Konten dari Pengguna

Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Bagaimana Penerapannya Kini di Indonesia?

Reina Aulia Fatiha
Mahasiswi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Jakarta
4 Juni 2023 5:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Reina Aulia Fatiha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/foto/2-orang-berpegangan-tangan-45842/
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/foto/2-orang-berpegangan-tangan-45842/
ADVERTISEMENT
Sebagaimana yang kita tahu, Pancasila merupakan Ideologi dan Dasar Negara Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan prinsip dasar yang harus dijadikan pedoman oleh seluruh rakyat Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
ADVERTISEMENT
Namun, benarkah bangsa Indonesia telah berhasil menerapkan seluruh asas yang terkandung dalam Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara mereka?
Salah satu nilai yang terkandung dalam Pancasila adalah nilai kemanusiaan, sebagaimana yang tercantum dalam sila ke-dua yaitu "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Namun di tengah era globalisasi seperti saat ini, benarkah bangsa Indonesia masih menjunjung tinggi nilai kemanusiaan?
Nyatanya, nilai kemanusiaan sudah mulai terkikis dari jati diri bangsa Indonesia. Semakin banyak ditemukan kasus-kasus pelanggaran HAM serta isu-isu mengandung SARA yang terjadi di Indonesia.
Ilustrasi bermain sosial media. Foto: Shutterstock
Terlebih saat ini Indonesia sudah memasuki era digital, sehingga kejahatan seperti ini lebih mudah dan lebih cepat menyebar melalui media sosial hanya dengan ketikan jari.
Ketika melihat seseorang yang tidak mereka sukai atau bertemu seseorang yang berbeda dengan mereka di media sosial, entah itu perbedaan dalam suku, agama, ras, bahkan perbedaan pendapat sekalipun, mereka dapat dengan mudah meninggalkan komentar negatif yang seringkali dibarengi dengan kata-kata tidak pantas.
ADVERTISEMENT
Mirisnya, banyak dari mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut merupakan suatu kejahatan dengan dalih mereka menulis itu hanya sebagai candaan. Lantas, apakah nilai kemanusiaan kini hanya dianggap sebagai lelucon?
Banyak manusia yang ingin diperlakukan selayaknya manusia tetapi mereka sendiri tidak tahu bagaimana caranya memanusiakan manusia.
Ilustrasi rasis. Foto: Getty Images
Kondisi ini mengingatkan pada salah satu ungkapan berbahasa Inggris yang cukup populer, yaitu "I See Humans but No Humanity" yang berarti aku melihat manusia tapi tidak melihat rasa kemanusiaan.
Memang benar negeri ini dipenuhi oleh manusia, bahkan menurut data yang tercatat dalam Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk di Indonesia tahun 2023 sudah melebihi 275 ribu jiwa. Namun dari ratusan ribu manusia di negeri ini, mengapa rasa kemanusiaan hanya dapat dirasakan dari segelintir orang?
ADVERTISEMENT
Sebagai warga Indonesia, bukankah seharusnya kita kembali kepada lima pilar kehidupan berbangsa dan bernegara yang telah dirumuskan dalam Pancasila?
Kita harus memupuk kesadaran bahwa Pancasila hadir bukan hanya sebagai kenang-kenangan dari para tokoh pendiri bangsa, bukan pula semata-mata sebagai bentuk formalitas dalam mempelajari Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. Pancasila disusun untuk diterapkan, agar bangsa Indonesia tidak kehilangan arah dan jati diri.
Mulai perbaiki dari diri sendiri. Karena kalau bukan kita, siapa lagi?