Menjadikan Parit sebagai Sumur Resapan

Renan Hafsar
Investigator Keselamatan Transportasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Republik Indonesia
Konten dari Pengguna
9 November 2020 7:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renan Hafsar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tidak terasa sudah sembilan bulan berkutat melawan Covid-19, kini musim hujan kembali datang. Hampir setiap hari masyarakat merasakan guyuran air hujan. Terkadang, masyarakat pun kebingungan ketika melihat adanya genangan air hujan yang dulu sering disebut banjir.
ADVERTISEMENT
Penanganan air hujan tidak bisa disepelekan. Berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), puncak hujan akan terjadi pada Februari 2021. Masih ada sekitar dua bulan lebih yang harus kita siapkan untuk menyongsong puncak musim hujan. Oleh karenanya, penting bagi masyarakat untuk memahami manajemen air hujan agar tidak terjadi banjir karena hujan bukanlah musibah, tapi rahmat yang harus dikelola secara tepat.
Sumur resapan bukanlah barang baru. Istilah ini sudah sangat familiar di telinga masyarakat. Peraturan yang memuat tentang sumur resapan sebenarnya sudah cukup lengkap. Dimulai dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Kemudian diperjelas melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
ADVERTISEMENT
Aturan teknis juga sudah ada pada beberapa aturan Menteri. Sebagai contoh, Permen PU Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Air Hujan Pada Bangunan Gedung dan Persilnya serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2009 tentang Pemanfaatan Air Hujan. Meskipun aturan-aturan tersebut sudah diadopsi menjadi Peraturan Daerah, namun pelaksanaannya terlihat belum efektif. Jika kita coba tengok ke lingkungan sekitar, penggunaan sumur resapan tergolong masih minim.
Pembaca tidak perlu bingung dengan istilah biopori. Pada hakikatnya, biopori dan sumur resapan adalah dua bangunan buatan manusia yang sama. Biopori berukuran lebih kecil daripada sumur resapan, namun tidak ada ukuran spesifik yang menerangkan tentang seberapa kecil maksudnya. Pada tulisan kali ini, bangunan retensi air hujan akan disebut sumur resapan sesuai aturan perundang-undangan.
Ilustrasi sumur resapan.

Manfaat Sumur Resapan

Banyak orang yang salah menduga bahwa sumur resapan hanya bermanfaat mencegah banjir ketika musim hujan saja. Faktanya, sumur resapan bisa bermanfaat lebih dari itu. Di perumahan tertentu, sumur resapan difungsikan sebagai parit. Jadi, air dari perumahan sama sekali tidak dialirkan keluar dari komplek. Istilahnya, air yang diambil dari tanah komplek itu dikembalikan ke tanah komplek itu lagi.
ADVERTISEMENT
Penggunaan sumur resapan sebagai parit memiliki berbagai keuntungan besar. Karena air dari pipa pembuangan tiap rumah langsung disalurkan ke sumur resapan, tidak akan ada istilah saluran parit tergenang, parit berbau. Hampir sepanjang tahun parit kering dan hanya basah ketika hujan saja. Dampaknya, aneka binatang yang biasa mendiami parit (kecoa, tikus, kelabang, kodok) dapat ditekan hingga hampir tidak ada.
Manfaat sumur resapan yang terbesar sebenarnya adalah ketika puncak musim kemarau dan penghujan. Sangat banyak penelitian yang menegaskan tentang hal ini. Indramaya dan Purnama dalam Jurnal Bumi Indonesia (2013) meneliti tentang manfaat sumur resapan pada perumahan. Lebih detail, Iriani, Gunawan, dan Besperi (2013) serta Safitri, Purisari, dan Mashudi (2019) menegaskan manfaat sumur resapan dalam konservasi air tanah.
ADVERTISEMENT
Ketika musim hujan, sumur resapan menampung dan menyerap air dalam jumlah besar. Ketika musim kemarau, kandungan air tersebut memberikan cadangan air tanah yang diperlukan oleh perumahan atau gedung yang memanfaatkan air tanah sebagai sumber air bersih. Dengan demikian, jika ada yang berpendapat bahwa sumur resapan hanya berfungsi di musim hujan, pendapat tersebut perlu diluruskan kembali.

