Konten dari Pengguna

Pirolisis Sebagai Peran Antagonis pada Truk

Renan Hafsar
Investigator Keselamatan Transportasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Republik Indonesia
17 Oktober 2020 8:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renan Hafsar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari menunjukkan hampir tengah hari. Sebuah truk terlihat melaju kencang mendahului truk lainnya di jalan tol.
ADVERTISEMENT
Matt melihat ke jam tangannya sambil memegang setir truk. “Hmm. Masih cukup waktu. Kita bisa sampai seberang sebelom malem. Coba cek, bener gak. Mumpung kamu masih pegang HP.” Katanya kepada Eric, kenek truk yang duduk di sebelahnya.
“Lanjut, Kang!” Sahut Eric mantap. Matt terus mengemudikan truk ke arah Pelabuhan.
Menjelang gerbang tol, Eric menekan pedal rem. Bunyi decit rem terdengar ke mana-mana. “Berisik amat remnya, Kang.” komentar Eric.
“Iya, nih. Gak tau kenapa.” Balas Matt. Truk pun semakin melambat mendekati gerbang tol.
“Tolong kartu tolnya, pak”. Pinta petugas tol. “Remnya berisik, pak.”
“Iya, nih. Gak tau juga ini dari tadi berangkat kaya begini.” Jelas Matt. “Ini, Mbak. Tolong sekalian top-up segitu, ya.” Matt menyerahkan kartu tol sekaligus meminta isi ulang saldonya kepada petugas tol.
ADVERTISEMENT
Setelah petugas tol menyerahkan kembali kartu tol, Matt dan Eric pun melanjutkan perjalanan ke arah gerbang pelabuhan penyeberangan Karang Bisu.
Tak lama kemudian, mereka telah melewati gerbang pelabuhan penyeberangan Karang Bisu dan sudah masuk antrian paling dekat pintu rampa menuju ke kapal. Terlihat puluhan kendaraan keluar dari kapal Byun Maru yang sandar di Dermaga 8.
Beberapa menit kemudian, proses pembongkaran seluruh kendaraaan dari kapal Byun Maru selesai. Seorang petugas di depan truk memberi kode kepada mereka untuk masuk ke dalam kapal.
“Wah, cepet juga nih kita ga sampe ngantri. Mesin aja ga sampe dimatiin.” Komentar Matt.
“Iya, Kang. Mantep! Saya udah ga sabar pengen istirahat kalo udah masuk ke kapal.” Balas Eric.
ADVERTISEMENT
Di dalam kapal, mereka diarahkan oleh salah seorang awak kapal menuju lokasi paling pojok di sisi kiri depan. Truk Matt adalah kendaraan paling pertama yang masuk ke kapal.
“Remnya berisik amat, Bos!” Komentar awak kapal sembari mengatur mobil kecil LCGC yang parkir di sebelah truk Matt.
Matt dan Eric hanya membalas dengan tawa kepada awak kapal sambil turun dan berjalan ke arah tangga. Mereka berjalan agak berbelok karena tepat di samping truk ada drum pelumas kapal. Mereka naik ke ruang akomodasi penumpang.
Satu jam berlalu. Kapal telah meninggalkan Pelabuhan Penyeberangan Karang Bisu. Nakhoda mengamati keadaan di depan kapal. Lalu dia pun dikagetkan oleh suara telepon.
“Apa??! Cepat panggil semua awak yang ada deket situ untuk bantu! Cepat” Perintah Nakhoda dengan nada tinggi setelah mendengar informasi dari seorang awak kapal di seberang sana.
ADVERTISEMENT
Nakhoda melihat situasi di geladak kendaraan melalui kamera CCTV. Terlihat hampir semuanya tertutup asap putih. Api berkobar cukup tinggi hingga ke langit-langit geladak. “Gawat!” Ujarnya. Nakhoda segera membunyikan alarm darurat dan mengumumkan kepada penumpang untuk mengikuti perintah dari awak kapal yang akan membantu proses evakuasi dan penggunaan jaket penolong (life jacket).
Kemudian Nakhoda pun segera melakukan panggilan kepada perwakilan perusahaan (biasa disebut DPA). “Gawat, Sam! Kapal kebakaran! Api dari salah satu truk fuso. Apinya udah gede, gak terkendali.” Nakhoda memberitahukan kondisi di atas kapal kepada Sam, DPA perusahaan pemilik kapal. DPA pun merespons dengan meminta Nakhoda agar segera melakukan upaya pengumpulan penumpang ke muster station (lokasi berkumpul darurat di atas kapal) agar ketika diputuskan untuk evakuasi, bisa dilakukan secepatnya dan tidak ada korban jiwa.
ADVERTISEMENT
“Jangan lupa beri tahu ke kapal lain dan Syahbandar. itu dari mana tepatnya asal api?” Tanya DPA.
“Kata Mualim Jaga, dari bagian belakang truk. Sisi dekat drum situlah.” Jelas Nakhoda. “Tapi lokasi gak bisa dipadamin. Banyak truk ODOL.” Tambah Nakhoda.

