Konten dari Pengguna

Pakaian Khusus Pesepeda, Haruskah?

Renan Hafsar
Investigator Keselamatan Transportasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Republik Indonesia
23 Oktober 2020 18:14 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renan Hafsar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Demam sepeda yang terjadi di berbagai kota di dunia ketika pandemi patut disyukuri. Pasalnya, aktivitas ini menumbuhkan kembali memori lama “ngonthel” yang dulu pernah ada, lalu padam seiring kehadiran kendaraan bermotor di tahun 1920-an. Tua-muda, pria-wanita banyak yang menceburkan dirinya ke dalam kendaraan tanpa motor ini.
ADVERTISEMENT
Khususnya di Indonesia, kehadiran sepeda di mana-mana masih mengindikasikan sepeda sebagai alat hiburan, belum sebagai alat transportasi. Dalam berbagai kesempatan, terlihat sejumlah pengendara sepeda mengenakan helm, kacamata, dan pakaian pesepeda. Tampilan tersebut seakan menjadi satu syarat khusus untuk bersepeda. Rasanya tidak lengkap jika aksesoris bersepeda tidak lengkap.
Namun demikian, penggunaan pakaian khas pesepeda dimaksud sebenarnya menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat terhadap sepeda berada pada level yang mana. Jika dianalogikan, level ini mirip dengan seberapa familiar dan butuhnya seseorang pada sepeda.
Sama seperti anak kecil yang bersepeda, tingkat paling awal adalah bersepeda untuk mengikuti hasratnya meluncur di atas ban dan pipa dengan kayuhan. Pada tingkat ini, anak-anak tidak mau bersepeda terlalu jauh. Mereka hanya mau di lokasi dekat rumah karena tujuannya hanya menyenangkan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada tingkat berikutnya, anak-anak yang mulai beranjak remaja mulai tertarik untuk bersepeda bersama teman-temannya. Penggunaan sepeda pada tahap ini mulai merambah ke tahap eksplorasi lingkungan sekitar rumah, namun tidak jauh. Sebenarnya mirip seperti tingkat dasar, hanya ingin menikmati angin ketika bersepeda, hanya ditambah keceriaan ketika berkumpul bersama teman.
Tipikal pesepeda di Indonesia. Foto: Galamedia
Tahap selanjutnya adalah ketika dewasa mulai menggunakan sepeda sebagai alat olah raga. Di waktu-waktu tertentu, baik sendiri maupun bersama, pesepeda menggunakan waktunya untuk bersepeda. Karena untuk olahraga, maka daya jelajahnya bisa jauh. Yang perlu dicatat adalah bahwa karena penggunaannya sebagai alat olahraga, maka terbatas pada hari-hari tertentu di mana waktu luang banyak tersedia. Konsekuensinya, kegiatan ini tidak rutin.
Tahap paling puncak dalam kegiatan bersepeda adalah ketika sepeda digunakan sebagai alat transportasi. Pada situasi ini, sepeda dianggap sama seperti sepeda motor dan mobil, untuk memindahkan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Oleh karenanya, penggunanya akan rutin menggunakannya.
ADVERTISEMENT

Pakaian Khusus Pesepeda

Kembali kepada pakaian pesepeda (bicycle outfit), penggunaannya juga dapat mencirikan seberapa sering orang tersebut bersepeda. Jika hanya sebagai rekreasi atau olahraga, biasanya orang tersebut akan menggunakan pakaian dengan aksesoris lengkap.
Sebagai ilustrasi, mari kita tengok negara-negara yang sudah sukses menjadikan sepeda sebagai alat transportasi. Indonesia sulit dijadikan contoh karena sebagian besar pesepeda hanya menggunakannya sebagai penyalur hobi sambilan atau rekreasi.
Sebagian negara-negara Barat terkenal dengan program transportasi aktif (active transport). Pemerintah menggalakkan warganya untuk bergerak dengan alat transportasi tanpa motor listrik, termasuk sepeda. Keuntungan dari program ini, diyakini dapat meningkatkan kesehatan warga yang pada akhirnya menurunkan beban pemerintah untuk merawat orang-orang yang sakit akibat kurang olahraga.
Pesepeda di Belanda. Foto: Youtube
Belanda adalah negara yang paling cocok sebagai standar (benchmark). Di negara terkenal dengan budaya sepeda ini, kita hanya akan menemukan orang-orang dengan pakaian pesepeda ketika perlombaan sepeda. Di hari-hari biasa, warga berpakaian seperti biasa. Yang kerja kantoran menggunakan jas, yang petugas keamanan menggunakan seragamnya, yang sekolah menggunakan seragam sekolah, yang beraktivitas dengan baju bebas juga dengan baju bebas. Di musim dingin pun, banyak orang menggunakan jaket bersepeda.
ADVERTISEMENT
Salah satu alasan mendasar mengapa banyak orang di Belanda menggunakan baju yang biasa mereka pakai sebagai pakaian bersepeda adalah masalah kepraktisan. Sebagian dari mereka langsung beraktivitas di tempat kerja masing-masing setelah tiba tanpa mandi lagi. Sebagian lagi mandi, tapi itu pun sebelumnya jarang sekali yang menggunakan pakaian pesepeda.
Di samping kepraktisan, masalah hemat juga menjadi alasan lain mengapa banyak orang tidak menggunakan pakaian pesepeda. Jika untuk helm dan lampu, semua orang akan maklum bahwa keduanya sangat berpengaruh terhadap keselamatan. Akan tetapi, untuk pakaian banyak orang yang harus berpikir berkali-kali untuk membelinya.
Jika dipikirkan lebih dalam, orang yang rutin menggunakan sepeda sebagai alat transportasi tidak akan memakai pakaian pesepeda karena alasan sopan santun. Bayangkan saja, misalnya bersepeda ke stasiun kereta, lalu masuk ke dalam kereta dengan pakaian pesepeda. Pastinya banyak orang yang risih dengan pakaian yang cenderung menonjolkan bentuk tubuh tersebut. Lain halnya jika orang tersebut hanya mengenakan pakaian biasa saja, maka tidak akan ada keberatan dari penumpang lainnya.
ADVERTISEMENT