Konten dari Pengguna

Perawat Harus Selalu Perempuan?

Rendy Gunawan
Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
2 Januari 2025 13:45 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Rendy Gunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber : Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
sumber : Shutterstock
ADVERTISEMENT
Apa yang kamu pikirkan saat membicarakan perawat? Profesi yang identik dengan wanita? Atau profesi yang harus memiliki sikap yang lemah lembut?
ADVERTISEMENT
Sebetulnya pandangan tersebut tidak salah. Tokoh utama keperawatan modern adalah Florence Nigthingale yang merupakan seorang perempuan. Perawat juga harus memiliki sikap yang ramah serta lembut kepada pasien agar merasa nyaman dan lebih cepat pulih. Maka tidak heran jika muncul pandangan seperti itu di masyarakat.
Meskipun demikian, tidak sedikit perawat yang berasal dari kaum laki-laki. Sayangnya masih ada beberapa orang yang memandang rendah hal tersebut. Mereka beranggapan laki-laki yang menjadi seorang perawat adalah laki-laki yang kemayu dan lemah-lembut karena perawat seharusnya perempuan. Padahal dalam pekerjaannya, perawat juga memerlukan tenaga yang tidak sedikit dan tidak merubah kodrat seseorang.
Biasanya laki-laki akan diberikan tugas yang cukup menguras tenaga, misalnya di ruang operasi atau IGD. Tentunya seorang laki-laki yang menjadi perawat tidak akan menjadi lemah-lembut dan akan bersikap selayaknya laki-laki. Meskipun demikian, banyak juga kaum perempuan yang dapat menempati posisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Faktanya, pada mulanya perawat adalah profesi untuk kaum laki-laki. Namun, pada abad ke-17 terjadi berbagai perang besar yang menewaskan banyak tentara yang berasal dari kaum laki-laki. Sejak saat itulah tugas merawat tentara yang sakit dibebankan kepada kaum perempuan karena laki-laki dinilai sudah memiliki tanggungan yang besar yaitu menjadi tentara perang.
Pada abad ke-17 juga didirikan sekolah keperawatan khusus perempuan. Sejak saat itulah perawat yang semula dianggap sebagai profesi untuk laki-laki karena membutuhkan tenaga yang besar berubah arah menjadi profesi untuk perempuan yang harus merawat dengan lembut. Persepsi itu terus terbawa dan tumbuh hingga saat ini.
Di Indonesia, profesi perawat selalu dikaitkan dengan pasangan abdi negara yang berseragam. Banyak orang menganggap perempuan yang masuk keperawatan adalah perempuan yang ingin memiliki pasangan seorang polisi atau tentara. Tentu anggapan ini menyuburkan persepsi dimasyarakat bahwa perawat adalah profesi untuk perempuan.
ADVERTISEMENT
Anggapan bahwa perawat identik dengan perempuan juga membuat minat laki-laki terhadap profesi keperawatan menurun. Bukan hanya di Indonesia, melainkan di seluruh dunia, perawat didominasi oleh kaum perempuan. Hal tersebut juga berdampak pada kekhawatiran lain yaitu kekerasan seksual yang dialami oleh perawat perempuan.
Seorang perawat perempuan rentan mengalami kekerasan seksual, resiko tersebut dapat dikurangi dengan adanya perawat laki-laki yang mampu memproteksi rekan kerjanya dari bahaya kekerasan seksual. Selain itu, perawat laki-laki dapat membela dirinya jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Saat ini seiring tumbuhnya gerakan kesetaraan gender, persepsi perawat adalah perempuan semakin pudar. Meski demikian, masih banyak orang yang merendahkan laki-laki yang berprofesi sebagai perawat. Padahal seorang perawat laki-laki banyak dibutuhkan baik di rumah sakit maupun industri.
ADVERTISEMENT
Selain bekerja di rumah sakit, pilihan lain bagi laki-laki yang menjalani pendidikan keperawatan adalah menjadi seorang paramedis tambang. Paramedis tambang bertanggung jawab dengan keselamatan para pekerja tambang yang sakit atau cedera. Walaupun memiliki resiko yang cukup tinggi, namun pendapatan dari pekerjaan ini juga dinilai lebih menjanjikan.
Perawat tidak harus selalu perempuan. Laki-laki juga dapat menjadi perawat yang baik. Hal tersebut juga tidak akan mengubah perilaku seseorang. Hargailah setiap profesi dan gender karena semuanya berharga.