Berkah Ramadhan bagi Sang Perantau

rendi95 lustanto
Pecinta Kopi dan Part time student Philosophy Program UI. Ngebet Part time Schoolar at LSE
Konten dari Pengguna
6 Juni 2017 0:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari rendi95 lustanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jangan membayangkan meja makan waktu sahur atau berbuka sama dan setara dengan yang tersaji di rumah. Mungkin ungkapan itu menjadi hal yang terdengar biasa sekaligus mengundang derak sedih ketika jatuh ditelinga para mahasiswa di perantauan. Tak ada telur balado, kacang teri atau sayur asem dan gorengan bakwan jagung buatan mama yang melegenda, mungkin yang ada hanya sisa lauk yang dipanaskan lewat rice coker dan sisa takjil semalam waktu berbuka puasa bareng teman teman di kampus.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan bualan khas mahasiswa, saya sendiri sudah merantau terhitung 3 ramadhan selalu absen dari hiruk pikuk rumah, walaupun nanti pas idul fitri juga parkir di sofa TV sembari mencomot nastar atau keripik pisang. Namun mungkin itu yang menambah marwah ramadhan di perantauan terasa lebih istimewa, dan akan terbayar semua ketika kembali ke rumah saat idul fitri tiba, dimana gambaran surga dunia bagi mahasiswa benar benar terhampar di depan mata.
Bagi mahasiswa penerima beasiswa seperti saya dan beberapa mahasiswa lainya. Ketika keterlambatan pencairan beasiswa menjadi hal yang biasa, seperti omelan ketika ibu-ibu yang ditagih tukang kredit perabotan rumah tangga, hahaha, “mungkin itu bualan yang kami lontarkan”. Ramadhan ketika mahasiswa lainya langsung bisa pulang ke rumah masing masing (karena mereka manusia kuat yang mampu tahan banting menghadapi rimba manusia di kereta listrik bogor-jakarta), kita anak rantau hanya bisa menikmati imaji tentang masakan rumah, kolak biji salak, dan lautan jajanan pasar tersedia di kulkas yang bisa disikat setelah solat taraweh. Ingat itu semua hanya imaji semata !
ADVERTISEMENT
Namun, apakah kalian bisa membayangkan, godaan jajanan dipinggir jalan tapi tranferan beasiswa tak kunjung datang ? hahahahahahaha. Eits namanya juga mahasiswa, punya seribu cara untuk menghadapi itu semua, yang penting perut kenyang, ibadah tenang dan kantong tetep aman. Itu jargon yang berlaku bagi anak perantauan. Solusi nya adalah menjadi agen PPT (para pencari takjil), untung nya dideket kosan terdapat masjid yang selalu memakmurkan jamaah nya, jadi sedikit terbantu, memang dilematis hahahah, ketika idealisme dijunjung tinggi, gagasan untuk melanggengkan komunitarian melalui puasa tetep tercapai dengan menjadi agen PPT. Oh iya, kalian harus tahu, agen PPT itu agen agen terpilih, harus melalui seleksi yang ketat, menurut kriteria yang disampaikan oleh HRD dari team kami ada beberapa kriteria sbb:
ADVERTISEMENT
1. Mampu bermuka melas
2. Menunjukan sebagai anak kosan yang kekurangan subsidi protein dan Jajanan Pasar
3. Sedikit menutupi urat malu dan gengsi (walaupun anak UI yang biasanya disebut mahasiswa paling gengsi di planet ini, “jika jadi agen, label itu tak berlaku”.)
Dengan bermodalkan sarung dan niat ibadah sembari memetik berkah ramadhan, dan kalau punya sedikit rezeki, bisa memasukan beberapa kembar rupiah ke kotak amal. Tapi kegiatan kreatif ini menjadi penolong bagi mahasiswa beasiswa dan perantau pula seperti kami. Semoga para penjaga mesjid hapal dengan muka kami, dan akirnya jadi tahu kalau kami mahasiswa yang butuh pasokan gizi.
Tapi selain jadi agen PPT ada lagi, namun yang satu ini kita harus agak perlente sedikit, karena akan bernteraksi dengan pejabat negri yang sedang memamerkan berbagai perolehan peroyek atau ambisi politik nya, wkwkwkwk. Cukup nimbrung dengan teman organisasi yang keren bingits, yah HMI, kalau di jakarta mah, kayak setiap hari ada jadwal berbuka puasa dengan para kolega, wkwkwkwkwk. Sekali lagi, Berkah Ramadhan !
ADVERTISEMENT
Namun, please jangan berasumsi negatif sama kami mahasiswa yang melakukan hal ini. kami hanya mengasah kreativitas demi survavilitas kami tetap terjaga di planet ini. tak hanya itu, kalau anak muda nggak kreatif seperti kami, lantas bagaimana nasib bangsa kami di masa depan nanti. Wkwkwkwkwkwkwkwk !
Selamat Ramadhan !
Penulis merupakan mahasiswa di salah satu kampus pinggiran Jakarta, yang alumninya penghuni sudirman thamrin dan penguasa kementrian kapitalisme di negri ini.