Yang Saya Bahas saat Membahas Javi Martinez

Renalto Setiawan
Akan ada badai...
Konten dari Pengguna
12 April 2018 19:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renalto Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pemain bertahan Bayern Muenchen, Javi Martinez. (Foto: Bulent Kilic/AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain bertahan Bayern Muenchen, Javi Martinez. (Foto: Bulent Kilic/AFP)
ADVERTISEMENT
Saya sudah membaca beberapa karya Haruki Murakami. Dan saat akhir-akhir ini saya sering menyaksikan aksi Javi Martinez di lini tengah Bayern Muenchen, ada sesuatu yang mematung di dalam pikiran saya: bagi saya, seperti Haruki Murakami, Javi Martinez adalah seorang protagonista.
ADVERTISEMENT
Dalam sepak bola Italia, protagonista adalah seorang pemain yang tampil paling menonjol di dalam timnya di mana ia berpotensi untuk menjadi penentu hasil pertandingan (risolvere la partita). Mungkin, ia akan mencetak gol kemenangan atau mengirimkan assist ajaib yang akan selalu dibicarakan banyak orang.
Namun, menurut saya, seorang protagonista tidak melulu seperti itu. Protagonista bisa tampil hebat meski tidak terlihat menonjol. Protagonista tidak harus mencetak gol atau melakukan sesuatu yang mendekatinya, tetapi tetap menjadi pemain penting di dalam kemenangan timnnya.
***
Sebagai seorang penulis, Haruki Murakami memang tidak pernah memenangkan nobel sastra. Ia hanya nyaris memenangkannya dan entah sampai kapan nyaris menangnya itu akan terus berlanjut.
Inti cerita-cerita Murakami hanya seperti itu, kata-katanya dalam kalimatnya cukup sederhana, dan tidak banyak melodrama menarik di setiap ceritanya. Mengapa ia harus menang nobel sastra?
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang berasumsi seperti itu terhadap karya-karya Murakami memang bisa dimengerti. Itu tidak salah. Karya-karya Murakami memang seperti itu.
Namun, penggemar Murakami seperti saya mungkin mempunyai pendapat lain. Di balik kesederhanaannya itu dan inti ceritanya yang begitu-begitu saja, Murakami selalu mempunyai daya tarik tersendiri yang bisa membuat saya melahap setiap halaman dalam karyanya.
Dalam setiap kalimat-kalimat sederhanya ia sering kali menyisipkan satu atau dua kata yang sulit untuk dimengerti. Hebatnya, kata-kata itu tak jarang menghantam keingintahuan para pembacanya, membuat idiom "curiosity killed the cat" terlihat seperti omong kosong.
Di balik inti ceritanya yang begitu-begitu saja, Murakami sering menggambarkan adegan-adegan yang tak biasa. Dalam The Wind-Up Bird Chronichle, misalnya.
ADVERTISEMENT
Karya itu dimulai dengan adegan-adegan unik: tokoh utama sedang memasak spageti, mendapatkan telepon dari seorang wanita misterius yang ingin berbicara tentang sex, lalu dilanjutkan dengan pencarian kucing yang hilang--tokoh utama kemudian memutuskan melakukan pencarian kucing yang hilang tersebut dengan mengenakan sepatu tenis.
Selain itu, Murakami sebetulnya juga bisa meledak-ledak. Dalam Sputnik Sweethearth, melalui narator, ia membuka karya tersebut dengan menggambarkan perasaan cinta tokoh utamanya secara hiperbolis, tetapi tetap berkesan menyenangkan.
Seperti tentang Murakami, mungkin tak sedikit penggemar sepak bola yang menganggap Javi Martinez biasa saja. Ia hanya pesepak bola yang bagus tapi tidak cukup hebat untuk menarik perhatian. Namun, bagi saya, ia bisa lebih hebat daripada siapa pun.
