Eksistensi Tradisi Nyirih Nginang Desa Sumber Arum Kecamatan Songgon, Banyuwangi

Renda Atamevia
Mahasiswa pendidikan universitas negeri jember
Konten dari Pengguna
19 Maret 2022 18:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Renda Atamevia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto : Pribadi diambil 11 April 2018, terdapat gambar daun sirih, kapur, dan gambir
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto : Pribadi diambil 11 April 2018, terdapat gambar daun sirih, kapur, dan gambir
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nyirih Nginang merupakan tradisi yang mulai langka pada saat ini, dikarenakan sudah tidak banyak lagi orang tua saat ini yang menginang. Tradisi Nyirih Nginang telah tertimbun dengan kebiasaan menyikat gigi pada umumnya. Banyak yang tidak mengetahui manfaat Nyirih Nginang seperti memperkuat gigi dan menyegarkan mulut. Banyak alasan masyarakat zaman sekarang tidak menginang karena rasanya yang tidak sedap dan membuat warna mulut menjadi merah seperti minum darah.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Indonesia dikenal dengan berbagai tradisi yang mereka warisi dari nenek moyang. Bahkan hingga saat ini masyarakat masih banyak yang melakukan tradisi tersebut.
Desa Sumberarum merupakan desa yang terletak di Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi. Letak yang strategis dengan beberapa tempat wisata alam ini menjadi pusat perhatian untuk para pelancong. Desa yang masih kental dengan unsur tradisionalnya ,terutama mengenai tradisi nyirih nginang yang masih bertahan sampai kini di Desa Sumberarum. Desa ini terbagi dalam dua kelompok besar, yakni kelompok suku Jawa dan kelompok suku Madura.
Masyarakat Jawa khususnya para sesepuh mereka seringkali mengunyah ramuan dan biasanya terlihat mulut mereka berwarna merah, kalau meludah berwarna merah. Namun setelah ditelusuri kebiasaan mereka merupakan tradisi turun-temurun yang diwariskan oleh nenek moyang mereka dengan tujuan menjaga kesehatan gigi dan menghilangkan bau mulut. Mereka biasanya menyebutnya nginang.
ADVERTISEMENT
Dalam kegiatan nginang memiliki filosofi tersendiri. Yaitu sirih, dipercaya melambangkan sifat rendah hati, memberi, serta senantiasa memuliakan orang lain. Makna ini ditafsirkan dari cara tumbuh sirih yang merambat pada batang pohon tanpa merusak pohon tersebut. Kapur melambangkan hati yang putih bersih serta tulus, tetapi jika dalam keadaan memaksa, ia akan berubah menjadi lebih agresif dan marah. Gambir yaitu tumbuhan yang daunnya berbentuk bujur telur atau lonjong, dan permukaannya licin. Gambir memiliki rasa pahit yang melambangkan keteguhan hati. Makna ini diperoleh dari warna daun gambir yang kekuning-kuningan serta memerlukan suatu pemrosesan tertentu untuk memperoleh sarinya, sebelum bisa dimakan. Dimaknai bahwa jika mencita-citakan sesuatu, kita harus sabar melakukan proses untuk mencapainya.
Sumber Foto : Pribadi tanggal 11 April 2018 (Foto Bu Tombok berumur 89)
ADVERTISEMENT
Kegiatan nginang ini juga memiliki banyak manfaat bagi tubuh, salah satu manfaat nyirih nginang yang paling menonjol adalah meningkatkan kekuatan gigi. Terbukti para lansia yang terbiasa nyirih nginang giginya lebih kuat dan kebanyakan masih utuh, tidak tanggal (ompong). Selain memperkuat gigi,tradisi nyirih nginang juga memiliki manfaat kesehatan seperti,mencegah perdarahan pada gusi,peradangan gusi,memperlancar pencernaan (khasiat buah jambe/pinang), meredakan sakit gigi, menghilangkan bau mulut (khasiat daun sirih) dan membuat badan terasa lebih segar. Hal ini terjadi karena kangdungan daun sirih dan racikannya. Daun sirih memiliki kemampuan sebagai antiseptic, antioksida, dan fungisida. Manfaat dalam bidang sosial meliputi terciptanya tali persaudaraan yang kuat khususnya bagi orang-orang yang masih melakukan tradisi nyirih nginang. Karena setiap mereka pergi alat dan bahan untuk nyirih nginang selalu di bawa kemana-mana, bahkan ada beberapa yang menyuguhkan untuk tamu.
ADVERTISEMENT
Selain memiliki dampak positif nginang juga memiliki dampak negatif. Dampak tersebut meliputi kanker mulut. Kanker mulut ini bias terjadi karena campuran daun sirih, biji pinang,kapur, dan tembakau bersifat karsinogenik. Karsinogenik merupakan zat yang dapat menyebabkan penyakit kanker. Dampak lain yaitu adanya luka di rongga mulut.Luka atau iritasi di rongga mulut terbentuk karena campuran bahan-bahan menyirih yang sifatnya sangat keras bagi mulut. Efeknya buruknya pun jadi semakin cepat timbul dan sulit ditangani. Jika sudah cukup parah akan menyebabkan mulut terasa kaku dan pada akhirnya rahang akan sulit digerakkan, hingga saat ini masih belum ada obat untuk menyembuhkannya secara keseluruhan, hanya ada obat untuk meringankan rasa sakit yang ditimbulkan. Selain itu, tradisi nyirih nginang dapat menyebabkan gangguan pada janin. Menyirih saat hamil beresiko menyebabkan perubahan genetika pada DNA janin. Ibu hamil yang melakukan tradisi nyirih nginang juga beresiko melahirkan bayi dengan berat badan di bawah normal.
ADVERTISEMENT
Perkembangan tradisi nyirih nginang di desa Sumber Arum tidak sepesat zaman dahulu sebelum adanya globalisasi dan modernisasi. Informasi yang saya dapatkan bahwa penurunan nyirih nginang ini diakibatkan karena tidak terbiasa dengan kebiasaan yang mengacu pada kegiatan tradisional yang dianggap tidak penting bagi kehidupan.