Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Emosi Bukan Alibi
29 Desember 2024 13:48 WIB
·
waktu baca 1 menitTulisan dari Rendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini, terdapat tren di media sosial yang mengajak kita untuk menormalisasikan marah atau badmood. Meskipun niatnya baik, yaitu mengajak kita untuk memahami dan menerima berbagai emosi manusia, namun konsep ini perlu dikaji lebih dalam. Kita memang perlu mengakui bahwa setiap orang mempunyai hak untuk merasakan berbagai emosi, termasuk kemarahan ataupun suasana hati yang buruk. Namun, hal ini tidak berarti kita boleh mengekspresikannya secara sembarangan tanpa mempertimbangkan dampak nya terhadap orang lain.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, kita perlu memahami bahwa emosi adalah bagian alami dari pengalaman manusia. Setiap orang pasti pernah merasa kesal, marah, atau suasana hati yang buruk. Ini adalah reaksi normal terhadap berbagai situasi dalam hidup. Namun, yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana kita mengelola dan mengekspresikan emosi tersebut.
Ketika kita menormalisasikan kemarahan atau suasana hati yang buruk tanpa batasan, kita beresiko menciptakan lingkungan yang tidak nyaman dan bahkan berpotensi merugikan orang lain. Misalnya, jika seseorang merasa berhak untuk marah-marah di tempat kerja hanya karena sedang badmood, hal ini dapat mengganggu produktivitas tim dan menciptakan suasana kerja yang tidak kondusif.
Selain itu, mengharapkan orang lain untuk selalu memahami suasana hati kita tanpa komunikasi yang jelas adalah ekspektasi yang tidak realistis. Setiap orang memiliki batasan dan kemampuan yang berbeda dalam memahami emosi orang lain. Kita tidak bisa mengharapkan orang lain untuk selalu peka terhadap perubahan mood kita, apalagi jika kita tidak mengkomunikasikan nya dengan baik.
ADVERTISEMENT
Daripada sekadar menormalisasikan ekspresi emosi yang tidak terkendali, kita sebaiknya fokus pada pengembangan kecerdasan emosional. Ini meliputi kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi kita sendiri, serta kemampuan untuk berempati dengan orang lain. Dengan kecerdasan emosional yang baik, kita dapat mengekspresikan emosi kita secara lebih konstruktif tanpa merugikan orang lain.
Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengelola emosi dengan lebih baik antara lain :
Penting juga bagi kita untuk menciptakan budaya di mana orang merasa aman untuk mengekspresikan emosinya secara sehat. Ini berarti memberikan ruang bagi orang lain untuk berbagi perasaan mereka tanpa takut dihakimi, sambil tetap menjaga batasan dan rasa hormat pada orang lain.
ADVERTISEMENT