Mengenal Pirolisis

Pirolisis berasal dari bahasa Yunani dan terdiri dari dua kata. Piro artinya “api” dan lisis artinya “pemisahan”. Dengan demikian, pirolisis adalah proses pemisahan/penguraian suatu material menggunakan api/panas.
Ilustrasi ban terbakar
Pirolisis adalah peristiwa dekomposisi internal pada suatu material pada temperatur yang terus meningkat. Ketika suatu ban kendaraan mengalami pemanasan yang berlebihan, reaksi kimia pirolisis di dalam ban sangat mungkin terjadi. Pada titik tertentu, proses penguraian ini meningkatkan tekanan di dalam ban yang berpotensi terjadinya ledakan. Proses pirolisis yang ekstrem akan menyisakan karbon sebagai residu pembakaran berupa arang.
ADVERTISEMENT
Meskipun Pirolisis diinisiasi oleh pemanasan, kelanjutan proses pirolisis terjadi tanpa atau dengan sedikit kebutuhan oksigen. Kemudian, pirolisis akan mengubah memecah struktur kimia ban menjadi gas, cairan, dan ban dengan sifat yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Pirolisis sendiri sebenarnya bukan sesuatu hal yang baru. Gula karamel yang sering digunakan dalam pembuatan kue adalah contoh mudahnya. Pada tahap awal karamelisasi, air menguap dari gula, lalu gula berubah menjadi senyawa yang lebih kecil disebut sukrosa. Hal ini berlanjut hingga gula berubah lagi menjadi glukosa dan fruktosa. Pada tahap ini, ikatan antarsenyawa menghasilkan senyawa aromatik yang membuatnya tercium lezat.
Ukiran atau efek terbakar pada mebel kayu, misalnya, dibuat menggunakan prinsip pirolisis. Kayu yang terbakar sebagian akan terus menyalurkan energi panasnya ke bagian kayu lain yang belum terbakar. Proses pirolisis juga bisa digunakan untuk pengolahan limbah plastik.
ADVERTISEMENT
Contoh lain adalah pirolisis pada plastik. Sugiyana et. al. (2016) menemukan bahwa bahan bakar minyak dapat diekstrak dari sampah plastik. Pirolisis yang menguntungkan tersebut menghasilkan minyak dengan densitas dan nilai kalor yang mendekati karakter solar dan minyak tanah.
Contoh pirolisis pada gula karamel dan batang kayu serta bahan bakar dari proses pirolisis.
Proses pirolisis di dalam ban dapat terjadi karena adanya panas di dalam sistem roda. Komponen yang paling sering menimbulkan panas adalah gesekan antara kampas rem dan piringan rem. Gejala biasanya dapat diketahui lebih dini ketika timbul bunyi decitan rem. Jika dibiarkan, bukan saja kampas rem cepat habis, tapi menjadi pirolisis.
Proses yang terjadi pada ban dapat mengakibatkan banyak hal serius. Pertama, ban yang mengalami pirolisis lambat laun akan memanas dan terus naik sendiri temperaturnya, meskipun kendaraan sudah berhenti. Pada suatu waktu, ketika tekanan dalam ban sudah di luar kemampuan ban, ban akan pecah. Bisa juga diiringi dengan pecahnya bagian pelek.
ADVERTISEMENT
Kedua, pirolisis pada suatu ban akan “menular” ke ban lain di dekatnya. Hal ini dapat terjadi pada truk dengan ban ganda di belakang. Jika ini yang terjadi, satu per satu ban akan meledak. Bahkan, pada kecelakaan kebakaran di atas kapal Mutiara Sentosa yang diinvestigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi, proses pirolisis turut berakibat terbakarnya kendaraan di sebelah truk yang mengalami pirolisis. Lalu hampir seluruh bagian kapal juga terbakar. Keadaan ini akan diperparah ketika di dekat ban yang mengalami pirolisis terdapat material mudah terbakar, misalnya bahan bakar atau pelumas, atau ada truk lain yang membawa bahan mudah terbakar.
Ketiga, adalah dampak lanjutan dari pirolisis. Menurut Infrastructure Health and Safety Association (IHSA) Kanada, proses pirolisis pada pengolahan ban menghasilkan panas dengan temperatur sekitar 185°C dan tekanan di atas 1.000 psi. Hasil dari pirolisis pada ban akan menghasilkan gas beracun (Williams 2013), misalnya karbon monoksida (CO) yang dapat membuat pingsan dan hidrogen sulfida (H2S) yang dapat menyebabkan sesak napas bagi yang menghirupnya. Gas-gas tersebut akan terbentuk ketika pirolisis terus terjadi hingga temperatur di atas 750°C (Bioenergy Consult 2019).
Ban dengan temperatur hampir 300°C yang temperaturnya terus meningkat setelah dipanaskan (kiri) dan ban ketika meledak ketika mencapai temperatur sekitar 750°C (kanan) dalam waktu sekitar dua menit. Foto: Bridgestone
Dengan demikian, jika rem berbunyi decit tidak biasanya, harus segera dilakukan pengecekan. Atau jika indikator tanda rem tangan menyala, padahal merasa rem tangan sudah dilepas sepenuhnya. Hal lain yang mungkin diwaspadai adalah setelan rem. Bisa saja salah satu sistem pengereman mengalami kerusakan sebagian, sehingga mengarah pada posisi asali (default), yaitu agak mengerem. Ketika perjalanan diteruskan, gesekan terus-menerus memanaskan ban. Jika pirolisis terus terjadi dalam ruang tertutup seperti geladak kapal, akibatnya bisa fatal.
ADVERTISEMENT
Catatan:
Nama orang, nama kapal, lokasi kejadian adalah fiktif, bukan sebenarnya.