Konten dari Pengguna

Tradisi Mande Modulu pada Pernikahan adat Tampo Pekurehua di Sulawesi Tengah

RENALDI CRISTINO DALAME
Mahasiswa, Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Satya Wacana
2 Desember 2024 17:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RENALDI CRISTINO DALAME tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kedua Mempelai Pria dan Wanita photo by Renaldi
zoom-in-whitePerbesar
Kedua Mempelai Pria dan Wanita photo by Renaldi
Mande Modulu oleh kerabat dan teman kedua mempelai photo by Renaldi
zoom-in-whitePerbesar
Mande Modulu oleh kerabat dan teman kedua mempelai photo by Renaldi
ADVERTISEMENT
Sulawesi Tengah adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keberagaman suku dan budaya. Total ada 15 jumlah suku yang tercatat dan tersebar di Sulawesi Tengah. Suku Lore adalah salah satunya, suku yang berada pada wilayah kabupaten poso yang secara letak geografis berada di lembah pegunungan. Penyebaran suku lore terbagi di 3 tempat yakni Lembah Bada dengan 2 kecamatan yaitu lore barat dan lore selatan, Lembah Behoa dengan kecamatan lore tengah dan Lembah Napu dengan 3 kecamatan yaitu lore utara, lore timur dan lore peore. Lembah Napu biasa di sebut dengan Tampo Pekurehua yang memiliki arti tanah luas dan subur.
ADVERTISEMENT
Suku lore khususnya di tampo pekurehua memiliki tradisi kental yang masih di lakukan sampai saat ini seperti Mande Modulu pada pernikahan adat tampo pekurehua. Mande modulu dalam bahas Napu di artikan sebagai makan bersama atau makan beramai-ramai sering di jumpai atau di lakukan ketika pernikahan adat berlangsung. Mande modulu biasanya di lakukan oleh kerabat dan teman-teman dari kedua mempelai pria dan wanita serta yang boleh ikut makan bersama hanya anak muda saja. Mereka akan naik ke atas pelaminan untuk makan bersama yang di yakini sebagai makan terakhir bersama bagi kedua mempelai pria dan wanita sebelum menjadi keluarga dan pasangan suami istri. Mande modulu ini sangat menarik karena prosesi makan bersama akan di lakukan hanya pada 1 wadah yang biasanya di gunakan untuk menapis beras, memisahkan ampas dan gabah dari beras yang dalam bahasa Napu di sebut dengan "Duku".
ADVERTISEMENT
Uniknya makanan yang di hidangkan di duku ini akan di makan oleh lebih dari 10 anak mudah tergantung berapa banyak yang naik ke pelaminan, mereka akan makan bersama dengan kedua mempelai tanpa menggunakan sendok atau makan dengan tangan langsung. Makanan yang hidangkan tidak habis selain karena memang porsinya yang sangat banyak, juga hanya sebagai simbol makan terakhir bersama teman-teman sebaya.
Walaupun saat ini banyak yang mulai melangsungkan pernikahan di gedung seperti ballroom dan mulai mengesampingkan pernikahan adat namun untuk masyarakat tampo pekurehua tetap menjujung tinggi tradisi yang sudah di turunkan dari nenek moyang seperti mande modulu. Semoga tradisi seperti ini akan terus ada dan berlanjut ke generasi-generasi selanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sumber.