Pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi melalui Pendidikan Komprehensif

Regita Galuh Parvati
Mahasiswa Pre-klinik Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah dan Staff Kepalangmerahan di Palang Merah Indonesia. Anggota organisasi CIMSA (Center for Indonesia Medical Student Activities) serta Dewan Eksekutif Mahasasiswa UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
10 November 2023 11:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
12
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Regita Galuh Parvati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana di acara bakti sosial pemeriksaan kesehatan reproduksi perempuan di Clubhouse, Jakarta, Minggu (8/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di acara bakti sosial pemeriksaan kesehatan reproduksi perempuan di Clubhouse, Jakarta, Minggu (8/3). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Melalui International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo pada tahun 1994, Indonesia telah berkomitmen untuk berinvestasi pada kesehatan serta hak seksual dan reproduksi anak dan dewasa muda. Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2014 pasal 3 menegaskan bahwa pemerintah telah menjamin warga negaranya mendapat akses pelayanan kesehatan yang memadai dalam mendukung kehidupan reproduksi dan seksual yang aman dan dapat dipertanggungjawabkan.
ADVERTISEMENT
Salah satu bentuk pemenuhan Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi (HKSR) yang sedang diglorifikasikan pemerintah adalah memperkuat hukum ataupun sanksi bagi pelanggar UU TPKS No.12 tahun 2022 dan Pemberian Pendidikan Seksual Komprehensif.
Menurut International Technical Guidance on Sexuality Education, pendidikan seksualitas komprehensif adalah proses pengajaran dan pembelajaran berbasis kurikulum tentang aspek seksualitas kognitif, emosional, fisik dan sosial. Pendidikan seksual komprehensif mencakup informasi yang akurat secara ilmiah tentang perkembangan manusia, anatomi dan kesehatan reproduksi, serta informasi tentang kontrasepsi, persalinan, dan infeksi menular seksual termasuk HIV.
Terlebih dari itu, pendidikan ini juga membantu para remaja dan kaum muda untuk mengeksplorasi dan memelihara nilai-nilai positif mengenai kesehatan dan hak-hak seksual dan reproduksi mereka yang mencakup diskusi tentang kehidupan keluarga, hubungan, budaya, peran gender, hak asasi manusia, kesetaraan gender, otonomi tubuh, dan ancaman seperti diskriminasi, pelecehan seksual dan kekerasan.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan, program ini membantu kaum muda mengembangkan harga diri dan keterampilan hidup yang mendorong pemikiran kritis, komunikasi yang jelas, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, serta perilaku yang penuh hormat dan empati.
Pendidikan seksual memiliki peran penting dalam membekali anak muda untuk tetap produktif, aman, dan terjaga dari dunia di mana HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), kehamilan yang tak diharapkan, gender-based violence (GBV), dan ketidaksetaraan gender masih ada dan berisiko bagi kehidupannya.
Selain itu, tujuan diberikannya edukasi seksual adalah untuk pembangunan karakter, membuat anak muda mampu untuk membuat keputusannya sendiri dan bertanggung jawab atas kesehatan alat seksualnya. Salah satu penyebab dari HIV/AIDS adalah pola pergaulan seks bebas dan penggunaan alat reproduksi dengan tidak bertanggung jawab. Maka dari itu, penting adanya penerapan pendidikan seksual kepada masyarakat, khususnya anak muda.
ADVERTISEMENT
Studi telah menunjukkan bahwa program pendidikan seksualitas komprehensif mengurangi tingkat aktivitas seksual, perilaku seksual berisiko (misalnya, jumlah pasangan dan hubungan seksual tanpa kondom), infeksi menular seksual, dan kehamilan remaja.