ADVERTISEMENT
Secara kasatmata, permainan Javi Martinez terkesan sederhana. Ia seorang gelandang bertahan (holding midfielder). Tugasnya adalah melindungi garis pertahanan dan bertanggung jawab dalam setiap bangunan serangan timnya. Tidak lebih dan tidak kurang.
Namun, jika dilihat secara saksama, layaknya kata-kata sulit di dalam timbunan kalimat sederhana Murakami, ia bisa lebih menarik daripada gelandang bertahan mana pun.
Saat Jup Heynckes bersikeras mendatangkannya ke Bayern pada musim panas 2012, tak sedikit para petinggi Bayern yang mengerutkan dahi. Frankz Beckenbauer bahkan tidak mengenalnya.
Ia mengira Javi Martinez adalah merek sebuah kopi. Untuk kopi, harganya pun kelewat mahal: sekitar 38 juta poundsterling.
Namun, harga itu ternyata tak seberapa dibandingkan kontribusi Martinez. Bayern berhasil meraih tiga gelar (Bundesliga 2012-2013, Liga Champions 2012-2013, dan DFB Pokal 2012-2013) pada tahun pertama Martinez.
ADVERTISEMENT
Salah satu pembuktian kualitas Martinez terjadi saat Bayern mempecundangi Barcelona pada babak semifinal Liga Champions Eropa: Andreas Iniesta. Salah satu pesepak bola berbakat di dunia tak bisa berbuat apa-apa menghadapinya.
Andreas Iniesta ingin balik badan, Martinez menghadangnya. Andreas Iniesta ingin mengumpan, Martinez menggagalkannya. Andreas Iniesta mulai terlihat frustasi, Martinez tak mengendurkan konsentrasinya.
"Javi Martinez merupakan kunci dari pendekatan taktik Bayern, yang tugas utamanya adalah mematikan Iniesta -- tetapi perannya lebih dari sekadar itu, ia juga menggunakan fisiknya untuk mendominasi lapangan tengah. Ia beberapa kali menggagalkan serangan Barcelona dan juga melaju ke depan secara tak terduga untuk membuat Bayern terus melakukan serangan -- dia benar-benar mendemonstrasikan mengapa Barcelona menginginkannya pada musim panas lalu (2012)," kata Michael Cox, analis sepak bola asal Inggris, setelah Bayern mengalahkan Barcelona 4-0 pada leg pertama babak semifinal.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana bisa ia melakukannya tugasnya tanpa meninggalkan cela sedikit pun di depan garis pertahanan Bayern?
Pertanyaan itu mungkin belum terjawab saat Javi Martinez kembali menunjukkan daya magisnya saat Bayern Muenchen mengalahkan tuan rumah Sevilla, 1-2, pada leg pertama babak perempat-final Liga Champions beberapa waktu lalu.
Pada menit ke-49, Franco Vasquez, pemain Sevilla, tinggal satu hembusan nafas lagi untuk membobol gawang Bayern. Javi Martinez tiba-tiba meluncur melakukan tekel. Tekel itu sukses. Vasquez gagal mencetak gol. Kemudian, hembusan nafas Vasquez yang terengah-engah setelah kejadian itu bisa mewakili pikiran orang-orang yang melihat momen tersebut: Ia datang dari mana? Kenapa ia bisa melakukannya?
"Kami sedikit merayakan tekel Javi Martinez di ruang ganti, itu adalah tekel kelas dunia," kata Mats Hummels setelah pertandingan, menyoal tekel ajaib Javi Martinez tersebut. Sementara itu, penggemar Bayern mengapresiasi tekel tersebut dengan meme-meme kocak.
ADVERTISEMENT
Kejadian itu kemudian bisa menjadi salah satu bukti: seperti adegan-adegan mengejutkan dalam karya-karya Murakami, Martinez juga bisa membikin kejutan dari setiap penampilannya yang terkesan sederhana.
Saat menyerang, Martinez juga tak kalah hebat.
Sudah menjadi rahasia umum apabila seorang holding midfieder jago meretensi bola. Michael Carrick dan Sergio Busquets adalah contohnya. Mereka betul-betul pandai mengoper bola.
