Konten dari Pengguna

Paradigma Perempuan Harus Jadi Ibu Rumah Tangga

RENATA STEVIONA CHRISTINE
Student From SMA Citra Berkat
20 Januari 2023 9:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari RENATA STEVIONA CHRISTINE tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu rumah tangga kelelahan. Foto: PR Image Factory/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu rumah tangga kelelahan. Foto: PR Image Factory/shutterstock
ADVERTISEMENT
Kesetaraan gender merupakan keadaan setara antara laki-laki dan perempuan dalam pemenuhan hak dan kewajiban. Menurut dataindonesia.id, kesetaraan gender di Indonesia mengalami perbaikan.
ADVERTISEMENT
Perbaikan tersebut terpampang berdasarkan skor Indeks Kesenjangan Gender Global (GGGI) Indonesia yang sebesar 0,679 poin pada 2022. Indonesia berada di peringkat 92 secara global dengan posisi awal 101 di dunia.
Hal tersebut pun memungkinkan terdata tidak spesifik pada suatu tempat melainkan mungkin hanya didata per daerah atau kota secara keseluruhan. Meskipun sudah terlihat perubahan lebih baik, masih ada kemungkinan bahwa tidak semua orang mendapatkan kesetaraan gender. Terutama bagi kebanyakan kaum perempuan yang masih dikekang oleh budaya patriarki.
Peranan perempuan di kalangan masyarakat tentunya dalam rumah tangga, organisasi, atau komunitas tertentu masih perlu diperjelas. Lalu, bagaimana dengan para perempuan yang sudah berkeluarga? Atau dapat kita katakan sebagai ibu rumah tangga. Bagaimana dengan para perempuan yang sudah berkeluarga dan ingin bekerja?
ADVERTISEMENT

Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga

Ilustrasi ibu rumah tangga. Foto: Shutterstock
Banyak sekali orang-orang beranggapan bahwa perempuan hanyalah sebatas sosok perempuan yang akan mengurus rumah tangga dan keluarga sehingga banyak pemikiran bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi-tinggi jika ujungnya hanya di dapur.
Hingga kini, banyak kasus bahwa ternyata banyak perempuan yang memiliki impian tinggi untuk bekerja di suatu perusahaan atau bidang tertentu memutuskan hanya mengurus rumah tangga karena tuntutan sosial.
"Saya tidak pernah merasa bahwa berkarya dan menjadi Ibu itu dua hal yang saling menegasi. Menurut saya, itu malah merupakan sesuatu yang dapat saling membuat bahagia, dengan pilihan bekerja di luar rumah dan jadi Ibu yang juga merawat anak-anaknya. Jadi, pilihan untuk tetap eksis di luar rumah seharusnya menjadi pilihan yang bukan melulu membuat kita merasa bersalah. Dan, saya tahu ini sesuatu yang gampang diucapkan tapi praktiknya agak sulit dan buat saya sampai sekarang pun masih ada feeling guilty,” kata Najwa Shihab.
ADVERTISEMENT
Mbak Najwa mengatakan bahwa menjadi perempuan karier dan berkeluarga bukanlah hal yang perlu jadi dilema. Semua itu merupakan keputusan kita selagi kita mampu dan berani untuk bertanggung jawab untuk setiap keputusan yang kita buat.
Mbak Najwa juga mengatakan bahwa persepsi dari orang lain kadang membuat kita kesulitan untuk maju selangkah dari pilihan yang kita sudah buat. Terutama seperti yang kita ketahui bahwa hingga saat ini pemikiran masyarakat Indonesia masih saja menganut budaya patriarki, sehingga sulit bagi perempuan untuk dapat mengekspresikan dirinya.
Kita sebagai perempuan tidak perlu memilih, karena kita bisa mendapatkan keduanya. Bila kita berani untuk mengambil keputusan itu, terus majulah, keputusan merupakan pilihan kita. Banyak perempuan yang sudah sukses di luar sana terutama perempuan yang sudah berkeluarga dapat mengekspresikan dirinya dengan pekerjaan yang mereka perankan saat ini.
ADVERTISEMENT