Ukuran Sumur Resapan

Untuk membuat sumur resapan, ada dua variabel yang harus diperhitungkan dengan matang. Variabel debit air hujan adalah yang paling pokok. Seberapa banyak air hujan datang tergantung di mana lokasinya. Rumah yang berlokasi di Pulau Jawa, tentunya akan memiliki debit air hujan yang berbeda dibandingkan rumah di Pulau Nusa Tenggara bagian timur. Di samping itu, ketinggian lokasi juga menentukan. Rumah yang berlokasi di perbukitan atau pegunungan akan memiliki curah hujan lebih tinggi daripada rumah di dataran rendah.
ADVERTISEMENT
Debit air hujan yang ada di perumahan juga dipengaruhi oleh pergerakan air hujan yang melintasinya. Misalkan ada perumahan A yang mana lokasinya lebih rendah daripada perumahan B. Ketika hujan deras, air hujan yang diterima oleh perumahan A akan bertambah banyak karena mendapat limpasan air hujan dari perumahan B. Jika situasinya seperti ini, sumur resapan harus berukuran sekitar 2—3 kali sumur resapan ukuran normal.
Variabel berikutnya adalah jumlah rumah yang akan menyalurkan air ke sumur resapan. Di suatu komplek, sumur resapan dari dua rumah disalurkan ke satu sumur resapan. Dengan kondisi tidak ada limpasan air dari perumahan atau komplek lain, kecuali kedua rumah itu sendiri, sumur resapan dapat dibuat berukuran lebar 1 m, panjang 60 cm, dan kedalaman 2 m. Satu hal yang perlu dipastikan juga apakah kedua rumah itu menerima aliran air dari rumah-rumah lainnya atau tidak. Jika ya, sumur resapan harus dibuat supaya hanya menerima limpasan air dari kedua rumah tersebut.
ADVERTISEMENT
Jika lokasi parit di depan rumah sifatnya selalu tergenang, sumur resapan sulit untuk diletakkan di bawah parit tersebut. Jika sumur resapan yang difungsikan sebagai parit awalnya hanya menerima air dari satu rumah, tapi kemudian dipaksa menerima air dari beberapa rumah, ditambah air hujan, sumur tersebut tidak akan sanggup menampung air. Mungkin baru beberapa menit sudah langsung penuh.
Untuk menghadapi curah hujan di puncak musim hujan, perlu ditambahkan lagi sumur resapan besar. Misal di perumahan ada lima sumur resapan, ketika debit air sangat besar mereka tidak akan mampu menampung semua air hujan, sehingga akan disalurkan ke sumur resapan besar. Sumur besar ini harus dibuat untuk sanggup menahan air hujan sangat lebat selama sekitar 1 jam.
ADVERTISEMENT
Sumur resapan besar dapat dibuat di ujung komplek yang lokasinya paling rendah. Di suatu komplek, sumur resapan besar dari 7-10 rumah dapat dibuat di ujung jalan komplek yang tepat berbatasan dengan tembok ujung komplek perumahan. Ukurannya sekitar 6 X 1 X 3 m untuk ukuran lebar, panjang, dan dalam.
Dari ilustrasi ukuran di atas, perlu dipertimbangkan apakah rumah pembaca bisa dibuat sumur resapan atau tidak. Jika halaman terbatas, tidak perlu bingung. Ada perumahan yang sumur resapannya berlokasi di jalan. Maksudnya, jika dibuat sketsa, sumur itu tidak berada di halaman atau wilayah rumah, tapi berada di jalan karena sumur resapan juga difungsikan sebagai parit. Cara ini paling aman dan paling efisien. Paling aman karena menjauhi pondasi bangunan rumah. Efisien karena tidak mengorbankan halaman rumah yang mungkin sudah ditata dengan taman minimalis.
Sumur resapan dalam tipe 3. Gambar: Permen PU No. 11/2014
Sumur resapan besar pastinya tidak bisa dibuat di suatu pekarangan rumah. Dia harus dibuat di satu ruang terbuka yang agak jauh dengan pondasi bangunan besar atau rumah. Salah satu alternatif yang bisa dipilih adalah di ujung jalan yang mana di atasnya tidak diberikan beban besar, misal mobil atau bangunan lain. Meski sumur resapan ditutup dengan penutup beton, tapi untuk faktor keamanan, sebaiknya penutupnya tidak dibebani beban berat. Sumur resapan ini lebar penutupnya melebihi ukuran septic tank di tiap rumah yang mana konstruksi tutupnya biasanya tidak didesain untuk menerima beban berat. Jadi, sehingga tidak bisa dianalogikan seperti penutup septic tank di carport rumah yang bisa menerima beban mobil.
ADVERTISEMENT