Salah satu kelebihan mereka adalah arah operan mereka. Arah operan mereka mampu menggerakkan tim dan benar-benar menyulitkan lawan. Apabila mereka dibiarkan mengoper sesuka hati, lawan seperti sedang menunggu kematian.
Lalu, bagaimana saat mereka tidak menguasai bola? Mereka tetap berbahaya, tetapi tidak lebih berbahaya daripada Javi Martinez.
Javi Martinez kadang tidak perlu menguasai bola untuk menggerakkan timnya. Ia hanya akan berjalan, barang satu-dua langkah, untuk membuka ruang bagi rekan-rekannya.
ADVERTISEMENT
Sekilas ia tampak seperti orang bingung, tetapi ia sebenarnya sedang membuat lawan-lawannya bingung. Asalkan build-up serangan lancar, saat ia mampu membuka ruang untuk rekan-rekannya, mengapa ia harus selalu meminta bola?
Pendekatannya tersebut ternyata juga berdampak pada arah operannya. Holding midfielder sering dikritik ketika lebih sering mengoper ke belakang daripada ke depan. Namun, Javi Martinez tak peduli. Selama operan ke belakangnya menguntungkan, ia akan melakukannya.
Terlebih, Bayern memiliki duet bek tengah, Mats Hummels dan Gerome Boateng, yang mampu berperan sebagai ball-playing defender. Saat kedua pemain tersebut mempunyai kesempatan untuk menyalurkan visi mereka melalui sebuah umpan, umpan-umpan mereka sering kali tak kalah bagus dari para playmaker kelas wahid.
Selain itu, pada saat benar-benar diperlukan, Javi Martinez juga bisa lebih dinamis daripada holding midfielder kebanyakan. Ia bisa tiba-tiba muncul di sisi pertahanan lawan, atau menggiring bola dari lini yang paling dalam. Menariknya, meski saat melakukan pergerakan itu ia sering meninggalkan posisinya, pergerakannya itu jarang yang berakhir sia-sia.
ADVERTISEMENT
Namun, jangan salah sangka. Kelebihan-kelebihan Javi Martinez tersebut juga tak mengurangi kehebatannya dalam meretensi bola. Meski tak sering meminta bola, di Bundesliga musim ini ia rata-rata melakukan 56,1 operan dalam setiap laga dengan tingkat akurasi sebesar 88,7%.
Menurut Sam Fayyaz dalam esainya yang berjudul Generalissimo, karena kemampuannya itu, Javi Martinez kemudian disebutnya sebagai seorang "pemain nomor 5" paling sempurna.
Jupp Heynckes, pelatih Bayern Muenchen tak mau kalah dalam memuji anak buahnya. Ia mengatakan bahwa Javi Martinez merupakan pemain paling penting bagi Bayern Muenchen pada saat ini.
Meski begitu, ia sepertinya tak peduli dengan semua pujian itu.
Dalam sebuah wawancaranya dengan Deutsche Welle (DW), salah satu media asal Jerman, Maret lalu, saat DW menanyakan tentang bagaimana rasanya ia harus berada di bawah bayang-bayang pemain lain karena perannya di atas lapangan, Martinez mengatakan, "Saya tidak masalah ketika orang lain berada di halaman depan sebuah majalah atau menjadi headline di sebuah media. Saya merasa bahagia."
ADVERTISEMENT
"Saya tahu bahwa saya harus bekerja keras, sebuah pekerjaan yang mungkin tidak dilihat oleh banyak orang, tetapi tidak masalah. Itu tugas saya. Saya ingin membantu tim, memberikan kesempatan kepada rekan saya untuk bermain sesuai keinginan mereka. Saya senang melakukannya."
Ia benar-benar seperti Murakami. Sementara Murakami akan terus menulis dan sesekali melahap lomba marathon saat orang-orang membaca, menyukai, atau memperdebatkan karyanya, Javi Martinez akan terus bermain bola dengan caranya. Selama itu mampu membantu timnya, ia akan terus menjalani suratan.