Konten dari Pengguna

Bau-Bau Rindu Orde Baru

rendi95 lustanto
Pecinta Kopi dan Part time student Philosophy Program UI. Ngebet Part time Schoolar at LSE
17 September 2017 0:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari rendi95 lustanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sabtu 16 September 2017, wajah rezim tertampang dengan jelas, topeng kemanusian sudah terpampang bahwa itu hanya simbol pencitraan semata, alih-alih pro demokrasi, rezim sedang gugup dan berusaha membrangus makna apa itu demokrasi secara haqiqi. Kalimat ini saya ungkapan untuk menggambarkan kondisi nyata negri ini. Hari ini menjadi saksi bahwa rezim sedang rindu zaman keemasan masa orba versi mereka, ketika kebebasan berpendapat dan berfikir dibelenggu oleh ancaman negara, reformasi mati suri, pertanda perlunya re-thinking terhadap reformasi itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Hari ini, kita melihat watak asli sang penguasa negri, kita patut menagih janji pemimpin yang duduk di singgasana penguasa negri. Demokrasi kembali menjadi barang mahal di negri ini. Tragedi pagi tadi (red: 16 september 2017), ketika para peserta diskusi tentang pelanggaran HAM berat tragedi 65 dilarang memasuki kantor LBH jakarta, yang notebennya merupakan lokasi diskusi tersebut.
Tak hanya sebatas itu, aparat yang bersiaga sejak pagi bahkan berusaha untuk memblokade akses menuju LBH jakarta dengan membuat pagar hidup, personel keamanan semakin bertambah tatkala kabar pembubaran diskusi menjadi perbincangan hangat di sosial media, dan menyulut aksi solidaritas menjaga demokrasi menjadi perbincangan dikalangan akademisi dan aktivis, masa pro demokrasi berdatangan ke lokasi diskusi. Ada beberapa kumpulan masa dari ormas kegamaan ikut berdatangan untuk menghalangi berlangsungnya diskusi, yang paling parah ketika personel dari aparat keamanan merangsek masuk ke dalam kantor LBH jakarta untuk melakukan penggeledahan dll, ini sebuah bentuk pembrangusan demokrasi. Dari kasus ini kita bisa melihat ada kelindan sedang berjalan di negri ini, ketika kolaborasi apik antara rezim totaliter, militerisme, orbaisme dan fasisme religius. Formula jitu brangus demokrasi !
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, sebuah kontradiktori, ketika pemerintah sedang pasang muka di dunia internasional bahwa rezim ini pro terhadap isu kemanusian dan demokrasi ! nyatanya di negri sendiri rezim sedang membrangus kebebasan berekpresi, tak hanya itu, kebebasan berfikir haram hukumnya di negri ini. Jangan-jangan pemerintah sebentar lagi mengeluarkan perpu sakti, jurus membrangus kebebasan pikiran ! alangkah lucunya negri ini, beli iphone harus dipajaki, eh “mikir” dan “diskusi” dibredel oleh penguasa negri! tamatlah nasib penduduk negri.
Ada apa dengan Jokowi?
Pertanyaan seharusnya dilontarkan kepada pemimpin negri, asumsi bahwa jokowi berhasil meruntuhkan tembok demokrasi patut diamini. Baru saja sehari pasca rilis indeks demokrasi, pemerintah beraksi dengan membubarkan diskusi ! ini sebagai respon bahwa ada yang salah dengan negri ini, malah dipertegas dengan insiden tadi pagi (pembubaran diskusi korban 65). Berikut salah satu kutipan yang diambil dari koran nasional, yang menunjukan bahwa angka indeks demokrasi indonesia menurun sebagai bukti bahwa rezim ini butuh asupan pikiran kemanusian, “Indeks demokrasi Indonesia (IDI) pada 2016 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat IDI pada 2016 adalah 70,09 turun 2,73 poin dibandingkan dengan indeks pada 2015, yakni 72,82 . Ibarat penjahat, pemerintah ketangkap basah dengan insiden hari ini, bukti OTT oleh anak negri di kantongi bahwa rezim ini sedang berusaha merobohkan bangunan demokrasi !
ADVERTISEMENT
Penguasa menunjukan watak asli ! dibilang sebagai rezim totaliter, mereka tak mau. Kenyataannya, publik bisa menilai sendiri. Kita royal untuk membangun image peduli pada isu tragedi kemanusiaan seperti kasus rohingya, tapi kita pura pura bisu dan tuli pada kejadian penaggaran kemanusian di negri sendiri. Bahkan diskusi korban pun di tutup-tutupi, kebenaran menuntut harga mahal untuk sekedar diedarkan ! apa ini wajah demokrasi ?
Replikasi Ide Orba untuk Cita-cita Sang Penguasa
Pembubaran, pembungkaman, reproduksi gagasan demi kepentingan penguasa ! tiga elemen ini berjalan di era pemerintahan sekarang. Pembubaran suatu hal yang umum diberlakukan di zaman orba dan diterapkan dengan sangat baik, pembungkaman melalui berbagai cara untuk membungkap suara-suara keadilan dipraktekan dengan sangat rapi, reproduksi gagasan, di praktekan demi menanamkan hegemoni kuasa.
ADVERTISEMENT
Lantas pola ini berhasil di mimesis oleh pemerintah demi penegakan dalih “ketertiban dan kemanan”negri, Keadilan dan kemanusiaan digadaikan untuk kepentingan kekuasaan! Geliat membangun infratstruktur dan investasi ekonomi, tidak dibarengi dengan infrastruktur kemanusian dan pikiran, sama saja mencuci baju di kolam lumpur. Semoga generasi kita menjadi tahu, bahwa topeng rezim terbuka dan membawa kita melihat bahwa rezim benar-benar sedang menutupi koreng nya sendiri !
Selamat Pak Jokowi, anda berhasil menurunkan kualitas demokrasi!
sumber referensi: https://nasional.tempo.co/read/news/2017/09/15/078909245/bps-indeks-demokrasi-indonesia-menurun?TerkiniUtama&campaign=TerkiniUtama_Click_8 pada tanggal 16 september 2017 pukul 23:40 WIB
sumber dokumentasi: Kumparan.com