Cara Membuat Sumur Resapan

Sumur resapan pada dasarnya bekerja seperti septic tank. Air yang ditampungnya akan disalurkan ke dalam tanah dengan sendirinya. Dengan demikian, jika para tukang bangunan sudah biasa membuat septic tank, pasti lebih mudah lagi untuk membuat sumur resapan. Apalagi, kalau dinding sumur resapan adalah jenis yang diproduksi secara fabrikasi, pembuatannya dapat menjadi sangat cepat.
Sumur resapan bahkan lebih sederhana daripada septic tank. Jika septic tank memiliki dua lubang, sumur resapan hanya memiliki satu lubang. Dengan hanya satu lubang, jika tukang yang dipekerjakan dua orang, hanya dibutuhkan satu hari untuk membuat sumur resapan dari satu rumah.
Proses pembuatan sumur resapan dimulai dengan membuat rencana sumur resapan. Kedua variabel (debit air dan ukuran sumur resapan) jika sudah ditentukan dibuat menjadi sketsa rencana. Berikutnya adalah menentukan lokasi.
ADVERTISEMENT
Jika sumur resapan difungsikan juga sebagai parit, harus ditempatkan sedemikian rupa agar hanya kedua rumah tersebut yang menyalurkan air hujan dan air dari kedua rumah. Jika ditempatkan di pinggir jalan, maka proyek ini akan sedikit mengganggu selama dua hari. Gangguan berupa tanah galian dan pengalihan aliran parit terpaksa dilakukan selama proses pengerjaan proyek ini.
Pembuatan sumur akan cukup cepat. Sekalipun hanya mengandalkan pacul dan linggis, dua pekerja sanggup menyelesaikan dalam sehari. Yang agak lama malah proses lanjutan setelah lubang siap hingga siap untuk digunakan.
Proses berikutnya adalah pengisian bebatuan ke dalam sumur resapan. Di banyak literatur dan panduan dalam peraturan perundang-undangan banyak menyebut batu tanah merah yang berasal dari pecahan batu bata dan genteng. Material tersebut mudah ditemukan dan harganya tidak terlalu mahal. Yang perlu diperhatikan adalah material harus terbuat dari tanah liat yang telah dibakar. Suryana dan Wijayanti (2020) mengemukakan fungsi tanah liat yang sangat baik untuk menahan laju penyerapan air hujan.
ADVERTISEMENT
Sumur resapan diakhiri dengan proses pembuatan bibir dan tutup sumur. Bibir harus dibuat sedemikian rupa sehingga kuat jika diinjak minimal 2 orang dewasa di atas sepeda motor. Perkiraan ekstrem ini harus memperhitungkan kondisi yang mungkin terjadi. Jika spek dikurangi, dikhawatirkan malah akan menjadi jebakan.
Sumur resapan dangkal/tipe 1 tanpa dinding, hanya diisi batu (kiri) dan sumur resapan dalam tipe 2 dengan dinding batu bata, diisi batu di bagian bawahnya (kanan). Gambar: Permen PU No. 11/2014
Yang perlu diingat adalah bahwa hanya dinding bagian bibir sumur saja yang dibeton. Selebihnya, dinding sumur resapan jangan dibeton atau diplester. Kecuali jika sumur yang dibuat memiliki kedalaman lebih dari 3 m, harus diperkuat dinding beton, tapi juga harus diberi lubang agar penyerapan air menjadi lebih cepat.
Dengan sumur resapan, pembaca akan memiliki ketenangan ketik musim hujan dan kemarau. Bayangkan jika gerakan membuat sumur resapan ini dilakukan oleh banyak masyarakat, maka sumur kering dan banjir akan berkurang secara signifikan.
ADVERTISEMENT