Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Aksesnya Sangat Mudah, Benarkah Pop Culture Tak Terelakkan?
29 September 2022 14:44 WIB
Tulisan dari Rei Pradha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pop culture atau kebudayaan populer adalah sesuatu yang melekat begitu erat dengan kehidupan kita saat ini. Hadirnya kebudayaan populer yang didukung oleh kemajuan teknologi dan internet telah berhasil memproduksi berbagai bentuk hiburan bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kehadiran kebudayaan populer di masyarakat tentu diikuti oleh berbagai dampak negatif. Salah satunya adalah sikap konsumerisme yang didorong oleh perkembangan tren. Hal ini mampu menarik perhatian masyarakat untuk membelanjakan uang mereka demi merasakan sensasi budaya populer yang baru.
Tidak hanya itu, berkembangnya kebudayaan populer juga akan berdampang buruk bagi generasi muda, khususnya mereka yang masih di bawah umur dan memerlukan pengawasan dari orang dewasa. Jika anak-anak dengan usia di bawah umur terekspos terhadap kebudayaan populer tanpa pengawasan, maka akan mudah bagi mereka untuk menemukan unsur-unsur yang tidak sesuai untuk usia mereka, seperti kekerasan, narkoba, seks, bicara kasar dan sebagainya.
Kebudayaan populer yang terus berkembang dan unsustainable akan menyita waktu seseorang sehingga mereka akan mengalami apa yang disebut burn-out, yaitu suatu kondisi kelelahan secara emosional, mental, dan fisik. Hal ini dapat terjadi karena ketika seseorang telah terpikat pada produk kebudayaan populer tertentu, mereka akan mulai menginvestasikan sebagian besar waktunya untuk hal tersebut, bahkan waktu istirahat mereka.
ADVERTISEMENT
Contoh yang bersesuaian dengan hal ini adalah para penggemar grup musik yang rela terjaga sepanjang malam demi menunggu siaran langsung grup musik favoritnya di negara dengan perbedaan zona waktu yang cukup signifikan. Jika seseorang sering melakukan hal ini, maka pada akhirnya ia akan menguras energinya sendiri baik secara fisik maupun emosional.
Aksesnya yang mudah membuat budaya populer rasanya hampir mustahil untuk dihindari. Ditambah lagi, produk-produk budayanya yang dapat ditemukan pada berbagai media. Meski begitu, pada dasarnya berbagai bentuk kebudayaan populer yang tersedia di hadapan kita adalah pilihan. Masyarakat dalam hal ini tidak hanya berperan sebagai target sasaran saja, mereka adalah konsumen yang memiliki hak dan kuasa untuk memilih apakah mereka ingin mengadopsi suatu kebudayaan populer atau tidak.
ADVERTISEMENT
Misalnya, musik pop dapat dikatakan sebagai salah satu genre musik yang paling digemari saat ini, dan musik pop merupakan suatu produk dari kebudayaan populer. Akan tetapi, meski musik pop diterima secara luas dan disukai oleh sebagian besar masyarakat, bukan berarti semua orang akan dengan leluasa menerima produk budaya pop ini. Akan ada sekelompok masyarakat yang menyukai genre musik lain, misalnya musik dengan genre alternative. Sekelompok masyarakat ini dapat dikatakan berhasil menghindari kebudayaan populer berupa musik pop.
Faktor usia juga menajdi salah satu alasan mengapa seseorang dapat menghindari pengaruh budaya populer. Kebudayaan sendiri pada dasarnya adalah suatu hal yang bersifat dinamis, maka sudah tidak diragukan lagi bahwa kebudayaan populer mewarisi sifat ini. Kebudayaan populer akan terus berubah seiring berjalannya waktu dan berkembangnya ketertarikan dan kebutuhan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kebudayaan populer yang digemari pada tahun 2010 tentu akan berbeda dengan kebudayaan populer yang ramai dibicarakan pada tahun 2020, setiap generasi akan memiliki bentuk kebudayaan populer andalannya sendiri. Generasi X akan merasa musik dari Backstreet Boys yang paling menarik bagi mereka, sedangkan menurut Gen-Z musik ceria dari grup musik K-pop SEVENTEEN adalah yang paling menarik. Adanya ketidakcocokan dengan perkembangan kebudayaan populer ini dapat memengaruhi individu untuk mengecualikan diri dari perkembangan kebudayaan populer.
Di tengah kemajuan teknologi yang pesat, tentu saja kebudayaan populer semakin berkembang. Secara realistis, akan sulit bagi seseorang untuk selalu mengikuti perkembangan kebudayaan populer yang baru di tengah berbagai kewajiban yang harus dipenuhi.
Ketika seseorang memiliki banyak pekerjaan dan kewajiban untuk dikerjakan dan ia menyadari bahwa mengikuti perkembangan kebudayaan populer boleh jadi bukanlah hal yang esensial baginya, maka ia akan mampu membebaskan diri dari pengaruh budaya populer dengan perlahan-lahan.
ADVERTISEMENT
Setiap harinya akan selalu ada berbagai film baru, album musik baru, serial TV baru, tempat wisata baru dan berbagai hal populer baru lainnya untuk diikuti. Dengan adanya perkembangan-perkembangan ini, kadang kala budaya populer menjadi unsustainable atau sulit untuk diikuti sehingga pada akhirnya, kita hanya akan tetap berpegang pada apa yang sudah kita sukai sejak awal tanpa memedulikan tren-tren apa yang sedang ramai diperbincangkan.