Konten dari Pengguna

'Bouhan Touroku', Nomor Polisi untuk Sepeda di Jepang

13 Desember 2019 16:14 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reihan Mp tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jepang memang terkenal sebagai salah satu negara paling aman di dunia. Namun, tentu tetap ada orang yang mungkin ingin memanfaatkan kelalaian orang lain. Berdasarkan pengalaman saya tinggal di Kyoto selama 3 tahun terakhir, ada dua barang di negara ini yang rawan untuk dicuri.
Jangan ambil hati jika payung anda dicuri orang lain di Jepang.
zoom-in-whitePerbesar
Jangan ambil hati jika payung anda dicuri orang lain di Jepang.
Barang pertama adalah payung. Ketika ramalan cuaca mengatakan bahwa akan turun hujan, barang yang satu ini akan bertebaran di depan pintu masuk rumah, restoran, maupun ruang kelas. Entah karena harganya yang terjangkau atau bentuknya yang kurang lebih seragam, mengambil payung orang lain di Jepang menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Barang kedua adalah sepeda. Solusinya? Seluruh sepeda di Jepang diwajibkan untuk memiliki registrasi anti pencurian atau bouhan touroku (防犯登録), layaknya nomor polisi untuk kendaraan bermotor di Indonesia.
Sepeda yang terjatuh setelah taifun Hagibis, Oktober silam. Sepeda adalah salah satu moda transportasi yang paling banyak dipilih warga Kyoto.
Saya mendokumentasikan pengalaman saya memperoleh bouhan touroku untuk sepeda yang saya bawa dari Jakarta.
Orange Bike, sebuah toko sepeda dekat kampus saya yang terletak di Kita Ward, Kyoto.
Walau mungkin terkesan menyulitkan, proses registrasi ini cukup mudah. Bouhan touroku dapat diperoleh di hampir seluruh toko sepeda di Jepang. Saya mengunjungi Orange Bike, toko sepeda dekat kampus saya untuk melakukan proses registrasi. Toko sepeda ini dijaga oleh seorang mekanik yang mengurus semua hal dari penjualan, registrasi, hingga servis sepeda. Sayangnya, saya lupa untuk menanyakan nama sang mekanik.
Berkas untuk memperoleh bouhan touroku.
Sebagai syarat untuk memperoleh bouhan touroku, pihak toko sepeda meminta saya untuk menunjukkan kartu identifikasi, bukti pembelian sepeda, serta uang sebesar 510 yen (65.000 rupiah) sebagai biaya registrasi.
ADVERTISEMENT
Sang mekanik mengangkat sepeda saya untuk melihat nomor registrasi.
Sang mekanik memastikan bahwa sepeda saya bukan sepeda curian dengan mengakses database bouhan touroku.
Walaupun semua syarat telah saya penuhi, pihak toko tetap melakukan cek ulang terhadap nomor seri sepeda saya. Ia mengakses database bouhan touroku untuk memastikan bahwa sepeda saya bukan sepeda yang telah dicuri. Walau agak merepotkan, saya rasa kepatuhan terhadap aturan inilah yang membuat berbagai sistem di Jepang bekerja dengan sangat baik.
Setelah semua berkas telah selesai diurus, sang mekanik menempelkan sebuah stiker kuning di sepeda saya. Stiker kuning ini merupakan tanda bahwa sepeda saya sudah memiliki bouhan touroku. Di stiker tersebut terdapat nomor registrasi sepeda saya beserta daerah tempat saya melakukan registrasi tersebut.
stiker kuning sebagai tanda sepeda saya sudah memiliki bouhan touroku
Apakah registrasi ini memastikan bahwa sepeda saya anti maling? Tentu saja tidak. Saya tetap menggunakan kunci sepeda yang kuat dan tidak memarkir sepeda saya di tempat sembarangan.
Sepeda saya di sebuah gang di Kyoto. Pusat kota Kyoto penuh dengan jalanan kecil yang cantik untuk difoto.
Namun, saya rasa ada manfaat lain dari sistem bouhan touroku ini. Dengan mewajibkan seluruh sepeda untuk didaftarkan, pemerintah memiliki data mengenai jumlah sepeda yang ada di Jepang. Pemerintah daerah bisa membuat kebijakan (misal, membangun jalur sepeda) berdasarkan data yang jelas.
ADVERTISEMENT
Apa mungkin Indonesia juga perlu bouhan touroku suatu hari nanti?