Sebuah Perjalanan Mahasiswa HI UI Mendukung Pendidikan di Kala Pandemi

Rembulan Cahyaning
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Indonesia.
Konten dari Pengguna
15 Januari 2022 7:58 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rembulan Cahyaning tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

HI Goes To Village (HGTV) 2021: Pengabdian Mahasiswa HI UI di Dusun Soka

Foto bersama setelah kegiatan mengajar bahasa Inggris di Dusun Soka. Foto: Dok. HGTV UI 2021
zoom-in-whitePerbesar
Foto bersama setelah kegiatan mengajar bahasa Inggris di Dusun Soka. Foto: Dok. HGTV UI 2021
ADVERTISEMENT
“Mbak, Mas, tolong anak-anak di sini diberi motivasi supaya mau kuliah,” pesan Pak Samta, seorang dukuh atau kepala dusun di sebuah desa di bagian tenggara Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Dusun itu bernama Soka, terletak di wilayah dataran tinggi di Gunungkidul. Lokasinya yang berada di dataran tinggi membuat akses masuk menjadi sulit. Kami harus menempuh jalan yang rusak dan berbatu serta menanjak curam sejauh hampir tiga kilometer dari kaki bukit untuk mencapai Dusun Soka. Di Soka, sedikit sekali warung yang menjual kebutuhan sehari-hari dan pasar terdekat berada sekitar lima kilometer dari dusun. Namun, hal ini tidak menjadi halangan bagi kami untuk mengabdikan diri di Dusun Soka. Kami pun memutuskan untuk menanggapi pesan Pak Dukuh dan memulai perjalanan kami di Dusun Soka pada penghujung tahun 2021.
Kami adalah sekelompok mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Indonesia. Di tengah-tengah kesibukan akademis, kami berupaya untuk menyusun dan mempersiapkan segala kebutuhan untuk kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan cukup jauh dari tempat tinggal kami. Bukan tanpa hambatan, kami sempat menghadapi situasi sulit ketika mendapat penolakan dari sebuah desa karena pertimbangan situasi pandemi, hingga akhirnya kami dikenalkan dengan Pak Samta.
ADVERTISEMENT
Namun, itu belum selesai. Kami masih harus memikirkan siapa pihak yang dapat mendukung pendanaan kegiatan kami? Beruntungnya, Direktorat Kemahasiswaan UI memiliki program dana hibah kepedulian masyarakat untuk mendukung kegiatan sosial yang dilakukan sivitas akademika. Singkat cerita, setelah melakukan berbagai rangkaian seleksi, kami berhasil mendapatkan dana hibah tersebut untuk kegiatan “HI Goes To Village (HGTV) 2021” yang kami usung.

Perjalanan Dimulai: Mengajar Bahasa Inggris di Soka

Kala itu, matahari cukup terik bersinar di Yogyakarta. Kami dijemput oleh Pak Dukuh setibanya di Yogyakarta. Rasa lelah setelah delapan jam perjalanan pun perlahan hilang sembari kami menghirup semilir angin dari jendela Avanza tua menuju rumah Pak Dukuh.
“Waah!”
Kami sedikit berteriak ketika Pak Dukuh menekan pedal gas lebih keras karena tanjakan curam di depan kami tidak dapat ditaklukan dengan kekuatan biasa. Mendengar ini, Pak Dukuh hanya tertawa kecil dan menimpali, “yah, begini Mas, Mbak, kalau tinggal di dataran tinggi. Padahal ini jalan kabupaten, tapi rusak begini dan gak diperbaiki.”
ADVERTISEMENT
Kami disambut oleh Bu Dukuh sesampainya di sana. Rumah itu sederhana, menggunakan atap tinggi dengan kusen pintu rendah yang memiliki filosofi khusus. “Pintu di sini memang sengaja dibuat gak terlalu tinggi, Mbak. Maksudnya, supaya ketika masuk rumah, kita menunduk dan mengucap salam.” Unik dan filosofis. Dusun Soka memang kental dengan budaya Jawa.
Hari pertama di Soka kami habiskan untuk bertukar cerita dan memperkenalkan diri kepada warga sekitar. Kami tidak menyangka, ramai sekali rumah Pak Dukuh malam itu oleh Karang Taruna Soka dan beberapa warga. Beruntung, mereka menyambut kami dengan hangat. Perasaan gugup kami ketika memperkenalkan program perlahan menghilang.
Berkeliling untuk menyapa warga bersama karang taruna Dusun Soka. Foto: Dok. HGTV UI 2021
Kukuruyuuk!
Kami terbangun oleh suara ayam berkokok di pagi hari, semangat menyambut hari pertama kami mengajar anak-anak di dusun. Mereka beramai-ramai datang ke rumah Pak Dukuh setelah saling samper. Hari itu kami mulai dengan mengajar bahasa Inggris yang telah kami susun dengan menarik dan menggunakan metode interaktif yang ditujukan untuk meningkatkan antusiasme anak-anak. Suasana belajar hari itu menyenangkan dan ramai. Mereka terlihat ceria dan mengikuti pelajaran dengan baik. Apa hal lain yang membuat mereka ceria? Tentu saja hadiah permen yang kami berikan ketika mereka berani untuk menjawab pertanyaan atau memperagakan percakapan sederhana.
ADVERTISEMENT
Terdapat beberapa alasan dan pertimbangan ketika kami memilih bahasa Inggris sebagai materi utama kegiatan mengajar di Soka. Salah satunya adalah sangat kurangnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah-sekolah di kecamatan setempat. Bahkan, banyak anak-anak yang ketika kami tanya, menjawab bahwa sekolahnya tidak mengajarkan bahasa Inggris. Padahal, bahasa Inggris merupakan hal yang penting, terutama untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Oleh karena itu, kami berupaya untuk membuat bahasa Inggris menjadi materi yang sederhana dan menyenangkan untuk dipelajari.
Kegiatan mengajar bahasa Inggris di Dusun Soka menggunakan modul bergambar. Foto: Dok. HGTV UI 2021
Beberapa hari kami habiskan untuk mengajar bahasa Inggris kepada anak-anak. Kami membuat modul bergambar dan membagikannya. Metode kreatif yang kami hadirkan salah satunya dengan memanfaatkan permainan luar ruangan (mini-games) yang membutuhkan mereka untuk aktif bergerak di luar ruangan.
ADVERTISEMENT
Salah satu permainan yang menyita perhatian dan antusiasme mereka adalah “petak umpet kartu.” Mereka dibagi menjadi beberapa tim dan ditugaskan untuk mencari kartu buah-buahan dan ekspresi tersembunyi. Kemudian, mereka akan membacakan secara nyaring bahasa Inggris dari gambar yang terdapat di masing-masing kartu. Pemenangnya adalah kelompok yang berhasil mendapatkan kartu terbanyak. Hal ini berhasil menjadi salah satu yang ditunggu-tunggu oleh mereka setiap harinya.
Bermain "petak umpet kartu" di sela kegiatan belajar bahasa Inggris. Salah satu metode kreatif yang digunakan tim HGTV 2021. Foto: Dok. HGTV UI 2021

