin. Beliau mampu memberikan inspirasi serta arahan melalui visi memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan Nadiem dalam menghadapi era disrupsi yang penuh dengan ketidakpastian dapat ditinjau melalui kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Legitimasi Kepemimpinan Nadiem melalui Source of Powers

Dalam menjalankan kebijakan MBKM, Nadiem membutuhkan sumber-sumber kekuasaan untuk melegitimasi kepemimpinannya.
Nadiem menggunakan position power sebagai Mendikbudristek untuk dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku serta cara kerja ASN Kemendikbudristek dalam pelaksanaan kebijakan MBKM.
Dengan mengimplementasikan legitimate power, Nadiem memberikan instruksi kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan untuk merealisasikan inovasi kebijakan MBKM.
Selain position power, Nadiem turut mengimplementasikan praktik decision making sebagai political power. Nadiem mampu menganalisis era yang dinamis dan terus mengalami perubahan pesat.
Analisis terhadap era yang dinamis mengantarkannya pada perumusan kebijakan MBKM sebagai bentuk solusi adaptif, kebijakan MBKM dikembangkan menggunakan metode student-centered learning yang berfokus pada pengembangan kompetensi mahasiswa/i.
ADVERTISEMENT

Kepemimpinan Digital dalam Menghadapi Transformasi Teknologi

Kebijakan MBKM sendiri sejatinya merupakan bentuk respon adaptif terhadap era disrupsi yang disebabkan oleh pesatnya transformasi teknologi saat ini.
Dalam menjalankan kebijakan MBKM, Nadiem mempraktikkan kepemimpinan digital sebagai dasar policy framework.
Salah satu karakteristik dari kepemimpinan digital adalah kemampuan pemimpin untuk dapat memanfaatkan kemajuan teknologi. Pemanfaatan tersebut dapat berupa komunikasi dengan masyarakat guna memenuhi aspek transparansi dan keterbukaan terhadap publik.
Nadiem merupakan salah satu pemimpin yang aktif menjalin komunikasi dengan salah satu stakeholders utama dari kebijakan MBKM, yakni mahasiswa/i Indonesia. Melalui kanal media sosialnya, Nadiem mampu membangun jembatan komunikasi dengan mahasiswa/i serta masyarakat terkait kebijakan MBKM dan program Kemendikbudristek lainnya.
ADVERTISEMENT
Nadiem memandang kemajuan teknologi sebagai variabel yang dapat mengakselerasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Realisasi peluang tersebut membutuhkan kolaborasi dan kerja nyata.
Pandangan beliau tersebut berbuah hasil nyata, data menunjukkan terdapat 714 ribu mahasiswa, 2.600 perguruan tinggi, 2.700 mitra industri, dan 43 ribu praktisi berkolaborasi dalam mewujudkan program MBKM.

Kepemimpinan Visioner dan Inovatif sebagai Basis Policy Framework MBKM

Formulasi kebijakan hingga implementasi MBKM sejatinya bersandar pada visi dari Nadiem sebagai seorang pemimpin, Nadiem melihat turbulensi serta ketidakstabilan pada dinamika perkembangan zaman yang menimbulkan ketidakpastian.
Berangkat dari situasi tersebut, Nadiem memiliki visi untuk mempersiapkan kompetensi mahasiswa/i Indonesia sebagai SDM masa depan bangsa melalui kebijakan MBKM.
Hal tersebut dipertegas melalui pernyataan beliau pada acara peluncuran program Kampus Merdeka (24/1/2020)
ADVERTISEMENT
"Perguruan tinggi harus menjadi yang tercepat dalam berinovasi dari semua unit pendidikan, perguruan tinggi harus adaptif dan selalu berubah lincah” ujar Nadiem.
Kepemimpinan visioner Nadiem tersebut menjembatani dirinya ke tahap lebih lanjut yakni kepemimpinan inovatif.
Nadiem merealisasikan visi yang telah dibangunnya melalui sejumlah program inovatif MBKM. Salah satu contohnya adalah Indonesian International Student Mobility Award (IISMA), program ini merupakan inovasi dalam menjawab kebutuhan pendidikan yang inklusif dan berwawasan global.

Kepemimpinan Transformasional Nadiem dalam Kebijakan MBKM

Pada era yang dinamis ini, Nadiem Makarim mendemonstrasikan sejumlah karakteristik dari transformational leadership dalam konteks kebijakan MBKM.
Nadiem mendemonstrasikan intellectual stimulation yang memegang peranan penting dalam menghadapi perubahan.
Nadiem mengembangkan ide adaptif MBKM untuk menghadapi tantangan-tantangan Era Society 5.0 yang menyebabkan adanya pergeseran kebutuhan lapangan pekerjaan dari yang sebelumnya bersifat operational menjadi analytical (membutuhkan kemampaun critical thinking dan problem solving).
ADVERTISEMENT
Kemampuan menganalisis masalah dan menghasilkan solusi merupakan kemampuan esensial yang dimiliki Nadiem, kemampuan tersebut menunjukkan gaya kepemimpinannya yang bersifat transformasional.
Keberhasilan policy formulation MBKM tidak terlepas dari kemampuan Nadiem sebagai pemimpin dalam berfokus terhadap birokrat Kemendikbudristek. Dalam hal ini, Nadiem menerapkan gaya kepemimpinan yang dapat membantu anggotanya untuk mencapai potential talents di dalam organisasi.
Nadiem berpendapat bahwa “Terkadang Anda perlu untuk merentangkan imajinasi mereka terlebih dahulu. Kemudian, merentangkan usaha mereka guna membangun kepercayaan diri.” (CNBC, 2018)