Ilustrasi rahim Foto: Shutter Stock
Selain itu, International Technical Guidance on Sexuality Education menegaskan kembali bahwa program pendidikan seksualitas berbasis kurikulum berkontribusi pada hasil sebagai berikut: inisiasi hubungan seksual yang tertunda, penurunan frekuensi hubungan seksual, berkurangnya jumlah pasangan seksual, pengurangan pengambilan risiko, meningkatnya penggunaan kondom, dan meningkatnya penggunaan kontrasepsi.
Berdasarkan international technical guidance on sexuality education oleh UNFPA, Pendidikan Seksual Komprehensif memiliki prinsip-prinsip untuk memenuhi HKSR:
1) Akurat secara ilmiah (Scientifically accurate): Isi dari Pendidikan seksual komprehensif didasarkan pada fakta dan bukti yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi, seksualitas, dan perilaku.
ADVERTISEMENT
2) Penambahan (Incremental): Pendidikan seksual komprehensif adalah proses pendidikan berkelanjutan yang dimulai sejak usia dini, di mana informasi baru dibangun berdasarkan pembelajaran sebelumnya.
3) Sesuai usia dan perkembangan (Age and developmentally appropriat): Konten Pendidikan Seksual Komprehensif harus responsif terhadap perubahan kebutuhan dan kemampuan anak dan remaja saat mereka tumbuh.
4) Komprehensif (Comprehensive): Pendidikan seksual komprehensif mencakup berbagai topik yang penting untuk diketahui semua pelajar, termasuk yang mungkin menantang dalam beberapa konteks sosial dan budaya. 'Komprehensif' juga mengacu pada luas dan dalamnya topik dan konten yang secara konsisten disampaikan kepada peserta didik dari waktu ke waktu, sepanjang pendidikan mereka, bukan satu kali pelajaran atau intervensi.
5) Berdasarkan pendekatan hak asasi manusia (Based on a human rights approach): Menggunakan pendekatan berbasis hak asasi manusia dalam Pendidikan Seksual Komprehensif melibatkan peningkatan kesadaran di kalangan anak muda, mendorong mereka untuk mengakui hak mereka sendiri, mengakui dan menghormati hak orang lain, dan mengadvokasi mereka yang haknya dilanggar.
ADVERTISEMENT
6) Berdasarkan kesetaraan gender (Based on gender equality): Pendidikan seksual komprehensif berkontribusi pada kesetaraan gender dengan membangun kesadaran akan sentralitas dan keragaman gender dalam kehidupan masyarakat; memeriksa norma-norma gender yang dibentuk oleh perbedaan dan kesamaan budaya, sosial dan biologis; dan dengan mendorong terciptanya hubungan yang saling menghormati dan setara berdasarkan empati dan pengertian.
7) Relevan secara budaya dan sesuai konteks (Culturally relevant and context appropriate): Pendidikan seksual komprehensif memupuk rasa hormat dan tanggung jawab dalam hubungan, mendukung peserta didik saat mereka memeriksa, memahami, dan menantang cara di mana struktur budaya, norma, dan perilaku mempengaruhi pilihan dan hubungan orang dalam latar tertentu.
8) Transformatif (Transformative): Pendidikan Seksual Komprehensif membangun keterampilan dan sikap yang memungkinkan kaum muda untuk memperlakukan orang lain dengan rasa hormat, penerimaan, toleransi dan empati, tanpa memandang etnis, ras, status sosial, ekonomi atau imigrasi, agama, kecacatan, orientasi seksual, identitas/ekspresi gender/karakteristik jenis kelamin.
ADVERTISEMENT
9) Mampu mengembangkan keterampilan hidup yang diperlukan untuk mendukung pilihan yang sehat (Able to help develop life skills needed to support healthy choices): Merefleksikan dan membuat keputusan, berkomunikasi dan bernegosiasi secara efektif dan menunjukkan ketegasan. Keterampilan ini dapat membantu anak-anak dan remaja membentuk hubungan yang saling menghormati dan sehat dengan anggota keluarga, teman sebaya, teman, dan pasangan romantis atau seksual.