Memberi Inspirasi dan Membangun Semangat

Selain mengajar, tugas kami adalah untuk membuat mereka memiliki kemauan untuk kuliah. Hal ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi kami karena warga Dusun Soka, menurut keterangan Pak Dukuh, belum ada yang melanjutkan pendidikan hingga lulus perguruan tinggi. Mereka lebih memilih untuk langsung bekerja begitu lulus sekolah menengah atas demi memperbaiki keadaan ekonomi keluarga.
ADVERTISEMENT
Tantangan diterima. Meskipun di luar kuasa kami untuk memastikan mereka akan kuliah, tetapi kami berupaya untuk memberikan dorongan kepada mereka. Kegiatan yang kami hadirkan adalah “Discover The World” dan sesi berbagi cerita. Discover The World (DTW) merupakan kegiatan mengenalkan budaya-budaya asing kepada anak-anak untuk menambah wawasan mereka terhadap dunia. Maksud kami adalah ketika mereka mengenal dunia, mereka akan terpacu untuk dapat menjelajahinya, salah satunya melalui pendidikan tinggi.
Marshmallow, ramyun, waffle, croissant, dan makanan khas lainnya dari beberapa negara kami sajikan untuk disantap ketika DTW. Satu peristiwa yang membuat kami kebingungan saat itu adalah ketika terdapat satu anak yang belum mendapatkan makanan. Ia terlihat sedih, tetapi tetap berusaha ceria. Kami segera mengambil waffle yang masih tersisa untuk mengganti ramyun yang habis. Maafkan kami, ya…
Antusiasme anak-anak ketika mengikuti kegiatan. Foto: Dok. HGTV UI 2021
Selain DTW, terdapat sesi berbagi cerita dan motivasi. Sesi itu kami isi dengan bertukar cerita dan membicarakan tentang cita-cita.
ADVERTISEMENT
“Aku mau kuliah kak, mau KKN,” kata Satria.
Kemudian, Aldo menanggapi, “Kalau aku mau jadi diplomat, kak.”
Satria dan Aldo adalah dua anak yang memiliki mimpi besar. Mereka menuliskan cita-citanya pada pohon mimpi yang kami berikan. Bahagia bercampur sedih ketika membaca tulisan seluruh peserta pada pohon mimpi. Kami bahagia ketika mengetahui bahwa mereka memiliki mimpi yang tinggi, bahkan cukup kaget ketika ada yang mengatakan ingin menjadi tim Basarnas. Betapa mulianya. Namun, kami juga sedih karena menyadari fakta bahwa kondisi di Dusun Soka tidak mendukung mereka untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Ekonomi menjadi faktor penghambat utama. Mereka harus berjuang di atas rata-rata. Cita-cita itu harus dapat dicapai. Sekiranya, itu yang ada di benak kami.
ADVERTISEMENT

Penutup

Mengisi pohon mimpi memang menjadi kegiatan penutup dalam rangkaian mengajar yang kami lakukan. Namun, interaksi kami di Soka tidak terlepas dari interaksi dengan warga. Hampir setiap sore hari usai mengajar, kami berkeliling dusun untuk menyapa dan berinteraksi dengan warga sekitar. Warga Soka, dengan segala kesederhanaan dan keramahannya, mendukung kami selama melaksanakan kegiatan di Soka. Sebelum kembali, kami membagikan sembako ke warga sekitar, sekaligus pamit.
Satu minggu yang menyenangkan di Soka terasa begitu singkat. Senyum ceria anak-anak Soka yang hadir di kepala kami membawa kami kembali kepada memori di sana. Mereka pasti semakin giat belajar. Mereka pasti perlahan sedang melangkah maju untuk mewujudkan mimpi. Kami berharap dan kami percaya itu. Terima kasih, Soka, karena kami mendapatkan kesempatan berharga untuk mengabdi dan saling mendukung demi kemajuan bangsa.
ADVERTISEMENT