Kepemimpinan Kolaboratif: Membangun Sinergi Antar Stakeholders dalam Kebijakan MBKM

Program MBKM terbentuk melalui adanya kepemimpinan kolaboratif yang diterapkan oleh Nadiem, sejumlah kerja sama horizontal dibangun baik antardivisi di Kemendikbudristek maupun dengan stakeholders eksternal.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan kolaboratif Nadiem diperkuat melalui statement beliau pada Simposium Internasional Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah (29/11/2019)
“Saya yakin bahwa kompetensi yang akan paling berguna untuk menghadapi perubahan adalah Creativity, Collaboration, Communication, Critical Thinking, Computational Logic, dan Compassion.” Nadiem menilai bahwa kolaborasi merupakan salah satu kompetensi yang krusial dalam Kepemimpinan 2.0.
Pernyataan tersebut direalisasikan melalui kolaborasi dalam pelaksanaan program MBKM, dimulai dari sejumlah unit pelaksanaan di tingkat eselon I Kemendikbudristek berpartisipasi dalam penyelenggaraan MBKM yakni: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan.
Nadiem membuka peluang bagi pihak eksternal untuk berkolaborasi dalam kebijakan MBKM. Kolaborasi yang terbangun tersebut sukses mencapai 100.000 mahasiswa yang berasal dari 2.600 perguruan tinggi di 35 provinsi. Selain itu, lebih dari 500 perusahaan dan 117 perguruan tinggi luar negeri telah bergabung sebagai mitra Kemendikbudristek dalam pelaksanaan MBKM.
ADVERTISEMENT
Kepemimpinan kolaboratif Nadiem membuka peluang bagi perusahaan dan institusi eksternal untuk berinovasi bersama membentuk sejumlah program turunan. Terdapat program Bangkit yang merupakan program kolaborasi antara Google, GoTo, dan Traveloka dalam mempersiapkan karir mahasiswa/i di bidang Machine Learning, Mobile Development, dan Cloud Computing.

Manajemen Konflik: Bentuk Problem Solving Nadiem terhadap Persoalan Konversi SKS

Program MBKM berjalan dengan memberikan hak kepada mahasiswa untuk belajar tiga semester di luar program studi. Di antara 3 semester tersebut, mahasiswa berhak untuk belajar di luar kampus selama 2 semester atau setara dengan 40 SKS.
Kegiatan MBKM yang diikuti oleh mahasiswa dapat dikonversikan ke SKS, konversi dilakukan agar tidak menghalangi perkuliahan di universitas asal. Meskipun demikian, masih banyak perguruan tinggi yang belum memahami sistem konversi SKS sehingga menyulitkan mahasiswa/i.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Nadiem menerapkan strategi manajemen konflik dengan membuka forum tatap muka secara langsung bersama mahasiswa/i. Tujuan dari forum tersebut adalah untuk mendiskusikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama mengikuti kegiatan MBKM.
Strategi tersebut merupakan bentuk identifikasi masalah serta upaya membangun komunikasi antar stakeholders guna menciptakan win-win solution. Salah satu perwakilan yang terlibat dalam forum tersebut adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara Yusuf Al Hakim.
Bentuk respon manajemen konflik yang diberikan oleh Nadiem adalah melakukan advokasi guna memastikan peraturan konversi SKS sudah dimengerti dengan baik oleh perguruan tinggi.
Manajemen konflik berupa problem solving juga diimplementasikan dengan memberikan solusi, yaitu SKS yang diberikan program studi tidak harus dalam bentuk konversi tiap mata kuliah. Perguruan tinggi diberikan kewenangan untuk membuat blok SKS khusus Kampus Merdeka.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, Nadiem sukses melakukan manajemen konflik yang terjadi dalam policy implementation MBKM. Beliau membuka forum diskusi yang komunikatif untuk melakukan problem solving yang menghasilkan win-win solution.

Evaluasi Efektivitas Kepemimpinan Nadiem dalam MBKM

Efektivitas kepemimpinan Nadiem dalam menjalankan program MBKM dapat dikaji melalui sejumlah indikator (Gallup, 2016): visi, perencanaan strategis, integritas, dan transparansi.
Nadiem memiliki gagasan berupa visi yang menjadi pedoman bagi arah gerak MBKM. Visi tersebut adalah mempersiapkan kompetensi mahasiswa/i Indonesia sebagai SDM yang berkualitas di masa depan melalui kebijakan MBKM.
Nadiem mematenkan visi tersebut melalui perencanaan strategis yang tertuang dalam Renstra Kemendikbudristek 2020-2024.
Integritas dan transparansi merupakan behavioural foundations bagi Nadiem dalam menjalankan program MBKM dan program Kemendikbudristek lainnya.
ADVERTISEMENT
"Integritas dan transpransi adalah ciri terpenting dari kepemimpinan pada Kemendikbudristek." ujar Nadiem di Rakornas PBJ 2020.
Prinsip kepemimpinan Nadiem mengantarkan Kemendikbudristek meraih penghargaan Indonesia Government Procurement Awards dari Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Data Kemendikbudristek (2022) menunjukkan bahwa alumni MBKM memiliki waktu tunggu kerja yang lebih singkat dibandingkan lulusan yang tidak mengikuti MBKM. Alumni MBKM memiliki rata-rata waktu tunggu selama 2,8 bulan, sedangkan lulusan non-MBKM memiliki rata-rata waktu tunggu selama 4 bulan.
Kepemimpinan Nadiem sebagai Mendikbudristek yang efektif sukses mengantarkan program MBKM mencetak lulusan perguruan tinggi yang lebih unggul dibandingkan periode sebelumnya.